Dinkes Depok Turunkan Tim Investigasi Dugaan Keracunan Santri, Sejumlah Sampel Diperiksa ke Laboratorium

ARY
Kadinkes Kota Depok, Mary Liziawati memberikan keterangan kepada awak media terkait perkembangan dugaan keracunan massal santri pada salah satu ponpes, Kamis (04/09/25). (Foto: Istimewa)

adainfo.id – Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Depok, Mary Liziawati, mengungkap perkembangan terbaru terkait kasus dugaan keracunan massal yang dialami santri di salah satu pondok pesantren.

Mary memastikan tim telah turun langsung ke lokasi sejak awal kejadian untuk melakukan investigasi.

“Ya, jadi kami Dinas Kesehatan melakukan investigasi, datang ke ponpes di hari Selasa. Tetapi kan makanan sudah tidak ada ya, makanan sudah dimakan semua oleh santri. Jadi kami mengambil sampel muntahan,” ujar Mary usai melihat kondisi para santri yang masih dirawat di RS Bhayangkara Brimob Kelapa Dua, Kamis (04/09/2025).

Selain muntahan, pihaknya juga mengambil sampel air dan makanan olahan yang sempat disebut-sebut sebagai penyebab.

“Selain mengambil sampel muntahan, juga mengambil sampel air, tadi Pak Wali juga sampaikan sampel air. Dan juga yang banyak disebut kornet, ya kita ambil sampel kornet juga,” tambahnya.

160 Santri Alami Gejala, 72 Dirawat di RS Brimob

Mary menjelaskan jumlah santri yang mengalami keluhan mencapai sekitar 160 orang.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 72 orang sempat dibawa ke RS Bhayangkara Brimob Kelapa Dua untuk mendapatkan penanganan.

“Ya, kalau yang mengalami keluhan itu sekitar 160 anak. Tapi kan tadi yang kemudian dibawa ke rumah sakit Brimob ada 72 yang kemudian dirawat itu 42, sisanya berobat jalan,” katanya.

Saat ini, jumlah santri yang masih dirawat di RS Brimob tinggal sembilan orang.Sebagian besar telah pulih dan dipulangkan.

“Kemudian hari ini tinggal 9 yang dirawat,” ucapnya.

Sampel Tunggu Hasil Lab 14 Hari

Mary menerangkan, pihaknya juga telah mengirim sampel muntahan, air, dan kornet ke laboratorium untuk memastikan penyebab pasti keracunan.

Namun hasil tersebut diperkirakan membutuhkan waktu paling lama dua minggu.

“Hasil labnya 14 hari. Kemarin ya kita kirim. Paling lambat 14 hari. Semoga sebelumnya sudah ada hasilnya,” terangnya.

Mary juga memastikan bahwa sumber air minum di ponpes bukan berasal dari air kemasan, melainkan air tanah yang diolah menggunakan filter.

“Mereka kan sumber minumnya dari air tanah yang difilter oleh mereka sendiri,” jelasnya.

Selain di RS Brimob, Mary menyebut ada sejumlah santri yang mendapat perawatan di fasilitas kesehatan lain.

“Ada 6 yang di rumah sakit ASA,” ungkapnya.

Sementara itu, santri lainnya yang mengalami gejala ringan ditangani langsung oleh puskesmas terdekat.

“Pemeriksaan oleh Puskesmas,” tambahnya.

Spekulasi Penyebab Masih Tunggu Kepastian

Ketika ditanya soal dugaan awal penyebab keracunan, Mary menegaskan pihaknya belum bisa menyimpulkan.

Menurutnya, tanpa hasil laboratorium, semua baru sebatas spekulasi.

“Ya itu tadi, kita belum bisa memastikan apakah ini dari makanan atau dari air atau dari mana ya. Makanya kita akan tunggu nih hasil lab nya,” tegasnya.

Mary mengungkapkan, informasi sementara menyebutkan menu makanan yang dikonsumsi santri berbeda-beda.

“Kemarin kan yang kita dapat informasinya mereka di pagi hari itu menunya nasi, tauge, pada hari Sabtu. Yang hari Minggu nya kan ada kacang panjang dan tempe, gitu kan,” jelasnya.

Namun karena sampel makanan sudah habis, satu-satunya bukti yang dapat diperiksa hanyalah muntahan para santri.

“Jadi kalau mana nih makanannya (yang jadi penyebab) kita nggak tahu, karena sampel makanan sudah nggak ada. Makanya kita ambip sampel muntahan. Kalau muntahan kan berarti sudah berbagai makanan ya,” paparnya.

Mary menegaskan, penentuan sumber keracunan masih menunggu uji laboratorium.

“Jadi intinya faktor makanan atau faktor air atau apa ya nanti kita tunggu hasil lab nya,” pungkasnya.

BSP GROUP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *