Cahaya Hikayat Nusantara Menyala di Selasar MAC UI, Intip Keseruannya
adainfo.id – Dalam suasana bulan purnama yang menyinari Selasar Makara Art Center Universitas Indonesia (MAC UI), Makara kembali menyala.
Pada Kamis (10/7/2025) malam, Komoenitas Makara, Urban Spiritual Indonesia, dan MAC UI menggelar Majelis Nyala Purnama untuk ketiga kalinya dengan mengusung tema “Hikayat Nusantara”.
Kegiatan budaya yang sarat makna ini bertujuan menghidupkan kembali jejak-jejak hikayat, atau cerita lama Nusantara, yang selama ini hidup dalam narasi rakyat.
Tak sekadar untuk hiburan, hikayat-hikayat ini digali sebagai sumber inspirasi, kebijaksanaan, bahkan pengembangan karakter di era modern.
Membaca Ulang Kearifan Leluhur Lewat Hikayat Nusantara
Hikayat Nusantara, sebagai bentuk sastra klasik yang kental dengan unsur moral dan sejarah, menjadi pengingat kolektif akan nilai-nilai luhur peradaban Indonesia.
Dalam konteks acara ini, hikayat dibedah tidak hanya dari sisi sastranya, tetapi juga dari kacamata ilmiah dan spiritual.
Direktur Kebudayaan UI sekaligus Pembina Komoenitas Makara, Dr. Ngatawi Al Zastrouw, menjelaskan bahwa hikayat memiliki fungsi didaktik dan menjadi sarana komunikasi dalam masyarakat.
“Hikayat itu punya fungsi ganda, antara pendidikan dan hiburan. Ia hidup dalam nadi masyarakat. Dan sekarang, tugas kita menyalakan kembali semangat itu,” ujar Zastrouw melalui keterangannya Jumat (11/7/2025).
Pentas Puisi, Tari, dan Meditasi: Meresapi Makna di Balik Cerita
Dalam suasana hening namun khidmat, hadirin diajak menyelami cerita lewat berbagai bentuk ekspresi seni.
Puisi yang dibacakan, tarian yang meliuk di bawah temaram lampu, dan sesi meditasi menjadi jembatan antara teks dan perenungan batin.
Instruktur meditasi dari Urban Spiritual Indonesia, Dr. Turita Indah Setyani, mengungkapkan pentingnya refleksi atas nilai-nilai dalam hikayat.
“Meditasi dalam konteks ini menjadi ruang batin untuk menyerap nilai-nilai kearifan lokal yang ada dalam hikayat. Ini bukan hanya cerita, tapi sumber transformasi diri,” jelas Turita.
Orasi Budaya: Dari DNA Leluhur hingga Danau Segaran
Dua tokoh dari disiplin ilmu yang berbeda diundang memberikan orasi budaya.
Yang pertama adalah Prof. Dr. dr. Herawati Sudoyo, PhD—pakar DNA manusia dan salah satu pendiri Lembaga Eijkman.
Dalam paparannya, Herawati menyampaikan bagaimana DNA membuktikan akar-akar manusia Nusantara berasal dari perpaduan berbagai peradaban, menjelaskan identitas kita sebagai bangsa majemuk sejak zaman purba.
Berikutnya, Prof. Dr. Agus Aris Munandar, arkeolog terkemuka, membawa hadirin ke masa Kerajaan Majapahit.
Ia berkisah tentang Danau Segaran di Trowulan, tempat kisah cinta abadi antara Hayam Wuruk dan Dyah Citrarasmi bersemayam.
“Cahaya purnama di Danau Segaran bukan hanya metafora. Itu simbol cinta dan peradaban,” ujarnya.
Fitra Manan: Hikayat Adalah Cermin Moral Bangsa
Ketua Komoenitas Makara, Fitra Manan, menegaskan pentingnya mengenalkan kembali hikayat kepada generasi muda.
“Ini bukan cerita pengantar tidur. Hikayat mencerminkan identitas dan nilai-nilai luhur bangsa. Dari keberanian, kejujuran, sampai harmoni dengan alam. Kita harus teruskan ini,” tegas Fitra.
Ia menambahkan bahwa kegiatan seperti Majelis Nyala Purnama bukan hanya pelestarian, melainkan juga cara membentuk karakter generasi yang berintegritas di tengah globalisasi yang cepat berubah.