Cuaca Panas Menguat, Ini Daftar Wilayah yang Paling Terdampak
adainfo.id – Cuaca panas yang dirasakan warga di berbagai daerah beberapa hari terakhir bukan sekadar perasaan semata.
Suhu udara yang terasa menyengat ini memang mengalami peningkatan signifikan di sejumlah wilayah Indonesia.
Fenomena ini ramai menjadi perbincangan di media sosial, dengan banyak warganet mengeluhkan suhu yang terasa “membakar kulit”.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan ilmiah mengenai penyebab utama kondisi cuaca panas ekstrem yang sedang terjadi.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menyebutkan bahwa peningkatan suhu udara saat ini masih dalam konteks fenomena alamiah.
Akan tetapi perlu diwaspadai karena berdampak pada kesehatan dan aktivitas masyarakat.
Menurut BMKG, faktor pertama yang menyebabkan cuaca panas kali ini adalah pergeseran semu matahari ke arah selatan Indonesia.
Pergeseran ini menyebabkan peningkatan intensitas radiasi matahari di bagian selatan Indonesia, termasuk Pulau Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara.
Posisi semu matahari yang bergeser ke selatan menyebabkan peningkatan intensitas radiasi matahari di wilayah selatan Indonesia.
Minimnya Tutupan Awan Picu Suhu Lebih Terik
Selain faktor astronomis, minimnya tutupan awan juga menjadi penyebab utama mengapa sinar matahari terasa jauh lebih menyengat.
Ketika awan menipis, sinar matahari langsung menembus permukaan bumi tanpa banyak hambatan.
Akibatnya, permukaan tanah, bangunan, dan aspal menyerap panas lebih cepat dan memantulkannya kembali ke udara, menambah sensasi gerah.
Faktor ketiga yang turut memperkuat fenomena ini adalah masa pancaroba, yakni peralihan dari musim kemarau menuju musim hujan.
Dalam masa ini, kelembapan udara menurun dan angin bertiup kering, membuat tubuh manusia kehilangan cairan lebih cepat.
Cuaca juga cenderung tidak menentu, siang terasa terik, sementara sore atau malam bisa disertai angin kencang atau hujan lokal.
“Fenomena ini masih dalam batas normal untuk periode peralihan musim, namun masyarakat perlu menjaga kondisi tubuh agar tidak mudah mengalami heat exhaustion atau kelelahan akibat panas,” terang Guswanto.
Wilayah Paling Terdampak Cuaca Panas
BMKG mencatat, beberapa wilayah di Indonesia mencatat suhu udara tertinggi sepanjang Oktober 2025.
DKI Jakarta menjadi salah satu daerah dengan suhu mencapai 35 derajat celcius pada siang hari.
Sementara itu, Surabaya dan Sidoarjo di Jawa Timur mencatat suhu udara paling tinggi, yakni mencapai 36 derajat celcius.
Kondisi ini disebabkan oleh kombinasi antara radiasi matahari langsung, kepadatan bangunan, dan rendahnya vegetasi peneduh di area perkotaan.
Adapun wilayah Semarang, Grobogan, dan Sragen di Jawa Tengah juga mengalami suhu berkisar antara 34 hingga 35 derajat celcius.
Di sisi lain, Bali dan Nusa Tenggara turut merasakan dampak panas ekstrem dengan suhu mencapai 35 derajat celcius.
Meskipun terik, BMKG menegaskan bahwa fenomena ini bukanlah gelombang panas seperti yang terjadi di wilayah lintang tinggi.
Namun, masyarakat diimbau untuk tetap berhati-hati terhadap paparan panas berlebih yang dapat menyebabkan dehidrasi atau gangguan kesehatan lain.
Prediksi BMKG: Panas Berkurang Akhir Oktober
BMKG memperkirakan bahwa cuaca panas ekstrem ini akan mulai mereda pada akhir Oktober hingga awal November 2025, seiring datangnya musim hujan.
Saat awan mulai terbentuk secara intensif, radiasi matahari yang mencapai permukaan bumi akan berkurang sehingga suhu udara menurun.
Perubahan cuaca ini akan memberikan jeda bagi masyarakat setelah beberapa pekan terakhir menghadapi kondisi panas yang ekstrem.
Namun, BMKG mengingatkan bahwa meski suhu akan menurun, kelembapan tinggi dan potensi hujan lebat bisa menjadi tantangan baru bagi masyarakat di masa transisi ini.