1 Juni, Program Pendidikan Semi Militer Resmi Dimulai di Depok
adainfo.id – Pemerintah Kota Depok mulai meluncurkan pendidikan semi militer untuk pelajar yang bertujuan membentuk karakter, kedisiplinan, serta penanggulangan kenakalan remaja yang semakin mengkhawatirkan.
Program ini akan dimulai pada 1 Juni 2025 dan menjadi bagian dari inisiatif strategis kolaboratif antara pemerintah daerah dan TNI.
Supian Suri: Fokus pada Anak yang Sulit Dikendalikan
Wali Kota Depok, Supian Suri, menjelaskan hingga kini, sebanyak 30 anak telah terdaftar sebagai peserta gelombang pertama program pendidikan semi militer tersebut.
“Sudah ada, mulai pendaftaran dan sosialisasi. Insyaallah tanggal 1 Juni kita launching. Nanti saya tinjau dulu kesiapannya,” ujar Supian Suri, Sabtu (24/5/2025).
Supian juga menekankan bahwa program ini tidak bersifat pemaksaan, melainkan hasil kesepakatan antara pihak sekolah dan orang tua siswa.
“Kita target si batasi cuma 30 anak untuk gelombang pertama ya, nanti kita ada gelombang kedua 30 lagi,” jelas Supian.
Lokasi Pelatihan Dipusatkan di Yonhub TNI AD
Program pendidikan semi militer ini akan dilaksanakan di Markas Batalyon Perhubungan TNI Angkatan Darat (Yonhub AD) di Jatijajar, Kota Depok.
Lokasi tersebut dipilih karena ketersediaan sarana dan tidak berbenturan dengan jadwal latihan militer seperti di Markas Kostrad.
“Di Kostrad itu sering dipakai buat persiapan tugas latihan yang mau keluar, jadi akhirnya kemarin kita diskusi, kita pakai di Yonhub,” ungkap Supian.
Menurut Supian, pendidikan semi militer ini akan berlangsung selama dua minggu, cukup untuk memberi pembekalan karakter dan kedisiplinan tanpa mengganggu proses belajar di sekolah.
“Nggak lama lah, paling dua minggu, nanti kan ada porsinya di masing-masing sekolah,” kata Supian.
Gagasan Gubernur Jabar: Tangani Kenakalan Remaja Lewat Pendidikan Semi Militer
Program ini sejalan dengan kebijakan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang menyoroti meningkatnya fenomena kenakalan remaja seperti penyalahgunaan obat, alkohol, dan perilaku agresif terhadap orang tua.
“Anak sudah rajin minum eximer, ciu, bahkan narkoba. Itu orang tuanya bisa habis duitnya,” ucap Dedi.
Dedi menambahkan, beberapa anak yang sudah kecanduan bahkan sampai membakar rumah atau mengancam keluarganya sendiri.
“Saya itu udah beberapa kali menangani anak yang sudah kecanduan obat-obatan sampai depresi, bakar rumah, ngancam orang tuanya,” ungkap Dedi.
Pendekatan Holistik dengan Sentuhan Militer
Dedi Mulyadi menegaskan bahwa pendekatan ini tidak hanya mengandalkan metode militer.
Pendidikan semi militer ini merupakan bagian dari metodologi holistik yang juga melibatkan pendekatan psikologis, medis, dan sosiologis.
“Selain metodologi kedokteran, kemudian psikologi, kemudian sosiologi kehidupannya, termasuk juga pola pendekatan militer,” tutur Dedi.
Dedi mengaku terinspirasi dari praktik di Tiongkok yang berhasil menumbuhkan karakter positif dan energik pada generasi mudanya.
“Kelihatannya Tiongkok itu melakukan, sehingga anak-anaknya penuh harapan, kemudian energik dan ini adalah untuk masa depan,” kata Dedi.
Bukan Wajib Militer, Tapi Jalan Keluar Bagi Orang Tua
Mantan Bupati Purwakarta ini menegaskan bahwa program pendidikan semi ini bukanlah bentuk wajib militer.
Justru, ini adalah upaya solutif bagi orang tua yang merasa kewalahan menangani anaknya.
“Nggak, bukan anak-anak diwajibin militer. Orang tua yang sudah tidak punya kesanggupan untuk mendidik anaknya karena anaknya nakalnya luar biasa bisa diserahin ke kita,” ujar Dedi.
“Jadi tidak ada unsur pemaksaan. Kalau orang tuanya nggak boleh, kita nggak akan (terima),” tegas Dedi.