BMKG: Jabodetabek Berpotensi Alami Cuaca Ekstrem hingga 9 Juli 2025
adainfo.id – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini bahwa wilayah Jabodetabek masih berpotensi dilanda cuaca ekstrem hingga 9 Juli 2025.
Cuaca ekstrem ini diperkirakan akan terjadi pada siang hingga malam hari, mencakup wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Peringatan tersebut disampaikan oleh Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramadhani.
Ia mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap intensitas hujan tinggi, angin kencang, dan potensi bencana hidrometeorologi lainnya.
“Prospeknya untuk Jakarta, Jabodetabek paling tidak sampai tanggal 8 tanggal 9 kita masih ada potensi umumnya terjadi siang menjelang sore dan di malam hari,” jelas Andri dikutip Senin (7/7/2025).
Pergeseran Cuaca Ekstrem ke Wilayah Tengah dan Timur Setelah 9 Juli
BMKG memprediksi bahwa setelah 9 Juli, gangguan atmosfer dan distribusi kelembaban tropis akan bergeser ke wilayah Indonesia bagian tengah dan timur.
Andri menekankan pentingnya koordinasi lintas instansi untuk memastikan masyarakat mendapatkan informasi cuaca yang cepat, akurat, dan relevan untuk pengambilan keputusan.
Sinyal Cuaca Ekstrem Jadi Peringatan untuk Siaga Bencana
Andri menyebut bahwa intensitas cuaca ekstrem saat ini menjadi sinyal penting bagi pemerintah daerah dan masyarakat untuk memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana.
Salah satu isu yang kembali mengemuka adalah potensi Jakarta tenggelam, yang menurut Andri membutuhkan kajian multidimensi dan komprehensif.
“Ini kan memang perlu kajian mendalam dan multidimensi. Bahwasannya tentu tak hanya faktor cuaca dan mungkin faktor sedikit kenaikan tinggi muka air laut di sisi pantau. Namun juga ada faktor-faktor lain multidimensi,” tegasnya.
BMKG Terus Koordinasi dengan Pemprov Jakarta
Dalam menghadapi perubahan pola cuaca yang semakin ekstrem, BMKG terus melakukan koordinasi aktif dengan Pemerintah Provinsi Jakarta untuk menyediakan informasi cuaca terkini.
Baik berupa prakiraan jangka pendek hingga jangka panjang, serta sistem peringatan dini berbasis lokasi.
“Sehingga itu perlu kajian yang lebih mendalam dan tentu saja juga tak terjadi secara tiba-tiba ya. Tentunya perlu upaya-upaya yang dari sekarang guna mengantisipasi hal tersebut,” tambah Andri.