FKKC Evaluasi Serius Insiden Kuwu Karangsari yang Viral
adainfo.id – Perilaku menyimpang seorang kuwu di Kabupaten Cirebon kembali menjadi sorotan publik. Video Casmari, Kuwu Desa Karangsari, Kecamatan Weru, yang terekam sedang “nyawer” di tempat hiburan malam, viral dan menuai kecaman tajam dari masyarakat luas.
Di tengah riuhnya perbincangan di media sosial dan meningkatnya tekanan publik, Forum Komunikasi Kuwu Cirebon (FKKC) angkat bicara.
Forum yang menjadi wadah resmi komunikasi antar kepala desa di wilayah Cirebon itu menegaskan sikapnya bahwa kasus ini harus ditangani secara serius dan menjadi momentum pembenahan internal.
Ketua FKKC: Bukan Sekadar Urusan Pribadi
Ketua FKKC, Muali, menyampaikan bahwa pihaknya tidak memandang insiden tersebut sebagai semata-mata tindakan pribadi, melainkan sebagai pelanggaran etika publik yang berpotensi mencoreng citra pemimpin desa secara keseluruhan.
“Kuwu adalah pemimpin. Sosok yang menjadi panutan di lingkup sosial terkecil sekalipun. Maka, apa yang terjadi pada Kuwu Karangsari harus menjadi yang pertama dan terakhir. Ini pelajaran bersama,” ujar Muali pada Minggu (15/06/2025).
Ia mengakui bahwa video tersebut mengguncang tidak hanya internal FKKC, tetapi juga menimbulkan kehebohan di tengah masyarakat Kabupaten Cirebon.
Reaksi publik menunjukkan betapa pentingnya menjaga marwah dan integritas pemimpin desa di era keterbukaan informasi seperti sekarang.
“Bukan Soal Dana, Tapi Etika Publik”
Muali tidak memungkiri bahwa dana yang digunakan Casmari merupakan dana pribadi. Namun, ia menekankan bahwa dalam ruang publik, persepsi dan etika lebih dominan dibandingkan aspek legalitas semata.
“Betul, itu dana pribadi. Tapi ruang publik tak hanya menilai dari uang, melainkan juga dari etika. Ketika sudah viral, sulit untuk mengontrol persepsi publik,” tandasnya.
Ia pun mengungkapkan bahwa pihaknya telah menjalin komunikasi langsung dengan Casmari. Dari hasil pembicaraan tersebut, Casmari mengaku khilaf dan menyadari kekeliruannya, namun evaluasi tetap harus dilakukan untuk menjaga standar etika bersama.
Pembinaan dan Evaluasi Menyeluruh Akan Digelar
Dalam waktu dekat, FKKC berencana menggelar pertemuan khusus di Sekretariat FKKC untuk membahas lebih mendalam insiden ini.
Fokus utama forum tersebut adalah mengevaluasi sistem pembinaan internal serta menyusun langkah-langkah preventif agar kejadian serupa tidak terulang.
“Kami akan memperkuat pembinaan internal dan penekanan terhadap nilai-nilai moral dalam menjalankan amanah sebagai Kuwu. Kami tak akan berhenti di situ. Harus ada evaluasi menyeluruh di internal kami,” tegas Muali.
FKKC menyadari bahwa salah satu dampak dari insiden viral ini adalah menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap institusi kuwu.
Oleh karena itu, forum berkomitmen untuk mengembalikan reputasi kepemimpinan desa dengan menegakkan standar etika dan integritas yang tinggi.
“FKKC kini memikul tanggung jawab besar untuk mengembalikan kepercayaan publik dan menjaga nama baik institusi kuwu di Kabupaten Cirebon,” ungkapnya.
Selain penanganan terhadap kasus Casmari, Muali juga mengajak seluruh kuwu di wilayahnya untuk lebih berhati-hati dalam bersikap dan bertindak, terutama di ruang publik yang semakin transparan akibat kemajuan teknologi informasi.
Kuwu sebagai Representasi Negara di Tingkat Desa
Dalam pandangan FKKC, posisi kuwu bukanlah jabatan administratif semata, melainkan representasi negara di level paling bawah yang menjadi perpanjangan tangan dalam melayani masyarakat. Maka, seorang kuwu harus mampu mencerminkan nilai-nilai keteladanan dalam setiap perilaku, baik di ruang publik maupun privat.
“Pemimpin desa harus fokus pada kerja-kerja pembangunan dan pelayanan masyarakat, bukan justru menjadi sorotan negatif,” tutup Muali.
Insiden Casmari menjadi pengingat bagi seluruh pemangku jabatan publik, bahwa tanggung jawab moral seorang pemimpin tidak bisa dilepaskan dari tindakan keseharian.
Di tengah derasnya arus informasi, sekecil apa pun kesalahan dapat menjadi bola salju yang mengikis kepercayaan masyarakat.