Bumdes Dompyong Kulon Lakukan Sejumlah Inovasi

KIM
Camat Gebang, Iman Santoso, saat mengecek kolam ikan lele, Selasa (17/06/25) (foto: adainfo.id)

adainfo.id – Desa Dompyong Kulon, Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon, mencuri perhatian berkat terobosannya melalui Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) yang berhasil mengembangkan usaha peternakan ayam petelur, budidaya ikan lele berbasis bioflok, dan budidaya magot dalam satu kawasan.

Kombinasi usaha ini dinilai sebagai model inovasi berkelanjutan yang mampu menjawab tantangan pangan, efisiensi biaya, dan pemberdayaan ekonomi lokal.

Model terintegrasi ini tidak hanya memanfaatkan potensi lokal, tetapi juga menunjukkan betapa sinergi antarjenis usaha bisa menciptakan rantai bisnis mikro yang kuat dan berkelanjutan.

Dengan mengoptimalkan teknologi dan limbah organik, Bumdes Dompyong Kulon sukses mengubah keterbatasan menjadi peluang.

Camat Gebang: Ini Bisa Jadi Role Model Bumdes Cirebon

Camat Gebang, Iman Santoso, saat meninjau lokasi mengaku bangga dan mengapresiasi keseriusan yang ditunjukkan oleh pengelola Bumdes. Ia menyebut bahwa konsep ini patut dijadikan model pengembangan ekonomi desa berbasis inovasi dan efisiensi.

“Ini bukan hanya soal bisnis. Ini bicara tentang pemberdayaan warga, pemanfaatan sumber daya lokal, dan penguatan ekonomi mandiri. Bumdes Dompyong Kulon punya potensi jadi contoh se-Kabupaten Cirebon,” ujarnya pada Selasa (17/06/2025).

Iman menyebut bahwa sinergi antara ternak ayam, kolam lele, dan magot menjadi contoh ideal integrasi sektor peternakan, perikanan, dan pengolahan limbah organik.

Magot Jadi Kunci Efisiensi Pakan dan Ekonomi Sirkular

Di balik kesuksesan ini terdapat strategi pemanfaatan magot atau larva lalat Black Soldier Fly (BSF) yang menjadi pakan alami unggulan bagi ayam dan lele.

Magot dibudidayakan dari limbah organik rumah tangga dan pertanian, kemudian diolah menjadi pakan bernutrisi tinggi.

Dengan menggunakan magot, Bumdes berhasil menekan hingga 60% biaya pembelian pakan yang biasanya menyerap sebagian besar anggaran.

Tidak hanya hemat, siklus produksi pun menjadi lebih ramah lingkungan dan minim limbah.

Lele Bioflok: Panen Cepat, Efisien, dan Berkelanjutan

Dalam sistem budidaya lele, Bumdes Dompyong Kulon menerapkan teknologi bioflok—metode yang memungkinkan ikan tumbuh dalam kepadatan tinggi dengan kualitas air tetap stabil.

Melalui sistem ini, satu kolam lele bisa dipanen setiap dua hingga tiga bulan, dengan hasil produksi mencapai ratusan kilogram.

Air dalam kolam juga bersih lebih lama, karena mikroorganisme dalam sistem bioflok menguraikan kotoran menjadi pakan alami tambahan bagi lele. Hal ini mengurangi kebutuhan penggantian air dan mempercepat pertumbuhan ikan.

Ayam Petelur: Hasil Rutin untuk Arus Kas Bumdes

Selain lele, Bumdes juga mengelola puluhan ekor ayam petelur yang kini menjadi penyumbang rutin pendapatan harian.

Telur-telur yang dihasilkan dijual ke pasar lokal maupun warga sekitar. Magot menjadi pakan utama ayam sehingga mutu telur tetap baik dengan biaya produksi rendah.

Dengan pola ini, Bumdes tidak hanya menargetkan keuntungan jangka panjang, tetapi juga aliran kas yang stabil untuk mendukung kegiatan operasional dan program sosial desa.

Kuwu Khumaidi: Desa Bisa Mandiri Asal Serius

Kuwu Dompyong Kulon, Khumaidi, menegaskan bahwa keberhasilan ini tidak lepas dari kolaborasi warga, pengelola Bumdes, dan pendamping desa. Ia berharap langkah inovatif ini bisa menginspirasi desa lain di Kabupaten Cirebon.

“Kami ingin membuktikan bahwa desa bisa mandiri jika diberi kesempatan dan diberi ruang inovasi. Kami berharap Bumdes ini bisa jadi tempat belajar dan benchmarking untuk desa lain,” tegas Khumaidi.

Menurutnya, salah satu tantangan utama dalam pengembangan usaha desa adalah kepercayaan masyarakat dan kontinuitas program. Maka itu, penting membangun sistem yang terukur dan transparan dalam setiap langkah usaha.

Dampak Langsung: Penghasilan Tambahan dan Lapangan Kerja

Sejumlah warga Dompyong Kulon menyampaikan bahwa keberadaan Bumdes yang aktif berdampak langsung pada penciptaan lapangan kerja lokal, terutama bagi pemuda dan ibu rumah tangga.

“Dulu banyak pemuda nganggur, sekarang bisa bantu di kandang atau kolam. Lumayan ada penghasilan harian,” ujar Andri, salah satu warga yang terlibat di unit lele.

Selain itu, ibu-ibu setempat turut dilibatkan dalam pemilahan limbah organik untuk magot, serta distribusi telur ke pasar. Pendekatan ini juga turut menghidupkan ekonomi warga secara kolektif dan berkelanjutan.

Dukungan Pemerintah Kecamatan dan Harapan Lebih Besar

Pemerintah Kecamatan Gebang menyatakan akan mendorong Bumdes-Bumdes lainnya agar berani meniru dan mengembangkan inovasi serupa, terutama berbasis kebutuhan lokal dan keterjangkauan teknologi.

“Tidak harus selalu besar, yang penting sistematis dan berkelanjutan. Yang dilakukan Bumdes Dompyong Kulon sudah di jalur yang benar. Ke depan, tinggal penguatan pasar dan kemasan,” ujar Iman.

Camat Gebang juga menyebut bahwa pihaknya akan mengupayakan fasilitasi pelatihan, akses permodalan, dan pendampingan lanjutan.

Hal ini untuk memastikan Bumdes Dompyong Kulon bisa tumbuh dari usaha kecil menjadi unit bisnis desa yang matang dan berdampak luas.

BSP GROUP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *