Seribu Bayang Purnama: Film Menyentuh tentang Petani
adainfo.id – Dunia perfilman Indonesia kembali kedatangan karya bernas dan menyentuh. Film Seribu Bayang Purnama, garapan sutradara visioner Yahdi Jamhur, akan tayang di bioskop mulai 3 Juli 2025 mendatang.
Film ini membawa napas baru dalam genre drama sosial dengan mengangkat kisah petani Indonesia secara mendalam dan manusiawi.
Bukan hanya menyentuh dari sisi narasi, Seribu Bayang Purnama juga berkomitmen secara nyata, seluruh keuntungan penjualan tiket akan didonasikan untuk pelatihan pertanian bagi petani lokal.
Sebuah langkah langka yang menjadikan film ini tidak hanya sebagai tontonan, tetapi gerakan sosial yang berdampak langsung pada kesejahteraan rakyat kecil.
“Film dengan drama kehidupan petani mungkin terdengar asing dalam jagad sinema Indonesia. Tapi kami ingin mengangkat tema ini agar semua orang bisa lebih peduli dan sadar pentingnya pertanian bagi bangsa,” ujar Yahdi Jamhur disela film screening, Selasa (17/6/2025).
Gambaran Getir Kehidupan Petani dalam Bingkai Sinematik
Lewat Seribu Bayang Purnama, penonton akan diajak menyelami berbagai tantangan yang dihadapi petani di Indonesia.
Seperti ketergantungan pada tengkulak, biaya produksi yang mencekik, serta minimnya akses informasi.
Namun alih-alih menggurui, film ini menyajikannya dalam balutan drama keluarga yang penuh emosi dan menyentuh hati.
Swastika Nohara, penulis naskah sekaligus co-sutradara, menyusun kisah ini dengan cermat dan sensitif.
Dikenal lewat karya-karya yang mengusung isu sosial, budaya, dan kemanusiaan, Swastika membawa kekuatan naratif yang tak hanya kuat secara sinematik, tapi juga membekas secara batin.
Penuh Makna, Penuh Pesan Sosial
Film ini tidak hanya ingin menjadi representasi visual dari dunia pertanian.
Lebih jauh, Seribu Bayang Purnama juga menjadi ajakan reflektif dan progresif, terutama kepada generasi muda.
Yahdi dan tim kreatifnya mendorong agar anak-anak muda mau kembali melihat desa bukan sebagai tempat tertinggal, tapi sebagai pusat harapan dan sumber kekuatan pangan nasional.
“Pertanian alami mampu menekan biaya, meningkatkan hasil, dan menciptakan pangan sehat. Ini jalan menuju kedaulatan pangan,” ujar Yahdi.
“Bumi pertiwi ini butuh pertanian yang alami agar terus bisa memberikan hasil terbaik. Saya harap banyak anak muda yang tergerak untuk bertani,” tambahnya.
Cast Kuat dengan Karakter Penuh Lapisan
Diperkuat oleh Marthino Lio, Givina Whani Darmawan, Aksara Dena, dan Nugie, Seribu Bayang Purnama ini menyajikan akting yang tidak hanya mumpuni, tetapi juga membawa kedalaman psikologis dan realitas sosial.
Para pemeran tak sekadar hadir, tetapi melebur dalam karakter-karakter yang dihidupkan dari realita banyak petani di Indonesia.
Sinematografi yang digarap dengan gaya semi-dokumenter khas Yahdi menambah kesan autentik dan intim pada setiap adegan, membuat penonton seolah menjadi bagian dari cerita.
Film yang Menyentuh, Membuka Mata, dan Menggerakkan
Seribu Bayang Purnama bukan sekadar karya layar lebar, melainkan refleksi nasional terhadap salah satu sektor terpenting namun paling sering dilupakan yaitu pertanian.
Di tengah dominasi film bergenre komersial, film ini berdiri sebagai manifestasi seni yang berpihak kepada petani, desa, dan masa depan pangan Indonesia.