53 Tahun HIPMI: Dari Sejarah Emas ke Arah Baru Kewirausahaan Nasional
adainfo.id – Setiap tanggal 10 Juni kini menjadi hari bersejarah bagi para pengusaha muda Indonesia. Tahun 2025 menandai momentum ganda: genap 53 tahun usia Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) dan peringatan perdana Hari Kewirausahaan Nasional, hasil perjuangan organisasi ini agar kontribusi pengusaha muda diakui secara resmi oleh negara.
Sejak didirikan pada 10 Juni 1972, HIPMI telah menjadi katalisator perubahan ekonomi dan kawah candradimuka lahirnya para pemimpin bangsa. Dari pelaku bisnis hingga pejabat tinggi negara, jejak kader HIPMI terasa kuat di berbagai lini pembangunan nasional.
Pengakuan Negara: Keppres Hari Kewirausahaan Nasional
Pada peringatan HUT ke-52 tahun lalu, Ketua Umum Ketua Umum BPP HIPMI yang sekarang menjabat sebagai Ketua Umum HIPMI Kabupaten Bogor, Akbar Himawan Buchari secara resmi mengusulkan kepada Presiden Joko Widodo agar 10 Juni ditetapkan sebagai Hari Kewirausahaan Nasional. Usulan itu langsung direspon positif dan disahkan melalui Keputusan Presiden (Keppres).
Langkah ini bukan hanya kado istimewa bagi HIPMI, tapi juga menjadi tonggak penting dalam perjalanan ekonomi bangsa yang kini mengakui peran strategis kewirausahaan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.
Dari Era Jokowi ke Prabowo: HIPMI Tetap Konsisten
Meski kepemimpinan nasional berganti, dari Presiden ke-7 Joko Widodo ke Presiden ke-8 Prabowo Subianto, semangat HIPMI tetap sama: berdiri di garis depan pembangunan ekonomi nasional. Dalam pemerintahan baru, HIPMI dituntut memainkan peran kunci dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional hingga ke angka 8 persen.
Target ambisius itu jelas tak mudah. Namun, dengan kehadiran kader muda yang adaptif, inovatif, dan berani mengambil risiko, HIPMI diyakini bisa menjadi pilar utama dalam pembangunan ekonomi Indonesia yang inklusif dan berkelanjutan.
Transformasi Organisasi: HIPMI Sebagai Rumah Kepemimpinan Bangsa
HIPMI bukan hanya organisasi bisnis. Ia adalah ruang kaderisasi kepemimpinan. Banyak alumni HIPMI kini menjabat sebagai menteri, kepala daerah, bahkan calon pemimpin nasional. Namun dalam usia ke-53, HIPMI tak boleh terjebak dalam glorifikasi masa lalu.
“HIPMI harus menjemput tantangan baru. Bukan hanya mewarisi, tapi memperbarui peradaban ekonomi,” tegas Akbar Himawan Buchari.
Dengan digitalisasi yang masif dan tantangan global yang kompleks, kader HIPMI dituntut membawa nilai baru: integritas, inovasi, dan keberlanjutan. Bukan sekadar membangun bisnis, tapi menumbuhkan nilai dan dampak.
Menjawab Kritik: Dari Elitis ke Merakyat
HIPMI juga dihadapkan pada kritik lama: elitis dan eksklusif. Kini, organisasi ini ditantang untuk turun ke desa, merangkul UMKM, membina sektor informal, dan membuka akses ekonomi yang adil bagi seluruh lapisan masyarakat.
“Kader HIPMI harus menjadi agen transformasi yang membumi. Dari desa hingga pusat kota, dari komunitas hingga global,” ujar Akbar.
Digitalisasi: Jalan Pemerataan dan Inklusi Ekonomi
Dalam era disrupsi digital, HIPMI harus menjadi motor adopsi teknologi, bukan hanya sebagai pengguna, tetapi sebagai pemimpin. Teknologi digital membuka peluang besar bagi inklusi ekonomi, khususnya bagi pelaku usaha kecil dan menengah.
“Digitalisasi adalah alat, bukan tujuan. HIPMI harus jadi lokomotif digitalisasi sebagai instrumen pemerataan ekonomi,” tegas Akbar.
Melalui platform digital, UMKM bisa naik kelas, petani bisa menjangkau pasar global, dan pengusaha lokal bisa masuk ekosistem ekonomi digital yang lebih luas.
Hijau, Etis, dan Berkelanjutan: Masa Depan HIPMI
HIPMI masa depan bukan hanya soal pertumbuhan ekonomi, tetapi juga keberlanjutan. Dalam konteks krisis iklim dan ketimpangan sosial, kader HIPMI harus menjadi pelopor usaha hijau yang ramah lingkungan dan inklusif secara sosial.
Etika bisnis dan tanggung jawab sosial kini harus menjadi standar, bukan lagi jargon. HIPMI harus membangun model bisnis baru yang menjawab tantangan zaman, bukan hanya mencari keuntungan semata.
Kolaborasi Strategis: Bersama Pemerintah, Bangun Masa Depan
Ke depan, HIPMI harus memperkuat sinergi dengan pemerintah dalam agenda strategis nasional, termasuk; hilirisasi industri untuk memperkuat nilai tambah lokal, Pemberdayaan UMKM dan koperasi sebagai tulang punggung ekonomi, digitalisasi ekonomi untuk percepatan transformasi, ketahanan pangan melalui wirausaha pertanian dan pangan lokal, transisi energi menuju ekonomi hijau dan rendah karbon, serta pengembangan ekonomi desa berbasis potensi lokal
Pemerintah tidak bisa sendiri. HIPMI harus hadir sebagai mitra strategis yang kontributif dan aktif dalam setiap agenda tersebut.
Agenda Masa Depan: Peta Jalan Kewirausahaan Nasional
Penetapan Hari Kewirausahaan Nasional harus menjadi momentum untuk menyusun peta jalan pengembangan kewirausahaan Indonesia jangka panjang yang meliputi: pendidikan kewirausahaan sejak dini, pembiayaan inklusif bagi startup dan UMKM, inkubasi bisnis berbasis komunitas lokal, serta akses pasar global berbasis teknologi digital
Pembangunan ekonomi masa depan tak cukup hanya ditopang oleh korporasi besar.
Butuh jutaan wirausaha muda yang tangguh, kreatif, dan bermoral. HIPMI harus berada di garda terdepan dalam membentuk generasi itu.