Cuaca Ekstrem Bisa Ganggu Mobilitas Warga Saat Nataru, Kesiapsiagaan Wajib Diperkuat

ARY
Ilustrasi potensi cuaca ekstrem jelang Nataru disampaikan BMKG. (Foto: Pexels/Pixabay)

adainfo.id – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan peningkatan risiko hidrometeorologi atau cuaca ekstrem yang berpotensi mengganggu mobilitas masyarakat pada periode Natal dan Tahun Baru (Nataru).

Dalam rapat koordinasi nasional, BMKG menegaskan bahwa berbagai fenomena cuaca ekstrem masih mendominasi sepanjang Desember hingga awal Januari.

Kepala BMKG, Teuku Faisal Fathani, mengungkapkan bahwa tren kejadian bencana hidrometeorologi terus meningkat dari tahun ke tahun.

Jenis bencana yang mendominasi yaitu hujan ekstrem, angin kencang, serta fenomena lain seperti petir merusak, puting beliung, hujan es, dan jarak pandang terbatas yang kerap mengganggu penerbangan maupun pelayaran.

Ia menambahkan, Jawa Barat menjadi wilayah dengan frekuensi kejadian hujan ekstrem dan angin kencang tertinggi, disusul Jawa Tengah dan Jawa Timur.

“Trennya terus naik. Jawa Barat memimpin frekuensi kejadian hujan ekstrem dan angin kencang, disusul Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ini harus menjadi perhatian kita bersama,” tegas Faisal dikutip Rabu (03/12/2025).

Monsoon Asia Aktif, Anomali Atmosfer Meningkatkan Intensitas Hujan

BMKG memperkirakan periode minggu kedua Desember hingga awal Januari akan dipengaruhi berbagai fenomena atmosfer yang meningkatkan intensitas hujan.

Di antaranya aktifnya Monsoon Asia, munculnya anomali Madden Julian Oscillation (MJO), aktivitas gelombang Kelvin dan Rossby Equator, seruak dingin Siberia, dan potensi pembentukan bibit siklon tropis.

BMKG mencatat wilayah yang perlu mewaspadai pembentukan bibit siklon meliputi Bengkulu, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa, Bali, NTB, NTT, Maluku, serta Papua Selatan dan Tengah.

Meskipun Indonesia umumnya tidak dilalui siklon tropis, Faisal mengingatkan bahwa anomali cuaca dapat mengubah pola tersebut.

BMKG mencontohkan kasus Siklon Senyar yang sebelumnya memicu hujan ekstrem lebih dari 380 mm/hari dan kerusakan signifikan di Aceh.

Curah Hujan Tinggi 300–500 mm/Bulan Mengancam Banyak Wilayah

Untuk periode 28 Desember–10 Januari, BMKG memprediksi curah hujan tinggi hingga sangat tinggi di hampir seluruh Pulau Jawa, Bali, NTB, NTT, sebagian Sulawesi Selatan, serta Papua Selatan.

Curah hujan berpotensi mencapai 300—500 mm per bulan.

Di sisi lain, pesisir Jakarta, Banten, dan Pantura Jawa Barat juga harus mewaspadai potensi banjir rob yang dipicu fase perigee dan bulan purnama pada pertengahan Desember.

BMKG bersama BNPB kini menjalankan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) untuk mendukung respons darurat dan distribusi logistik di wilayah terdampak.

Tiga bandara menjadi lokasi pelaksanaan OMC yakni Bandara Sultan Iskandar Muda (Aceh), Kualanamu (Sumatera Utara), dan Bandara di Padang.

Teknik yang digunakan meliputi penyemaian NACL atau Calcium Oxide untuk menurunkan hujan di wilayah aman, atau mencegah hujan di zona rawan bencana.

“OMC hanya bisa dilakukan bila gubernur menetapkan status siaga darurat. Tanpa itu, operasi tidak bisa dijalankan karena biaya dan risikonya sangat besar,” ungkap Faisal.

Peringatan Dini BMKG Sudah Berulang Dikeluarkan

BMKG menegaskan bahwa peringatan dini cuaca ekstrem telah disampaikan berkali-kali, termasuk saat munculnya Siklon Senyar.

Siklon tropis, kata Faisal, kini dapat diprediksi hingga 8 hari sebelum terbentuk.

Ia mendorong pemerintah daerah untuk lebih aktif berkonsultasi dengan Balai Besar BMKG serta segera menggelar rapat koordinasi bersama Forkopimda setiap kali muncul potensi risiko.

BMKG juga mengoperasikan posko nasional di pelabuhan dan bandara, serta menyiapkan berbagai alat pemantauan seperti radar cuaca, DWT untuk jalan raya, dan InaWIS untuk aktivitas maritim.

Kejadian banjir bandang dan longsor di Cilacap serta Banjarnegara, termasuk bencana di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, menjadi alarm penting.

“Kita belum tahu apa yang menghadang ke depan. Sama seperti yang terjadi di Sumatera Utara, kejadiannya sangat cepat dan kita mungkin kurang siap,” jelas Faisal.

Faisal menutup pemaparannya dengan menekankan pentingnya kesiapsiagaan lintas sektor menjelang puncak libur Nataru.

“Rapat ini penting agar kita memiliki kesiapsiagaan dengan awas, siaga menuju keselamatan. Early warning menimbulkan early action menuju zero victim,” tukasnya.

BSP GROUP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *