Menhub: Kebijakan WFA Bisa Kurangi Lonjakan Arus Mudik

ARY
Menhub berharap WFA bisa redam kepadatan mudik Lebaran 2025. (Foto: Pexels/OVAN)

adainfo.id – Menteri Perhubungan (Menhub) Dudy Purwagandhi menyatakan bahwa kebijakan Work From Anywhere (WFA) pada 24 Maret mendatang 2025 di harapkan bisa mengurangi kepadatan mudik Lebaran.

Meskipun prediksi arus mudik mulai meningkat pada Jumat, 21 Maret 2025, lonjakan besar di harapkan bisa di tekan.

“Kalau ada kepadatan bukan berarti spike-nya tinggi, namun dari tanggal 21 hingga 28 Maret adalah titik tertinggi. Tapi dengan WFA, puncaknya tak akan terlalu ekstrem,” ujar Dudy, dikutip Sabtu (15/3/2025).

Menurutnya, prediksi titik puncak arus mudik terjadi pada 28 Maret 2025.

Akan tetapi penerapan WFA di harapkan dapat menyebarkan kepadatan secara lebih merata.

“Dengan WFA, pemudik dapat lebih fleksibel menentukan jadwal perjalanan, jadi lonjakan kepadatan pada satu hari tertentu bisa berkurang,” tambahnya.

Diskon Tarif Tol untuk Mengurai Arus Balik Lebaran

Selain penerapan WFA, pemerintah juga menyiapkan diskon tarif tol untuk mendorong pemudik pulang lebih awal dan menghindari puncak arus balik.

Diskon tarif tol berlaku pada tanggal 3, 4, 8, dan 9 April 2025 mendatang.

“Diskon ini berlaku untuk Jasa Marga, Astra, dan hampir seluruh ruas tol. Harapannya, pemudik tak menumpuk di satu waktu yang sama,” jelas Dudy.

Meskipun belum ada kebijakan WFA untuk arus balik, beberapa kementerian telah menetapkan kebijakan WFA hingga 8 April 2025 guna mengurangi kepadatan setelah Lebaran.

Apindo: WFA Tidak Bisa di Semua Sektor

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani menerangkan bahwa WFA dapat membantu mengurai kepadatan mudik.

Tetapi tidak bisa di terapkan pada semua sektor pekerjaan.

“Sektor manufaktur atau perbankan tentu tak bisa menerapkan WFA, namun untuk pekerjaan berbasis digital dan ekonomi kreatif, ini memungkinkan,” ujar Shinta, Rabu (12/3/2025).

Menurutnya, banyak perusahaan telah menerapkan sistem kerja fleksibel sejak pandemi, sehingga kebijakan ini tidak menjadi hal baru.

Sektor yang berpotensi menerapkan WFA seperti ekonomi kreatif, IT, digital marketing, konsultan dan freelancer, serta pekerjaan berbasis online.

Namun, bagi sektor yang membutuhkan kehadiran fisik, penerapan WFA ini cukup sulit.

“Yang penting bukan soal di mana pekerjaannya dilakukan, namun apakah jenis pekerjaannya memungkinkan dari jarak jauh,” beber Shinta.

BSP GROUP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *