Dampak La Nina Lemah di Indonesia Tak Signifikan, Cuaca Ekstrem Tetap Mengancam

ARY
Ilustrasi fenomena La Nina di Indonesia. (Foto: Unsplash/Faris Mohammed)

adainfo.id – Fenomena iklim La Nina kini mulai muncul di wilayah Indonesia bertepatan dengan datangnya musim hujan.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut kondisi La Nina yang terjadi saat ini termasuk dalam kategori lemah dan diperkirakan akan berlangsung hingga Maret 2026.

Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani menjelaskan, dampak dari La Nina lemah terhadap peningkatan curah hujan diperkirakan tidak akan terlalu signifikan.

Namun masyarakat tetap diminta untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem.

“La Nina lemah akan bertahan hingga awal tahun 2026, namun pada puncak musim hujan dampaknya terhadap penambahan curah hujan tidak terlalu signifikan. Meski begitu, curah hujan tinggi pada periode tersebut tetap perlu diwaspadai,” terang Faisal, dikutip Rabu (05/11/2025).

Menurut BMKG, puncak musim hujan di Indonesia telah dimulai pada November ini dan akan berlangsung hingga Februari 2026.

Berdasarkan catatan hingga akhir Oktober 2025, sekitar 43,8 persen wilayah Indonesia atau 306 Zona Musim (ZOM) telah resmi memasuki musim hujan.

Curah Hujan Meningkat Signifikan

BMKG melaporkan bahwa dalam tiga bulan terakhir curah hujan mengalami peningkatan signifikan di sejumlah wilayah Indonesia.

Sebagian besar daerah kini berada dalam kategori menengah hingga tinggi.

Curah hujan dengan intensitas tinggi hingga sangat tinggi berpotensi terjadi di Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Papua bagian selatan.

Sementara itu, pada periode Februari hingga April 2026, sebagian besar wilayah Indonesia diperkirakan akan mengalami curah hujan kategori menengah dan mulai kembali normal.

Selama November–Desember 2025, hujan di atas normal masih akan melanda beberapa wilayah.

Seperti Sumatera bagian utara, Kalimantan bagian utara, Sulawesi bagian utara, serta Maluku Utara.

Pengaruh Faktor Global dan Regional

Kombinasi antara fenomena La Nina lemah dan Dipole Mode negatif (-1,61) menjadi penyebab utama meningkatnya potensi hujan lebat di sejumlah daerah.

BMKG menjelaskan bahwa kondisi atmosfer saat ini masih sangat labil, yang berarti pembentukan awan konvektif atau awan hujan terjadi lebih intens.

Hal ini memperbesar peluang terjadinya hujan disertai angin kencang dan bahkan puting beliung lokal di beberapa wilayah.

Potensi hujan lebat disertai angin kencang dapat terjadi di Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, NTB, dan Sulawesi Selatan.

Selain itu, Siklon Tropis Kalmaegi yang terdeteksi di Samudra Hindia barat daya Lampung juga berpotensi memengaruhi cuaca di sebagian besar wilayah Indonesia bagian selatan.

BMKG juga mendeteksi adanya sirkulasi siklonik di beberapa wilayah lain yang turut memperkuat pola cuaca ekstrem.

Potensi Cuaca Ekstrem di Sejumlah Wilayah

BMKG memprediksi bahwa selama periode 3–9 November 2025, wilayah yang berpotensi mengalami hujan sedang hingga lebat mencakup pesisir barat Sumatra, sebagian besar Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Maluku, dan Papua.

Masyarakat di wilayah tersebut diminta untuk mewaspadai potensi bencana.

Bencana tersebut seperti banjir, tanah longsor, genangan air, serta gangguan aktivitas harian akibat curah hujan tinggi.

BMKG juga mengingatkan bahwa peningkatan curah hujan akan berdampak terhadap stabilitas tanah, sistem drainase perkotaan, hingga kualitas udara.

“Koordinasi lintas sektor dan peningkatan kesiapsiagaan menjadi kunci dalam menghadapi potensi bencana yang dipicu cuaca ekstrem,” bebernya.

Potensi Bencana Hidrometeorologi

Peningkatan curah hujan di tengah fenomena La Nina lemah juga berpotensi memicu bencana hidrometeorologi.

Berdasarkan data BMKG, wilayah dengan topografi curam dan lereng tidak stabil memiliki risiko paling tinggi terhadap longsor.

Sementara itu, daerah pesisir dengan drainase buruk berisiko mengalami banjir rob dan genangan berkepanjangan.

BMKG menegaskan pentingnya kesiapan tanggap darurat bagi seluruh masyarakat dan aparat di daerah untuk meminimalkan dampak bencana akibat cuaca ekstrem.

BMKG mengimbau untuk tetap memantau perkembangan prakiraan cuaca melalui kanal resmi.

Selain itu menghindari aktivitas di luar ruangan saat hujan deras dan angin kencang melanda.

Warga juga disarankan menjaga kebersihan lingkungan, terutama saluran air dan got.

Hak tersebut untuk menghindari potensi genangan yang dapat memperparah risiko banjir.

BSP GROUP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *