Bupati Cirebon Soroti Pengunduran Diri Massal Pengurus KONI
adainfo.id – Kejutan besar terjadi di tubuh Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kabupaten Cirebon. Enam pengurus inti dan satu anggota dewan pembina secara kolektif mengundurkan diri, memicu berbagai pertanyaan publik serta menimbulkan kekosongan struktural dalam lembaga yang seharusnya menjadi tulang punggung pembinaan atlet daerah.
Pengunduran diri massal tersebut tidak hanya membuat organisasi lumpuh sementara, namun juga memunculkan sorotan tajam dari Bupati Cirebon, H Imron, yang menyatakan keterkejutannya atas kejadian tersebut.
“Ini ada masalah apa? Saya belum tahu duduk perkaranya, tiba-tiba pengurus KONI pada mundur. Padahal sebelumnya juga sempat ada pengurus yang dipecat,” ujar Imron, Selasa (24/6/2025).
Pengunduran Diri Kolektif Dinilai Tak Biasa
Bupati menilai bahwa pengunduran diri secara bersamaan, terlebih dari pengurus penting seperti Wakil Ketua I dan II, serta Sekretaris I dan Bidang Perencanaan, bukan sesuatu yang bisa dianggap ringan. Ia menegaskan bahwa langkah seperti ini mengindikasikan adanya masalah serius yang belum terungkap.
“Kalau hanya satu orang mundur mungkin bisa dimaklumi. Tapi kalau sampai enam orang dan satu pembina mundur bersamaan, pasti ada yang tidak beres,” tegasnya.
Imron menambahkan, format surat pengunduran diri yang nyaris seragam dan dilakukan pada waktu hampir bersamaan mengindikasikan bahwa langkah tersebut adalah bagian dari koordinasi terstruktur, bukan keputusan pribadi semata.
Masalah Lama yang Belum Usai
Menurut Imron, isu internal di tubuh KONI bukan hal baru. Sejak awal masa kepengurusan, sudah terdengar adanya mosi tidak percaya dari kalangan internal. Hal ini diperkuat dengan minimnya komunikasi antara pengurus KONI dan pemerintah daerah, termasuk dengan dirinya sebagai Bupati.
“Saya belum pernah diajak diskusi soal arah pembinaan olahraga. Padahal KONI itu punya tanggung jawab besar untuk menyiapkan atlet, bukan hanya sekadar ikut lomba,” katanya.
Ia pun meminta agar ketua KONI memberikan klarifikasi menyeluruh kepada publik dan pemerintah daerah terkait persoalan internal yang sesungguhnya terjadi.
Pengunduran Diri Dibantah Sebagai Bentuk Konflik
Meski begitu, para pengurus yang mundur membantah bahwa pengunduran diri mereka didorong oleh konflik internal. Fajar Sutrisno, salah satu pengunduran dari bidang perencanaan, mengaku langkahnya murni karena alasan pekerjaan utama.
“Saya sibuk di pekerjaan utama sebagai Sekretaris Diskominfo. Daripada mengganggu kinerja organisasi, lebih baik saya mundur,” ujarnya.
Hal senada disampaikan oleh Galih Yuana, Ketua Bidang Hukum, yang menyebut alasan etika pribadi karena merasa tidak optimal dalam menjalankan tugas.
“Saya sih tahu diri. Jarang hadir tapi tetap menerima honor. Lebih baik mundur,” katanya.
Meski demikian, publik tetap mempertanyakan alasan yang terlalu seragam dan kenyataan bahwa mereka berasal dari satu kelompok kerja yang saling terhubung.
KONI Masih Fokus ke BK Porprov, Belum Reshuffle
Ketua KONI Kabupaten Cirebon, Sutardi Raharja, mengonfirmasi adanya pengunduran diri enam pengurus dan satu pembina. Ia menegaskan bahwa pengunduran tersebut tidak terkait konflik, dan tidak berdampak langsung terhadap program utama organisasi.
“Alasannya beragam. Mulai dari pekerjaan, kesehatan, sampai alasan keluarga. Mereka satu gerbong. Tapi bukan karena konflik. Soal anggaran pun kita terbuka,” jelas Sutardi.
Ia juga menyatakan belum akan melakukan reshuffle dalam waktu dekat. Fokus utama KONI saat ini adalah mempersiapkan Babak Kualifikasi (BK) Porprov 2026 yang akan digelar di Sukabumi dan Bandung.
Krisis Kepemimpinan Bisa Pengaruhi Atlet
Kekosongan dalam struktur organisasi dapat berakibat serius jika tak segera diatasi. Apalagi, KONI saat ini sedang berada dalam masa krusial pembinaan atlet untuk persiapan Porprov.
Sementara Sutardi meyakinkan bahwa kegiatan pembinaan berjalan normal, banyak yang mengkhawatirkan minimnya koordinasi antar-bidang, serta risiko gangguan moral atlet dan pelatih akibat ketidakpastian arah organisasi.
Beberapa pihak internal bahkan menyebut bahwa jika tidak ada perombakan dan evaluasi total, KONI bisa kehilangan kepercayaan dari cabor dan pelatih yang selama ini berharap pada dukungan anggaran dan pembinaan strategis.