Garam Cirebon Jadi Incaran Investor

KIM
Kepala BP Kawasan Rebana, Helmy Yahya, saat dikonfirmasi, Jum'at (28/11/25). (Foto: adainfo.id)

adainfo.id – Komoditas garam rakyat di Kabupaten Cirebon mulai menjadi sorotan baru dalam peta investasi Jawa Barat. Badan Pengelola (BP) Kawasan Rebana menilai kualitas garam lokal yang dihasilkan petani Cirebon memiliki standar tinggi dan berpotensi besar untuk dikembangkan menjadi sektor unggulan baru.

Penilaian itu disampaikan langsung oleh Kepala BP Kawasan Rebana, Helmy Yahya, yang mengaku terkejut sekaligus kagum setelah mengetahui kualitas garam rakyat Cirebon melalui rangkaian acara Cirebon Investment Summit 2025.

Helmy menyebut bahwa garam Cirebon selama ini belum terekspose secara maksimal, padahal kualitasnya mampu bersaing dengan daerah produsen lainnya. Temuan tersebut membuka peluang besar bagi investor, terutama yang bergerak di sektor industri berbasis garam dan produk turunannya.

“Saya kaget Cirebon punya garam bagus. Ini sebenarnya peluang besar untuk menarik investor,” ujarnya pada Jumat (28/11/2025). Menurutnya, jika pengelolaan dilakukan secara modern dan terintegrasi dengan konsep hilirisasi, komoditas garam dapat menjadi penggerak ekonomi baru bagi masyarakat pesisir.

Dalam penjelasannya, Helmy menekankan bahwa hilirisasi merupakan kunci utama untuk memaksimalkan nilai ekonomis garam. Hilirisasi yang dimaksud tidak hanya sekadar meningkatkan kualitas hasil panen, tetapi juga membangun industri pengolahan garam yang mampu menghasilkan berbagai produk dengan nilai jual lebih tinggi.

Ia menyebut bahwa industri hilir garam mampu menciptakan lapangan kerja dalam skala besar dan memberikan dampak signifikan bagi perekonomian lokal. Selain itu, hilirisasi juga dapat menguatkan posisi Kabupaten Cirebon dalam ekosistem ekonomi Kawasan Rebana, yang mencakup beberapa wilayah pengembangan strategis di Jawa Barat bagian timur.

Helmy menegaskan bahwa pihaknya berencana meninjau langsung sentra-sentra produksi garam di Kabupaten Cirebon. Kunjungan tersebut bertujuan untuk memetakan potensi riil sekaligus mengidentifikasi titik-titik strategis yang dapat diintegrasikan dengan jaringan logistik dan kawasan industri Rebana.

Menurutnya, garam hanya satu dari sekian banyak keunggulan Cirebon. Sektor perikanan, kuliner tradisional, batik, hingga seni topeng khas Cirebon juga merupakan potensi budaya dan ekonomi yang dapat memperkuat daya tarik investasi daerah.

Tantangan Besar: Percepatan Kawasan Industri dan Perizinan

Meski potensi garam Cirebon dinilai sangat besar, Helmy mengingatkan bahwa keberhasilan investasi tidak hanya mengandalkan kualitas bahan baku. Ia menekankan pentingnya percepatan pembangunan kawasan industri sebagai wadah bagi investor dalam menanamkan modalnya.

Keberadaan kawasan industri yang lengkap, modern, dan terintegrasi dengan infrastruktur pendukung merupakan kebutuhan mendesak untuk menarik investasi besar. Tanpa itu, investor dikhawatirkan ragu masuk ke sektor pengolahan garam, meski kualitas bahan bakunya unggul.

Helmy juga menyoroti hambatan klasik di tingkat daerah, mulai dari proses perizinan, pembebasan lahan, hingga kelancaran rantai pasok yang sering kali menjadi kendala dalam investasi berbasis komoditas. Ia menegaskan bahwa BP Kawasan Rebana siap menjalankan fungsi debottlenecking untuk mengurai persoalan teknis maupun birokrasi yang berpotensi menghambat investasi.

“Kami siap membantu mengatasi kendala yang terjadi di lapangan. Percepatan perizinan dan dukungan pemerintah daerah sangat penting,” tegasnya.

Sementara itu, Kepala DPMPTSP Kabupaten Cirebon, Hilmy Rivai, menguatkan pandangan Helmy Yahya dengan menyampaikan bahwa arah investasi daerah memang mulai bergerak signifikan ke sektor garam.

Menurutnya, bahan baku garam rakyat yang melimpah menjadi keunggulan kompetitif yang jarang dimiliki daerah lain.

Hilmy menjelaskan bahwa kebutuhan garam industri dunia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Garam bukan hanya digunakan untuk konsumsi, tetapi juga menjadi bahan dasar dalam produksi makanan olahan, obat-obatan, kosmetik, dan berbagai produk kimia lainnya. Permintaan industri yang terus naik membuat garam memiliki nilai strategis dalam perekonomian global.

Ia mengungkapkan bahwa sudah ada sejumlah investor yang menunjukkan minat konkret untuk masuk ke sektor industri garam di Kabupaten Cirebon. Bahkan, beberapa di antaranya telah melakukan komunikasi dan penjajakan awal dengan pemerintah daerah.

Menurut Hilmy, salah satu peluang terbesar ada pada diversifikasi produk turunan garam. Saat ini, terdapat sekitar 19 produk turunan garam industri yang sudah banyak dibutuhkan oleh pasar global. Namun, jika industri garam dikelola secara modern dan inovatif, potensi itu dapat berkembang hingga 90 produk turunan kimia bernilai tinggi.

Produk turunan tersebut mencakup bahan baku industri kertas, tekstil, cairan pendingin, produk farmasi, hingga industri kecantikan. Dengan kapasitas produksi yang melimpah dan kualitas yang tinggi, Kabupaten Cirebon dinilai mampu menjadi salah satu pusat industri garam baru di Indonesia.

“Yang penting kita mengolah garam sebaik-baiknya. Kalau itu tercapai, Cirebon akan kaya,” ujar Hilmy.

Potensi Garam Cirebon Dinilai Bisa Jadi Motor Ekonomi Baru

Melimpahnya potensi garam Cirebon bukan hanya menjadi peluang ekonomi, tetapi juga momentum untuk memperkuat identitas daerah sebagai kawasan pesisir yang produktif. Dengan dukungan pemerintah daerah, BP Kawasan Rebana, dan minat dari para investor, pengembangan garam Cirebon diharapkan menjadi sektor unggulan baru yang menggerakkan perekonomian lokal.

Jika hilirisasi berhasil diterapkan, sektor garam dapat membuka ribuan lapangan kerja baru, meningkatkan pendapatan petani garam, memperkuat struktur industri daerah, serta meningkatkan kontribusi Kabupaten Cirebon dalam rantai pasok industri nasional. Kabupaten Cirebon berpotensi menjadi pusat industri garam modern yang tidak hanya memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga mampu bersaing di pasar internasional.

BSP GROUP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *