BBWS Cimancis Normalisasi Setu Sedong Meski Terkendala Alat Berat
adainfo.id – Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung (Cimancis) terus menunjukkan komitmennya dalam menangani persoalan sumber daya air di Kabupaten Cirebon, khususnya melalui normalisasi Setu Sedong di Kecamatan Sedong.
Meski dihadapkan pada keterbatasan sarana, normalisasi tersebut ini tetap dikebut demi menjaga kelestarian kawasan serta mendukung ketahanan air dan pertanian lokal.
Selasa (24/6/2025), Kepala BBWS Cimancis, Dwi Agus Kuncoro, menyampaikan bahwa kegiatan normalisasi masih berlangsung, namun belum mencapai efisiensi optimal karena keterbatasan alat berat jenis amphibi yang sangat dibutuhkan untuk menjangkau area rawa berlumpur dan perairan dangkal di Setu Sedong.
Permintaan Alat Amphibi Diajukan ke Pemkab Cirebon
Dalam keterangannya, Dwi mengungkapkan bahwa BBWS Cimancis akan segera mengajukan permohonan resmi kepada Pemerintah Kabupaten Cirebon untuk penggunaan alat berat amphibi yang dinilai sangat vital dalam menyelesaikan tahap krusial proyek normalisasi ini.
“Kemarin sore saya langsung meninjau ke Setu Sedong, dan memang masih ada kendala, terutama untuk akses alat berat amphibi,” ujarnya.
Ia menegaskan, surat permintaan bantuan alat berat amphibi akan segera ditandatangani dan dikirimkan pada Kamis sore, dengan harapan dapat segera digunakan agar proses pengerukan bisa berjalan maksimal.
“Insya Allah Kamis sore nanti, surat permintaan bantuan alat berat amphibi ke pemerintah daerah saya tandatangani dan segera kita kirimkan,” tambah Dwi.
Langkah Tetap Dilakukan Meski Alat Terbatas
Meski terbatas, BBWS Cimancis tetap menjalankan normalisasi menggunakan alat berat konvensional yang masih memungkinkan untuk masuk ke area Setu Sedong.
Namun, efektivitas pengerukan menjadi terbatas karena medan yang berlumpur dan tergenang air memerlukan alat yang khusus, seperti excavator amphibi.
“Kami tetap jalankan normalisasi dengan alat yang ada, tapi memang tidak bisa maksimal tanpa alat amphibi,” jelasnya.
Dwi menjelaskan, normalisasi ini bertujuan utama untuk mengembalikan daya tampung air Setu Sedong, yang selama bertahun-tahun mengalami pendangkalan akibat sedimentasi dan perubahan iklim.
Kawasan ini merupakan bagian penting dari sistem irigasi dan penyimpanan air bagi lahan pertanian di sekitarnya.
Langkah Strategis Jangka Panjang: Penampungan Air Hujan dan Eksplorasi Air Tanah
Tak berhenti pada normalisasi saja, BBWS Cimancis juga tengah menyusun strategi pengelolaan air jangka panjang melalui pembangunan penampungan air hujan di sekitar kawasan Setu Sedong.
Penampungan ini diharapkan mampu mengurangi risiko kekeringan saat musim kemarau, sekaligus sebagai cadangan air untuk pertanian dan kebutuhan rumah tangga.
Di sisi lain, survei geolistrik dan pemboran air tanah juga telah dilakukan di wilayah Sedong Kidul. Hal ini untuk mengeksplorasi potensi sumber air bawah tanah yang dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan oleh masyarakat sekitar.
“Kami sudah melakukan pemboran air tanah di Sedong Kidul sebagai bagian dari solusi penguatan ketahanan air di kawasan ini,” ujar Dwi.
Langkah-langkah tersebut merupakan upaya proaktif BBWS dalam mengintegrasikan solusi jangka pendek dan jangka panjang, serta menjadikan wilayah Sedong lebih siap menghadapi dinamika cuaca ekstrem dan ancaman kekeringan.
Setu Sedong Memiliki Peran Strategis dalam Ketahanan Air Wilayah
Setu Sedong tidak hanya berfungsi sebagai danau alami, tetapi juga memiliki nilai strategis sebagai tampungan air utama bagi kawasan timur Kabupaten Cirebon. Setu ini menjadi penopang irigasi, sumber air untuk pertanian, serta habitat keanekaragaman hayati air tawar yang penting untuk keberlanjutan ekosistem lokal.
Dwi Agus Kuncoro menegaskan, Setu Sedong merupakan salah satu kawasan prioritas BBWS Cimancis dalam program revitalisasi sumber daya air di wilayah kerja mereka.
“Kami komitmen mendukung upaya penataan kawasan Setu Sedong agar manfaatnya dirasakan langsung oleh masyarakat, terutama petani dan warga sekitar yang bergantung pada sumber air ini,” tegasnya.
Ia berharap adanya sinergi dari pemerintah daerah, pemilik lahan sekitar, serta komunitas lokal, agar proses pengerjaan tidak hanya efisien secara teknis, tetapi juga mendapat dukungan sosial yang kuat.
Keterlibatan Masyarakat dan Pemerintah Daerah Jadi Kunci
Dalam konteks keberlanjutan proyek, Dwi menyampaikan pentingnya partisipasi masyarakat dan peran aktif Pemkab Cirebon dalam menjaga kelestarian Setu Sedong pasca normalisasi. Ia mendorong pemerintah daerah untuk memperkuat regulasi pengelolaan kawasan perairan dan mencegah praktik-praktik yang berpotensi merusak lingkungan, seperti pembuangan sampah liar, penambangan ilegal, atau alih fungsi lahan.
Selain itu, BBWS juga mengajak elemen pendidikan dan lembaga swadaya masyarakat untuk ikut serta dalam program edukasi dan konservasi air, agar generasi muda bisa lebih peduli terhadap pentingnya pengelolaan air secara berkelanjutan.