Terkait Penyakit Leptospirosis, Desa Melakasari Tetapkan Status KLB
adainfo.id – Selasa (10/06/2025), masyarakat Desa Melakasari, Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon dikejutkan oleh penemuan seorang warga yang positif terinfeksi Leptospirosis di Dusun 01.
Di fase awal, penyakit menular tersebut akan menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, gejala ini menyerupai gejala HIV.
Kejadian ini mencuat setelah Pemerintah Desa Melakasari menerima surat edaran resmi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon. Dalam surat tersebut, tertulis bahwa warga tersebut kini tengah dirawat intensif di Rumah Sakit IHC Pelabuhan Cirebon.
Menanggapi hal itu, Kuwu Melakasari, Sochibi, menyampaikan keterkejutannya yang mendalam.
“Jujur kami kaget, baru kali ini mendengar kasus seperti ini terjadi di desa kami. Ini hal yang sangat tidak biasa dan menjadi perhatian serius,” tegasnya.
Leptospirosis: Penyakit Mematikan yang Diabaikan
Leptospirosis disebabkan oleh bakteri Leptospira, yang umumnya ditularkan melalui urin atau darah hewan terinfeksi, terutama tikus. Bahayanya meningkat bila manusia terpapar air atau lingkungan yang terkontaminasi, seperti genangan air hujan atau saluran pembuangan yang kotor.
Gejala awal Leptospirosis sering kali tak disadari. Tubuh terasa lemas, disertai nyeri otot dan tulang, demam tinggi, hingga gangguan fungsi organ. Beberapa gejala bahkan menyerupai HIV atau penyakit infeksi berat lainnya, menjadikannya silent killer di daerah dengan sanitasi rendah.
Status KLB Ditetapkan, Desa Melakasari dalam Pengawasan Khusus
Sebagai respon cepat, Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) untuk Desa Melakasari. Penetapan ini bertujuan untuk mempercepat penanganan dan mencegah penyebaran lebih luas ke warga lainnya.
“Penetapan KLB ini adalah bagian dari tanggung jawab kesehatan masyarakat. Kami tidak ingin menunggu sampai kasus bertambah banyak. Ini harus dicegah sejak dini,” ujar Kuwu Sochibi dengan nada serius.
Langkah-langkah mitigasi segera digelar. Tim Surveilans dari Puskesmas Gebang turun langsung ke lapangan untuk melacak kemungkinan persebaran bakteri di sekitar rumah pasien. Penyemprotan disinfektan dilakukan secara bertahap, terutama di area yang berpotensi menjadi sumber penyebaran.
Tak hanya itu, sosialisasi dan edukasi kepada warga menjadi prioritas. Petugas kesehatan memberikan pemahaman menyeluruh tentang gejala, penularan, dan pencegahan Leptospirosis.
“Kami tidak hanya fokus pada pengobatan, tetapi juga edukasi. Warga harus tahu bahaya Leptospirosis dan bagaimana cara menghindarinya,” ungkap salah satu petugas kesehatan.
Perburuan Tikus Dimulai: Pemdes dan Warga Bergerak Bersama
Dalam tindakan nyata, Pemerintah Desa Melakasari menggandeng masyarakat untuk melakukan pencarian terhadap sumber penyebab utama: tikus liar. Aksi ini menjadi bentuk tanggung jawab kolektif terhadap keselamatan warga desa.
“Kami bersama warga akan turun langsung untuk mencari tikus tersebut. Ini demi keselamatan bersama. Kami khawatir jika dibiarkan bisa menular ke warga lainnya,” ujar Sochibi.
Langkah ini tak hanya bersifat reaktif, tetapi juga menjadi sinyal kuat bahwa desa tak ingin kecolongan dalam menghadapi ancaman kesehatan masyarakat.
Pencegahan Leptospirosis: Langkah Kecil yang Berdampak Besar
Salah satu kunci utama dalam mencegah Leptospirosis adalah menjaga kebersihan lingkungan. Dalam sosialisasi yang akan dilakukan door to door, warga diminta untuk melakukan:
-
Menutup makanan dan air minum agar tidak terkontaminasi
-
Membersihkan saluran air dan menghindari genangan
-
Menggunakan pelindung saat membersihkan area berisiko
-
Menyimpan sampah rumah tangga dengan baik
-
Menghindari kontak langsung dengan tanah atau air yang terkontaminasi tanpa alat pelindung
Kuwu Sochibi menegaskan bahwa Pemdes Melakasari akan terus mendampingi warga dan bekerja sama dengan Puskesmas untuk pengawasan berkelanjutan.