BBWS Cimancis Kebut Normalisasi Sungai, Antisipasi Banjir Jelang Musim Hujan
adainfo.id – Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk Cisanggarung (Cimancis) terus mempercepat pelaksanaan normalisasi sungai di berbagai wilayah kerjanya.
Langkah ini dilakukan sebagai bentuk antisipasi menghadapi datangnya musim hujan, terutama untuk mencegah potensi banjir di sepanjang aliran sungai utama di Cirebon dan sekitarnya.
Normalisasi sungai menjadi program strategis tahunan BBWS Cimancis. Setiap tahun, kegiatan ini dilaksanakan untuk mengembalikan fungsi sungai agar tetap optimal dalam menampung debit air, sekaligus mencegah terjadinya sedimentasi yang berlebihan.
Kepala BBWS Cimancis, Dwi Agus Kuncoro, menegaskan bahwa pihaknya menargetkan penyelesaian program normalisasi di 60 lokasi hingga akhir 2025.
Hingga awal Oktober, sudah 55 titik yang berhasil diselesaikan, sementara lima lokasi lainnya tengah dalam proses pengerjaan.
“Di tengah suasana efisiensi, kami tetap mempertahankan target 60 lokasi yang kami tangani, sama seperti tahun 2024 dan 2023,” ujar Dwi Agus Kuncoro, Rabu (8/10/2025).
Target 60 Lokasi, Tantangan Lapangan Tak Surutkan Semangat
BBWS Cimancis memiliki wilayah kerja yang meliputi sebagian besar aliran Sungai Cimanuk, Cisanggarung, hingga sejumlah anak sungai di wilayah Kabupaten dan Kota Cirebon. Pelaksanaan normalisasi sungai di 60 lokasi bukan tanpa kendala.
Secara internal, tantangan muncul karena adanya regenerasi operator alat berat yang memasuki masa pensiun.
Selain itu, sejumlah peralatan utama seperti ekskavator dan dump truck juga membutuhkan perawatan berkala.
“Kami tidak tinggal diam. Kami meminjam alat berat dari Dinas PUTR Kabupaten Cirebon, BBWS Citarum, dan BBWS Pemali Juwana untuk menutupi kekurangan alat,” jelas Agus.
Upaya saling bantu antarlembaga itu menjadi bukti bahwa kolaborasi teknis sangat penting dalam menjaga kelancaran proyek nasional bidang sumber daya air.
Kendala Eksternal: Lahan dan Akses Menjadi Tantangan
Selain kendala teknis, BBWS Cimancis juga menghadapi persoalan eksternal yang kerap memperlambat pelaksanaan proyek.
Salah satunya adalah kesulitan mencapai kesepakatan dengan masyarakat terkait lahan di sekitar sungai yang akan dinormalisasi.
Beberapa titik pekerjaan bahkan tertunda karena adanya keberatan dari warga yang lahannya masuk area pekerjaan.
Tak jarang pula akses menuju lokasi sulit dilalui alat berat akibat jalan sempit atau tertutup bangunan semi permanen.
“Kami berharap pemerintah desa dapat membantu mensterilkan akses masuk alat berat agar pekerjaan di lapangan tidak terganggu,” tambahnya.
Agus menilai, dukungan masyarakat menjadi faktor kunci keberhasilan kegiatan normalisasi sungai. Dengan kesadaran bersama, upaya menjaga fungsi sungai akan lebih mudah diwujudkan.
Kolaborasi Pemerintah dan Masyarakat untuk Sungai yang Lebih Bersih
Koordinasi lintas sektor terus diperkuat antara BBWS Cimancis, pemerintah daerah, dan masyarakat.
Menurut Agus, penting bagi semua pihak untuk memiliki komitmen menjaga sungai secara rutin, bukan hanya saat ada proyek normalisasi.
“Kami perlu berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan masyarakat untuk menyepakati pentingnya pemeliharaan sungai secara berkala. Salah satu wilayah yang mengalami kendala adalah kawasan timur Kabupaten Cirebon,” ungkapnya.
Ia menambahkan, pendekatan persuasif terus dilakukan agar warga memahami pentingnya menjaga kelestarian sungai.
Upaya ini termasuk sosialisasi terkait larangan membuang sampah sembarangan dan pentingnya menjaga bantaran agar tidak ditumbuhi bangunan liar.
Program Strategis Awal 2026: Normalisasi Sungai Sukalila
Selain fokus pada wilayah Kabupaten Cirebon, BBWS Cimancis juga telah menyiapkan agenda besar untuk awal tahun depan, yakni normalisasi Sungai Sukalila di Kota Cirebon.
Menurut Dwi Agus Kuncoro, program tersebut merupakan hasil koordinasi dengan Pemerintah Kota Cirebon dan menjadi bagian dari proyek penataan ruang terbuka hijau perkotaan.
“Kami akan melakukan normalisasi dan penataan taman atau ruang terbuka hijau. Rencananya, paling cepat dimulai Januari 2026,” ujarnya.
Sebelum kegiatan dimulai, BBWS Cimancis akan melakukan pengukuran sedimen dan analisis kontur sungai untuk memastikan efektivitas pengerjaan.
Selain itu, pihaknya juga akan berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cirebon terkait pengelolaan pembuangan sedimen agar tidak menimbulkan dampak lingkungan.
“Kami ingin memastikan bahwa sedimen hasil pengerukan dibuang ke lokasi yang aman dan sesuai standar lingkungan,” lanjut Agus.
Efisiensi Anggaran Tanpa Mengurangi Kinerja
Menariknya, meski anggaran tahun 2025 mengalami efisiensi di berbagai pos, BBWS Cimancis tetap berhasil menjaga capaian kerja di angka optimal.
Efisiensi ini dilakukan tanpa mengurangi volume pekerjaan maupun kualitas hasil di lapangan.
“Prinsipnya adalah efektivitas kerja. Kami tetap menjaga produktivitas tanpa menambah beban anggaran,” tutur Agus.
Langkah efisiensi itu dilakukan dengan cara memperkuat koordinasi lintas instansi, optimalisasi alat berat, serta pengaturan jadwal kerja yang lebih terencana.
Normalisasi sungai yang dilakukan BBWS Cimancis menjadi harapan besar bagi warga di wilayah Cirebon dan sekitarnya yang kerap terdampak banjir saat musim hujan.
Beberapa titik rawan seperti Kecamatan Pangenan, Lemahabang, dan Gunungjati menjadi prioritas dalam program 2025 ini.
Dengan pengerukan sedimen, pelebaran alur, dan penataan bantaran, diharapkan debit air sungai bisa mengalir lancar hingga ke muara.
Warga Desa Getrakmoyan, salah satu lokasi pekerjaan, mengaku bersyukur atas langkah cepat BBWS Cimancis.
“Kalau hujan deras, dulu air cepat naik ke jalan. Sekarang sudah mulai lancar. Kami harap bisa selesai sebelum hujan besar datang,” ujar Arifin, tokoh masyarakat setempat.
BBWS Cimancis pun berkomitmen menjadikan sungai sebagai urat nadi kehidupan masyarakat yang perlu dijaga bersama.
Melalui normalisasi yang berkelanjutan, diharapkan tidak hanya masalah banjir yang teratasi, tetapi juga tercipta lingkungan yang lebih sehat dan produktif.
Dengan sinergi antara pemerintah, lembaga teknis, dan masyarakat, upaya mengembalikan fungsi sungai akan menjadi langkah konkret menjaga ketahanan wilayah dari bencana alam, sekaligus mendukung pembangunan berkelanjutan di kawasan Cirebon dan sekitarnya.