Soroti Ketimpangan, Kang Ono Tinjau Argasunya

KIM
DPRD Kota Cirebon Dampingi Ono Surono Tinjau Argasunya, Jum'at (20/06/25) (Humas DPRD).

adainfo.id – Sorotan tajam terhadap ketimpangan pembangunan di wilayah selatan Kota Cirebon mencuat dalam kunjungan kerja Wakil Ketua DPRD Provinsi Jawa Barat, Ono Surono ke Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti, Jumat (20/6/2025).

Kunjungan tersebut tidak hanya dihadiri oleh jajaran DPRD Provinsi, tetapi juga melibatkan anggota DPRD Kota Cirebon lintas komisi.

Bagi warga setempat, kesempatan ini lebih dari sekadar seremoni, ini adalah momen berharga di mana suara rakyat bawah benar-benar didengar langsung oleh para pengambil keputusan, bukan hanya dicatat dalam laporan statistik atau berita musiman.

Argasunya: Antara Potret Ketimpangan dan Rawan Pangan

Kelurahan Argasunya selama ini dikenal sebagai kawasan dengan angka kemiskinan paling tinggi di Kota Cirebon, meski secara makro Indeks Pembangunan Manusia (IPM) kota ini cukup membanggakan di level Jawa Barat, namun paradoks inilah yang mendorong kunjungan legislator ke kawasan yang disebut-sebut menjadi “kantong ketimpangan struktural” ini.

Dalam sesi dialog terbuka, warga menyampaikan keresahan tentang jalan rusak yang tak kunjung diperbaiki, wilayah yang gelap gulita tanpa penerangan jalan umum (PJU), hingga meningkatnya angka kriminalitas karena nihilnya kamera pengawas (CCTV). Aspirasi ini keluar deras, menunjukkan betapa lama mereka menanti perhatian yang sepadan.

Inventarisasi Masalah untuk RPJMD

Anggota Komisi I DPRD Kota Cirebon, Imam Yahya, S.Fil.I., M.Si, menjelaskan bahwa kunjungan ini menjadi bagian dari kerja strategis inventarisasi persoalan lapangan yang akan masuk dalam RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) Provinsi Jawa Barat.

“Selain masalah rawan pangan, masyarakat juga menyuarakan soal jalan tanah yang belum diaspal, wilayah yang gelap tanpa PJU, hingga kebutuhan pemasangan kamera pengawas karena kriminalitas makin mengkhawatirkan,” kata Imam.

Menurutnya, Argasunya mencerminkan kesenjangan spasial dan sosial yang butuh respons lintas level pemerintahan. Sebab, walau Kota Cirebon tergolong maju secara ekonomi dan pendidikan, masih ada wilayah yang seolah tidak masuk radar utama pembangunan.

Kolaborasi untuk Afirmasi Wilayah Selatan

Umar Stanis Klau, Anggota Komisi III DPRD Kota Cirebon, menyebut bahwa sinergi antar-lembaga menjadi krusial. Ia menyambut positif kehadiran Wakil Ketua DPRD Jabar karena menurutnya inilah saatnya membangun jalur kolaborasi antara kota, provinsi, dan pusat, khususnya dalam alokasi anggaran dan distribusi program afirmatif.

“Kami harap kehadiran Pak Ono jadi langkah awal membangun sinergi konkret. Kota, provinsi, dan pusat harus bersatu dalam merespon ketimpangan yang nyata di lapangan,” ujar Umar dengan nada serius.

Ono Surono menyampaikan pesan tegas di hadapan warga. Menurutnya, Argasunya layak masuk dalam prioritas program intervensi pemerintah provinsi, mengingat statusnya sebagai wilayah rawan pangan dan pusat kantong kemiskinan tertinggi di Cirebon.

“Ini bukan hanya soal statistik. Kita melihat dan mendengar langsung dari warga. Rawan pangan, pengangguran, dan ketimpangan ini harus direspons dalam RPJMD sebagai fokus kebijakan strategis,” katanya.

Tak berhenti pada retorika, Ono juga menyinggung isu-isu substansial yang harus segera ditangani: pengembangan UMKM lokal, penurunan angka stunting, pengendalian inflasi bahan pokok, serta evaluasi atas tambang-tambang yang izinnya menggantung dan menimbulkan kerusakan lingkungan.

Ia menegaskan bahwa dirinya akan mendorong pengawasan terhadap proses reklamasi lahan bekas tambang agar tidak memperparah kondisi ekologis dan sosial masyarakat Argasunya yang tinggal di kawasan padat dan berisiko tinggi.

Sebagai bentuk solidaritas awal, pada kunjungan tersebut juga disalurkan 200 paket sembako yang berasal dari Bank BJB kepada warga terdampak. Meskipun kecil dalam skala, aksi ini membawa pesan kuat bahwa masyarakat tidak sendiri dalam menghadapi keterpurukan.

“Ini bukan sekadar bantuan, tapi simbol bahwa masyarakat tidak sendirian. Kami hadir untuk mendengar dan membawa aspirasi ini ke kebijakan yang lebih inklusif,” ungkap Ono di hadapan warga yang hadir.

Dari Simbol ke Aksi: Harapan Baru Argasunya

Warga Argasunya melihat momentum ini sebagai sinyal kebangkitan. Bahwa mereka, yang selama ini berada di pinggiran secara geografis dan kebijakan, akhirnya mendapat tempat dalam panggung prioritas pembangunan. Terlihat dari partisipasi aktif masyarakat saat berdialog, banyak yang menyuarakan harapan atas akses air bersih, penataan permukiman, dan fasilitas pendidikan yang lebih layak.

“Selama ini, kami merasa seperti warga kelas dua. Semoga setelah ini, perhatian tidak hanya berhenti pada kunjungan,” ucap salah satu warga RW 09.

Bagi warga, Argasunya bukan hanya soal tempat tinggal. Ini adalah rumah, akar sejarah, sekaligus simbol perjuangan yang menanti keadilan pembangunan.

 

BSP GROUP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *