BI Peringatkan Pedagang dan Konsumen, Ini Modus Penipuan QRIS yang Marak Terjadi
adainfo.id – Popularitas Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) sebagai standar pembayaran digital nasional terus meningkat pesat.
Penggunaannya yang makin luas di berbagai sektor ekonomi, mulai dari ritel modern hingga pedagang kecil, menjadikan QRIS sebagai simbol transformasi digital di Indonesia.
Namun, di balik pertumbuhan masif tersebut, Bank Indonesia (BI) mengingatkan masyarakat agar tetap waspada terhadap praktik nakal baik dari sisi pedagang maupun konsumen.
Deputi Gubernur BI, Filianingsih Hendarta, menegaskan bahwa edukasi dan kewaspadaan pengguna menjadi kunci agar manfaat QRIS dapat dirasakan tanpa menimbulkan risiko kerugian.
Menurutnya, masih ada sejumlah modus kecurangan yang dilakukan oleh oknum tertentu dalam memanfaatkan sistem pembayaran ini.
QRIS dan Risiko Konsumen Salah Scan
Filianingsih menyebutkan salah satu potensi kecurangan yang sering muncul adalah pedagang nakal menggunakan kode QR bukan miliknya.
Kondisi ini bisa membuat pembeli salah melakukan pembayaran.
“Pedagang bisa saja memakai QR yang bukan miliknya, sehingga pembeli berisiko salah melakukan scan. Karena itu, pengguna harus memperhatikan apakah nama merchant sudah benar dan harga barang sesuai,” ungkap Filianingsih dikutip Rabu (19/09/2025).
Ia menekankan, masyarakat yang melakukan pembayaran dengan QRIS perlu membiasakan diri untuk mengecek kembali nama merchant yang muncul pada aplikasi pembayaran.
Dengan begitu, risiko dana salah masuk bisa diminimalisir.
Tak hanya konsumen, pedagang pun ternyata bisa menjadi korban.
Beberapa kasus mencatat adanya konsumen nakal yang mencoba menipu dengan bukti transaksi palsu.
Modusnya adalah menunjukkan tampilan transfer seolah-olah sudah melakukan pembayaran, padahal dana tidak benar-benar terkirim.
“Pedagang juga bisa ditipu. Konsumen bisa saja menyiapkan bukti transfer palsu. Jadi pedagang perlu memastikan ada notifikasi transaksi masuk. Biasanya kalau uang sudah diterima, notifikasi akan muncul,” jelas Filianingsih.
Ia menekankan agar para pedagang tidak menyerahkan barang sebelum notifikasi resmi dari aplikasi atau sistem perbankan muncul.
Hal ini menjadi langkah penting untuk melindungi diri dari kerugian.
Pertumbuhan Penggunaan QRIS Capai Rekor Baru
Meski masih ada celah penyalahgunaan, QRIS tetap mencatat pertumbuhan yang luar biasa.
Hingga Agustus 2025, jumlah merchant yang telah menggunakan QRIS mencapai 40 juta atau sekitar 113% dari target yang ditetapkan.
Tak hanya itu, volume transaksi QRIS juga telah menembus 8,86 miliar, setara dengan 136% dari target.
Angka ini menunjukkan tingginya minat masyarakat dalam bertransaksi secara non-tunai.
“Jumlah pengguna juga sudah mencapai 57,6 juta atau 85% dari target, dan 93% di antaranya merupakan UMKM,” ujar Filianingsih.
Dominasi UMKM sebagai pengguna QRIS memperlihatkan bahwa digitalisasi sistem pembayaran benar-benar menyentuh sektor akar rumput.
Dengan kemudahan akses pembayaran ini, UMKM mendapat dorongan besar dalam meningkatkan skala usaha.
QRIS dan Masa Depan Ekonomi Digital Indonesia
Keberadaan QRIS tidak hanya sebatas alat transaksi, tetapi juga strategi nasional untuk mempercepat ekonomi digital.
Integrasi antara sistem pembayaran elektronik dengan ekosistem UMKM diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada transaksi tunai yang rawan risiko keamanan dan keterbatasan efisiensi.
BI menegaskan bahwa pihaknya akan terus memperkuat regulasi serta pengawasan terhadap implementasi QRIS.
Di saat yang sama, edukasi publik akan terus digencarkan agar masyarakat bisa menggunakan sistem ini dengan aman.
Filianingsih juga menekankan bahwa kerja sama dengan lembaga perbankan, fintech, hingga masyarakat luas menjadi kunci keberhasilan QRIS.
Dengan catatan pertumbuhan yang positif dan dukungan dari pemerintah, QRIS diyakini akan terus berkembang sebagai fondasi pembayaran digital di Indonesia.