Pemerhati Anak Ini Ungkap Dampak Negatif Terjadinya Perang

ARY
Pemerhati anak dan perempuan asal Depok, Novi Anggriani ungkap dampak perang terhadap anak. (Foto: Istimewa)

adainfo.id – Pemerhati perempuan dan anak asal Depok, Novi Anggriani, menyerukan penghentian segera terhadap segala bentuk perang yang terjadi saat ini.

Novi menegaskan bahwa anak-anak menjadi korban terbesar dari konflik bersenjata, mengalami dampak yang begitu kompleks, dari cedera fisik hingga trauma psikologis mendalam.

Seruan ini datang saat dunia tengah menyaksikan memanasnya konflik di Timur Tengah, khususnya antara negara zionis dan Iran.

Ketegangan meningkat setelah serangan rudal dibalas dengan agresi udara, memperparah krisis kemanusiaan yang telah lebih dulu terjadi di Palestina akibat agresi militer berkepanjangan oleh Israel.

“Anak-anak adalah pihak yang paling menderita dalam perang. Mereka rentan terhadap kekerasan, eksploitasi, kehilangan keluarga, bahkan tempat tinggal,” ujar Novi, dalam keterangannya, Kamis (26/6/2025).

Novi, yang kini juga menjabat sebagai Ketua Nadi Center dan berdomisili di Boston, Amerika Serikat, menyoroti secara detail dampak perang terhadap kehidupan anak.

Ia menyebut bahwa kerusakan tidak hanya fisik, tetapi juga menyentuh aspek psikologis, sosial, ekonomi, hingga kesehatan anak-anak.

Anak Rawan Cedera Fisik dan Malnutrisi

Menurut Novi, dalam situasi konflik bersenjata, anak-anak sangat mudah terkena cedera fisik akibat ledakan bom, tembakan, dan runtuhan bangunan.

Namun, yang tak kalah memprihatinkan adalah akses terhadap makanan bergizi dan air bersih yang terganggu.

“Di tengah kekacauan perang, anak-anak mau dapat gizi seimbang dari mana? Untuk mengenyangkan perut saja dirasa sulit,” beber Novi.

Kondisi gizi yang buruk ini, lanjutnya, membuat anak-anak rentan mengalami malnutrisi akut dan kelaparan.

Terutama di wilayah konflik berkepanjangan seperti Gaza dan wilayah perbatasan di Timur Tengah.

Krisis Kesehatan dan Trauma Berkepanjangan

Novi juga menyoroti krisis kesehatan dan meningkatnya potensi wabah penyakit di daerah konflik.

Anak-anak yang imunitas tubuhnya masih rendah menjadi kelompok paling berisiko terdampak.

“Imunitas mereka belum kuat. Ketika terjadi wabah di tengah perang, anak-anaklah yang paling mudah terserang,” tambahnya.

Tak hanya fisik, dampak psikologis seperti trauma, gangguan stres pasca-trauma (PTSD), dan kecemasan berlebih juga menghantui anak-anak korban perang.

Terlebih, kehilangan orang tua, keluarga, dan suasana pengungsian yang tidak mendukung menambah penderitaan mereka.

“Banyak dari mereka yang menyaksikan sendiri kematian anggota keluarganya. Ini trauma yang akan terbawa sepanjang hidup,” ucap Novi.

Seruan Perdamaian untuk Masa Depan Anak-anak

Melihat dampak perang yang begitu luas dan menghancurkan masa depan anak, Novi menyerukan agar komunitas internasional segera bersatu untuk menghentikan perang dan menegakkan perdamaian global.

“Tentu dalam berbagai aspek, banyak dampak negatif yang akan ditimbulkan, terutama bagi anak-anak,” tutup Novi.

BSP GROUP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *