Rupiah Tetap Stabil, Menkeu Purbaya Ungkap Faktor Penopang
adainfo.id – Kondisi rupiah di tengah gejolak ekonomi dunia kembali menjadi sorotan. Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan bahwa nilai tukar rupiah masih terjaga dengan baik berkat kekuatan fundamental ekonomi nasional.
Dukungan dari neraca perdagangan yang terus mencatat surplus serta masuknya modal asing disebut sebagai faktor penting yang memperkuat stabilitas mata uang Garuda.
Dalam Rapat Kerja bersama Komisi XI DPR di Jakarta, Rabu (10/09/2025), Purbaya menjelaskan, stabilitas rupiah di tengah ketidakpastian global merupakan bukti ketahanan perekonomian domestik.
“Di tengah gejolak global, kinerja instrumen keuangan terus membaik dan kepercayaan investor juga terus pulih. Hal ini terefleksi pada tekanan pada rupiah yang mereda dan kinerja SBN dengan yield yang terus turun. Surplus neraca perdagangan menopang kinerja rupiah,” kata Purbaya.
Sejak Januari hingga Agustus 2025, neraca perdagangan Indonesia membukukan surplus hingga USD 29 miliar.
Angka ini melonjak 52,6% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Menurut Purbaya, pertumbuhan ekspor yang solid menjadi pendorong utama.
Produk industri pengolahan seperti CPO dan besi baja memberi kontribusi signifikan terhadap cadangan devisa negara.
Kebijakan konversi devisa hasil ekspor (DHE) ke rupiah juga membantu memperkuat mata uang.
Dengan mekanisme ini, likuiditas valuta asing tetap terjaga sekaligus menambah keyakinan terhadap stabilitas rupiah.
“Di samping neraca perdagangan yang konsisten surplus, konversi valas ke rupiah oleh eksportir dalam rangka pemenuhan kebijakan pemerintah mengenai devisa hasil ekspor atau DHE SDA turut mendukung meredanya tekanan pada nilai tukar rupiah,” jelas Purbaya.
Modal Asing Masuk Dorong Kepercayaan Investor
Selain ditopang oleh perdagangan, arus modal asing turut memperkokoh posisi rupiah.
Data per 4 September 2025 mencatat aliran dana investor asing ke pasar Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp77,02 triliun.
“Aliran masuk modal asing ke pasar SBN yang mencapai Rp77,02 triliun per 4 September 2025 menjadi faktor positif tambahan bagi rupiah,” ujar Purbaya.
Fenomena ini mencerminkan optimisme investor terhadap prospek ekonomi Indonesia yang tetap kuat di tengah dinamika global.
Pemerintah dinilai mampu menjaga tata kelola fiskal dengan prinsip kehati-hatian.
Yield SBN Menurun, Biaya Pendanaan Makin Ringan
Indikasi lain yang menunjukkan semakin solidnya stabilitas keuangan Indonesia terlihat dari penurunan yield SBN tenor 10 tahun.
Pada September 2025, yield SBN turun ke level 6,37%.
Spread dengan US Treasury ikut menyempit hingga 221 basis poin.
Penurunan ini menandakan biaya pendanaan domestik semakin rendah.
Lebih jauh, kondisi tersebut juga mencerminkan menurunnya risiko mata uang (currency risk) yang dipersepsikan investor terhadap rupiah.
“Dengan perkembangan ini dapat disimpulkan bahwa fundamental pasar keuangan Indonesia tetap terjaga, risiko menurun dan daya tarik SBN sebagai instrumen investasi semakin kuat,” tutup Purbaya.