Banjir Rob Kembali Rendam Desa Melakasari Cirebon, Warga Minta Solusi Nyata dari Pemerintah
adainfo.id – Banjir rob kembali melanda Desa Melakasari, Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon, pada Selasa (4/11/2025).
Air laut pasang yang menerjang sejak pagi hari membuat ratusan rumah warga terendam dan melumpuhkan sebagian besar aktivitas masyarakat pesisir.
Kondisi ini semakin memperlihatkan betapa seriusnya ancaman banjir rob di wilayah pesisir utara Cirebon, yang hingga kini belum mendapatkan solusi permanen.
Kuwu Desa Melakasari, Sohibi, mengatakan bahwa peristiwa banjir rob kali ini bukan yang pertama.
Menurutnya, rob sudah menjadi bagian dari kehidupan warga selama bertahun-tahun.
Setiap kali air laut pasang tinggi, wilayahnya selalu menjadi langganan genangan air asin yang merusak rumah dan fasilitas umum.
“Banjir rob ini sudah menjadi langganan di desa kami. Setiap air laut pasang, rumah-rumah warga pasti terendam. Kadang seminggu bisa dua kali,” ujar Sohibi saat ditemui di lokasi banjir.
Empat Dusun Terdampak, Aktivitas Warga Lumpuh
Menurut penuturan Sohibi, banjir rob kali ini merendam empat dari lima dusun yang ada di Desa Melakasari.
Air mulai masuk ke permukiman sejak pukul 07.00 WIB dan baru surut menjelang sore hari sekitar pukul 14.00 WIB.
Ketinggian air di beberapa titik mencapai 40 sentimeter, membuat warga kesulitan beraktivitas.
Banyak warga tidak bisa berangkat kerja, sedangkan anak-anak terpaksa diliburkan karena sekolah mereka ikut tergenang.
“Untuk saat ini rob cukup parah. Banyak warga tidak bisa bekerja, dan anak-anak pun sulit berangkat sekolah,” kata Sohibi.
Selain menghambat aktivitas ekonomi, air rob juga menyebabkan kerusakan pada perabotan rumah tangga dan fasilitas umum seperti jalan lingkungan, mushola, serta balai desa yang ikut terendam air laut.
Bau anyir air asin semakin memperparah kondisi lingkungan, sementara warga harus berjuang membersihkan rumah dari lumpur dan sisa garam setelah air surut.
Pemerintah Desa Melakasari Kewalahan Tangani Rob
Pemerintah Desa Melakasari mengaku kewalahan menghadapi bencana yang terus berulang ini.
Keterbatasan sumber daya dan minimnya peralatan membuat penanganan banjir hanya bersifat darurat.
“Kami sudah berupaya semaksimal mungkin membantu warga, tapi memang kewalahan karena keterbatasan tenaga dan peralatan,” ujar Sohibi.
Pihak desa telah berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Cirebon serta Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk–Cisanggarung untuk mencari solusi jangka panjang.
Tahun ini, BBWS telah melakukan langkah awal berupa penanggulangan di Kali Bledek, salah satu titik rawan genangan air laut.
“Alhamdulillah kami mendapatkan bantuan penanganan dari BBWS. Tahun ini baru dilakukan penanggulangan di Kali Bledek, dan tahun depan akan ada dua kegiatan tambahan untuk mengatasi banjir rob,” jelasnya.
Kerusakan Parah di Lahan Pertanian dan Tambak
Selain merendam rumah warga, banjir rob juga berdampak besar terhadap lahan pertanian dan tambak ikan yang menjadi sumber mata pencaharian utama masyarakat Melakasari.
Air laut yang meluap menyebabkan tanah menjadi asin dan sulit ditanami kembali.
“Dampak banjir rob ini bukan hanya di rumah, tapi juga di lahan pertanian dan tambak. Banyak petani gagal panen, nelayan pun susah beraktivitas,” ujar Sohibi.
Kerugian ekonomi akibat rob di desa tersebut diperkirakan mencapai puluhan juta rupiah setiap kali terjadi banjir besar.
Warga yang menggantungkan hidup dari hasil tambak dan pertanian kini harus mencari cara bertahan di tengah kondisi yang semakin sulit.
Beberapa petani bahkan mengaku mulai meninggalkan lahan mereka karena tidak sanggup menanggung biaya perbaikan dan kerusakan berulang setiap kali rob datang.
Warga Mulai Putus Asa, Harapkan Solusi Permanen
Sejumlah warga Desa Melakasari mengaku mulai kehilangan harapan. Bagi mereka, banjir rob bukan lagi sekadar bencana, tetapi sudah menjadi bagian dari keseharian yang melelahkan.
“Hampir setiap bulan kami kebanjiran. Rumah basah, barang rusak, anak-anak sakit. Kami ingin ada solusi agar bisa hidup tenang,” ujar Rohimah, salah satu warga Dusun Karangsari.
Ia menuturkan bahwa air rob biasanya datang tiba-tiba, terutama saat angin laut bertiup kencang di pagi hari.
Dalam waktu singkat, jalan-jalan desa berubah menjadi aliran air asin yang masuk ke rumah warga.
“Kami sudah biasa gotong royong membersihkan air rob, tapi kalau terus begini tanpa solusi, kami tidak tahu sampai kapan harus bertahan,” katanya.
Warga berharap agar pemerintah tidak hanya menyalurkan bantuan berupa sembako atau karung pasir, melainkan mengambil tindakan nyata untuk membangun tanggul laut atau sistem drainase terpadu yang mampu menahan luapan air.
Pemkab Cirebon Diminta Bertindak Cepat
Banjir rob di Desa Melakasari kini menjadi perhatian serius Pemerintah Kabupaten Cirebon.
Pihak kecamatan telah melakukan pendataan dan melaporkan kondisi terbaru ke BPBD Kabupaten Cirebon untuk ditindaklanjuti.
Meski demikian, warga menilai langkah pemerintah masih terlalu lambat dan belum menyentuh akar persoalan.
Mereka berharap pembangunan infrastruktur penahan air laut bisa segera direalisasikan.
“Selama ini hanya janji koordinasi, belum ada realisasi nyata. Kami butuh tindakan, bukan sekadar survei,” kata seorang warga lainnya.
Permasalahan banjir rob di pesisir Cirebon memang kompleks.
Selain faktor naiknya permukaan air laut, penurunan muka tanah akibat eksploitasi air tanah dan kerusakan ekosistem mangrove turut memperparah kondisi.
Tanpa intervensi infrastruktur dan rehabilitasi lingkungan, ancaman banjir rob dipastikan akan terus meningkat setiap tahun.
Desa Melakasari sendiri menjadi salah satu wilayah paling terdampak di kawasan timur Cirebon, bersama dengan beberapa desa pesisir lainnya seperti Gebangmekar, Gebang Udik, dan Gebang Kulon.
Sohibi berharap sinergi antara pemerintah pusat, provinsi, dan daerah dapat segera terwujud agar warga pesisir tidak terus menjadi korban banjir rob yang tak berkesudahan.











