Diskusi Tinta Emas Buya Hamka di UI Tekankan Pentingnya Moral, Intelektual, dan Jiwa Kebangsaan

ARY
Diskusi panel Buya Hamka Center dan FIB UI bertema Tinta Emas Buya Hamka di Auditorium Soe Hok Gie UI, Rabu (22/10/25). (Foto: FIB UI)

adainfo.id – Dalam memperingati Hari Santri Nasional, Buya Hamka Center berkolaborasi dengan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Indonesia (UI) menyelenggarakan diskusi panel bertema Tinta Emas Buya Hamka: Merajut Nasionalisme, Merawat Jiwa Bangsa di Auditorium Soe Hok Gie, Gedung IX Sapardi Djoko Damono, FIB UI, Rabu (22/10/2025).

Kegiatan ini berangkat dari keprihatinan terhadap menurunnya pemahaman generasi muda terhadap sosok Buya Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Buya Hamka).

Seorang ulama besar, sastrawan, dan tokoh kebangsaan yang perannya sangat vital dalam membentuk jati diri bangsa Indonesia.

Meskipun nama Buya Hamka kembali dikenal publik lewat film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, warisan sastra dan pemikiran beliau sesungguhnya jauh lebih luas, menyentuh aspek keislaman, kemanusiaan, dan nasionalisme yang tetap relevan hingga kini.

Ketua Yayasan Pusat Kajian Buya Hamka, Abdul Hadi Hamka, mengatakan kegiatan ini menjadi momentum untuk memperkenalkan sosok Buya Hamka dari sisi yang lebih utuh.

“Melalui kegiatan ini, kami berharap generasi muda, khususnya mahasiswa, dapat mengenal Buya Hamka tidak hanya sebagai sastrawan, tetapi juga sebagai sosok yang mewariskan nilai-nilai moral, intelektual, dan spiritual yang penting bagi bangsa,” ujar Abdul Hadi Hamka dalam keterangannya Kamis (23/10/2025).

Diskusi yang dimulai pukul 14.00 WIB ini dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, dilanjutkan dengan sambutan dari Pelaksana Harian Dekan FIB UI, Dr. Taufik Asmiyanto.

Rangkaian acara juga mencakup pembacaan tilawah, puisi, serta penayangan video singkat mengenai profil dan perjuangan Buya Hamka.

Diskusi Panel: Menyelami Nilai Nasionalisme dan Spiritualitas

Sesi utama menghadirkan tiga narasumber yakni Abdul Hadi Hamka, Andre Andhara (Director of Education, Publishing, and Digital Buya Hamka Center), serta Dr. Sunu Wasono, sastrawan sekaligus dosen purnabakti FIB UI. Diskusi dipandu oleh Dr. Alfian Siagian sebagai moderator.

Perbincangan berlangsung hangat dan menggugah. Para narasumber menyoroti perjalanan hidup Buya Hamka sejak masa muda, asal muasal nama “HAMKA”, hingga perjuangannya dalam dunia dakwah dan sastra.

Salah satu pembahasan utama adalah relevansi nilai-nilai moral dan kebangsaan dalam karya Buya Hamka.

Seperti novel Merantau ke Deli yang menggambarkan perjuangan manusia mencari jati diri, nilai keluarga, dan tanggung jawab sosial.

Mahasiswa peserta diskusi menunjukkan antusiasme tinggi dalam sesi tanya jawab.

Mereka banyak menyoroti sisi humanis dan spiritualitas dalam karya Buya Hamka.

Pesan Moral di Balik Nuansa Tragis Karya Buya Hamka

Salah satu pertanyaan yang mencuri perhatian datang dari mahasiswa yang menyinggung tema kesedihan dalam karya sastra Buya Hamka. Menjawab hal itu, Dr. Sunu Wasono memberikan pandangan mendalam.

“Di balik nuansa tragis, Buya Hamka justru menampilkan nilai-nilai romantika kehidupan yang sarat dengan pesan moral dan keindahan jiwa,” jelas Dr. Sunu.

Menurutnya, karya Buya Hamka bukan sekadar kisah percintaan atau konflik batin.

Melainkan refleksi moral yang mengajarkan pembacanya tentang keikhlasan, perjuangan, dan makna kehidupan.

Selain membahas warisan sastra, diskusi juga menyinggung tantangan dalam mentransfer nilai-nilai Buya Hamka di tengah gempuran era digital.

“Tantangan utama kami adalah bagaimana mengemas nilai-nilai luhur Buya Hamka menjadi literasi yang relevan dan mudah dicerna oleh generasi digital. Ini bukan sekadar soal membaca karya sastra, tapi memahami nilai kehidupan yang terkandung di dalamnya,” ungkap Director of Education, Publishing, and Digital Buya Hamka Center, Andre Andhara.

Andre menjelaskan, Buya Hamka Center kini berupaya mengembangkan program digitalisasi literasi yang interaktif agar nilai-nilai moral dan kebangsaan bisa tersampaikan secara efektif kepada kalangan muda.

Langkah ini sejalan dengan misi lembaga untuk menjadikan karya Buya Hamka sebagai jembatan nilai antara masa lalu dan masa depan bangsa.

Literasi Nilai: Jalan Baru Buya Hamka Center

Acara ini menegaskan komitmen Buya Hamka Center dalam memperkuat peran literasi berbasis nilai dan spiritualitas di Indonesia.

Melalui kolaborasi dengan perguruan tinggi seperti FIB UI, lembaga ini berharap dapat menumbuhkan minat baca dan pemahaman literasi yang tidak hanya bersifat akademis, tetapi juga membangun karakter bangsa.

Buya Hamka Center selama ini dikenal aktif dalam kegiatan riset, penerbitan, edukasi, dan digitalisasi karya.

Lembaga ini berfokus untuk melestarikan pemikiran Buya Hamka agar terus hidup di tengah masyarakat modern yang serba cepat dan informatif.

“Antusiasme dari acara diskusi Buya Hamka ini sangat bermanfaat untuk mengenal Buya Hamka dan nilai-nilai yang dibawa dalam karya-karyanya yang bersejarah,” ujar Ketua Panitia, Dhany Marlen.

Warisan Intelektual yang Tak Lekang Waktu

Buya Hamka bukan sekadar seorang ulama atau penulis, tetapi simbol keseimbangan antara intelektualitas, spiritualitas, dan nasionalisme.

Diskusi ini menjadi bukti bahwa warisan pemikiran Buya Hamka tetap relevan bagi generasi muda Indonesia yang tengah menghadapi tantangan era digital dan krisis nilai moral.

Melalui acara ini, Buya Hamka Center dan FIB UI tidak hanya memperingati Hari Santri Nasional.

Akan tetapi juga menghidupkan kembali semangat kebangsaan dan keislaman yang menjadi fondasi keutuhan bangsa.

BSP GROUP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *