Fenomena Tawuran di Depok Jadi Sorotan, Diperlukan Kolaborasi Semua Pihak

ARY
Ilustrasi tawuran yang kerap kali terjadi di Kota Depok perlu ditangani dengan kolaborasi semua pihak. (Foto: AI)

adainfo.id – Kekhawatiran kembali muncul di Kota Depok setelah aksi tawuran antar remaja kembali terjadi di wilayah Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Jumat (31/10/2025) malam.

Pemerhati perempuan dan anak asal Depok, Novi Anggriani, menilai kondisi tersebut menunjukkan bahwa Depok sudah dalam situasi darurat tawuran dan membutuhkan langkah tegas dari berbagai pihak.

“Saya baru tahu, ada lagi tawuran, itu yang paling baru, bahkan sampai ada korban luka dan harus dilarikan ke rumah sakit,” ujar Novi dalam keterangannya, Minggu (02/11/2025).

Novi mengatakan, kejadian tawuran yang terus berulang bukan hanya mencerminkan lemahnya pengawasan.

Akan tetapi juga menjadi alarm sosial bahwa lingkungan remaja di Depok sedang menghadapi tantangan besar dalam pembentukan karakter.

Masa Remaja dan Krisis Identitas

Menurut Novi, masa remaja adalah fase yang sangat krusial karena menjadi jembatan antara masa kanak-kanak dan dewasa.

Ia menjelaskan bahwa pada periode ini, remaja mulai aktif mencari jati diri melalui berbagai perubahan, baik secara fisik, psikologis, sosial, maupun kognitif.

Masa pencarian ini sering kali memicu krisis identitas, karena mereka mencoba hal-hal baru untuk mengetahui minat, nilai, dan tujuannya.

Untuk menemukan jati diri dengan cara yang benar, lanjutnya, para remaja membutuhkan bimbingan dan pendampingan dari orang tua serta lingkungan yang positif.

Remaja pun perlu mengenali diri sendiri, seperti bakat, kepribadian dan lainnya.

“Namun, periode ini jika tidak diawasi dan diarahkan, mereka yang berada di lingkungan negatif, pasti akan terpapar, misalnya tawuran, narkoba, bahkan seks bebas,” jelas Novi.

Peran Pemerintah dalam Pencegahan Tawuran

Pemerhati yang juga dikenal sebagai Founder NADI Center ini menegaskan pentingnya peran pemerintah dalam menciptakan kebijakan yang tidak hanya bersifat reaktif, tetapi juga berkelanjutan.

Ia menilai, langkah-langkah pencegahan yang dijalankan hanya sesaat tidak akan memberikan efek jangka panjang bagi pembinaan generasi muda.

Karenanya, pada periode ini, selain orang tua dan keluarga di rumah, pemerintah juga harus membuat kebijakan yang serius.

“Ya bukan buat kebijakan dan diterapkan di minggu pertama aja ya, tapi harus benar-benar serius dijalankan,” lanjutnya.

Salah satu kebijakan yang dinilai efektif oleh Novi adalah pembatasan jam malam bagi pelajar.

Menurutnya, langkah ini sempat berhasil mengurangi aktivitas remaja di luar rumah pada malam hari.

“Namun, ini juga perlu keseriusan dan berjalan kontinu ya, kalau cuma seminggu aja jalannya, ya seminggu itu saja pelajar tidak akan keluyuran di malam hari,” ujarnya.

Keluarga sebagai Pondasi Pembentukan Karakter

Meski demikian, Novi menegaskan bahwa peran paling penting tetap berada di tangan keluarga.

Pengawasan, teladan, dan komunikasi antara orang tua dan anak menjadi kunci utama dalam mencegah perilaku menyimpang di kalangan remaja.

Novi menuturkan, paling utama tetap pada pengawasan orang tua dan keluarga, karena itu adalah pondasi utama dalam membentuk karakter remaja.

Ia menjelaskan, keluarga harus menjadi tempat yang aman dan suportif bagi anak-anak untuk berkembang, berpendapat, dan belajar mengenali batas perilaku yang baik.

“Di keluarga itu pun harus bisa tercipta lingkungan yang harmonis dan suportif, komunikasi yang terbuka, pemberian teladan yang baik, pengawasan yang tepat, serta penanaman nilai moral dan agama,” ungkap Novi.

Selain itu, ia menekankan pentingnya ketegasan dalam mendisiplinkan anak agar mereka memahami tanggung jawab dan batasan perilaku.

“Orang tua juga harus tegas untuk membatasi jam bermain anak-anak mereka,” tandasnya.

Kolaborasi Semua Pihak Jadi Kunci

Upaya mencegah tawuran remaja di Depok tidak dapat dilakukan secara parsial.

Dibutuhkan sinergi antara Pemkot Depok, kepolisian, sekolah, komunitas lokal, dan keluarga untuk membangun sistem pengawasan sosial yang kuat.

Kegiatan seperti patroli rutin, sosialisasi bahaya tawuran di sekolah, serta pembinaan remaja berisiko perlu diperkuat dan dilakukan secara berkelanjutan.

Sebagaimana yang ditekankan Novi, menciptakan lingkungan yang sehat bagi remaja bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga tanggung jawab moral seluruh masyarakat.

Dengan membangun kesadaran bersama dan menanamkan nilai-nilai disiplin serta empati sejak dini, generasi muda diharapkan tumbuh menjadi individu yang berkarakter, bukan pelaku kekerasan jalanan.

BSP GROUP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *