Dua Ruang Kelas MTs Ma’arif NU Ciawijapura Ambruk, Kepala Sekolah Minta Perhatian Pemerintah dan Kemenag
adainfo.id – Dua ruang kelas di MTs Ma’arif NU Boarding School Ciawijapura, Kecamatan Susukanlebak, Kabupaten Cirebon, ambruk pada Selasa (4/11/2025) sekitar pukul 09.30 WIB. Bangunan yang roboh meliputi ruang kelas IX dan laboratorium sekolah.
Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut karena pihak sekolah telah lebih dulu mengantisipasi potensi keruntuhan bangunan.
Kepala Sekolah MTs Ma’arif NU Ciawijapura, Gunawan, S.Pd, menjelaskan bahwa tanda-tanda kerusakan sudah tampak sejak beberapa minggu terakhir.
Dinding mulai retak dan atap bangunan perlahan turun, terutama setelah hujan deras mengguyur wilayah Ciawijapura pada malam sebelumnya.
“Alhamdulillah tidak ada korban, karena kami sudah memindahkan siswa ke ruang lain setelah terlihat tanda-tanda dinding retak dan atap mulai turun,” ujar Gunawan di lokasi kejadian.
Bangunan Tua dan Sudah Tak Layak Pakai
Gunawan mengungkapkan, bangunan sekolah yang ambruk merupakan salah satu fasilitas tertua di lingkungan MTs Ma’arif NU Ciawijapura.
Berdiri sejak tahun 1988, sekolah tersebut sudah puluhan tahun menjadi tempat belajar bagi anak-anak di wilayah Susukanlebak dan sekitarnya.
Namun, usia bangunan yang sudah lebih dari tiga dekade, ditambah minimnya perawatan dan bantuan dana, membuat kondisinya semakin memprihatinkan.
“Bangunan ini sudah rapuh, sering bocor, dan strukturnya sudah banyak yang keropos. Kami sudah lama khawatir dan sudah sampaikan dalam beberapa kali pengajuan bantuan,” ujarnya.
Saat ini, sekolah hanya memiliki lima ruang kelas aktif, namun satu ruang di antaranya juga tidak bisa digunakan karena lokasinya berdekatan dengan bangunan yang roboh.
Dari total 97 siswa yang terdaftar, sebagian besar kini belajar di ruang sementara yang dinilai masih aman.
Sekolah NU Pionir di Wilayah Pedesaan
MTs Ma’arif NU Boarding School Ciawijapura merupakan salah satu lembaga pendidikan menengah pertama berbasis keagamaan di Kecamatan Susukanlebak.
Sejak berdirinya pada akhir 1980-an, sekolah ini menjadi pionir pendidikan formal bagi masyarakat desa yang sebelumnya kesulitan mengakses pendidikan tingkat menengah.
“Sekolah ini menjadi pelopor pendidikan anak-anak di desa sejak 1988. Banyak alumni kami yang sekarang sudah bekerja di berbagai tempat, bahkan ada yang jadi guru dan tokoh masyarakat. Tapi sayangnya, kondisi fisik sekolah sangat memprihatinkan,” ungkap Gunawan.
Selain program madrasah tsanawiyah reguler, lembaga ini juga memiliki program boarding school, di mana siswa tinggal di asrama yang masih sederhana.
Program ini menjadi kebanggaan masyarakat karena mampu mencetak generasi muda berkarakter religius dan mandiri.
Namun, keterbatasan dana dan fasilitas menjadi tantangan besar dalam pengembangan sekolah.
Proposal Bantuan Belum Direspons
Gunawan menyebut bahwa pihak sekolah sudah berulang kali mengajukan proposal bantuan ke berbagai instansi pemerintah, baik tingkat kabupaten maupun provinsi.
Proposal juga dikirimkan ke Kementerian Agama (Kemenag) dan DPRD Kabupaten Cirebon, namun hingga kini belum ada tanggapan.
“Kami sudah mengajukan proposal bantuan sejak lama, tapi sejauh ini belum ada respon. Kami berharap Kemenag atau bahkan Pak Bupati bisa melihat langsung kondisi sekolah kami,” ucapnya.
Ia menegaskan bahwa kondisi bangunan sekolah sudah berada dalam tahap darurat.
Jika tidak segera diperbaiki, bangunan lain di sekitar lokasi yang ambruk bisa mengalami kerusakan serupa.
“Kami khawatir kalau hujan terus-menerus, kerusakan akan merembet ke ruang lain,” tambahnya.
Gunawan juga berharap, pemerintah daerah tidak hanya menyalurkan bantuan ke sekolah-sekolah negeri, tetapi juga memberikan perhatian yang seimbang kepada sekolah swasta berbasis keagamaan seperti MTs Ma’arif NU.
Minimnya Perhatian terhadap Sekolah NU
Gunawan secara terbuka menyampaikan kekecewaannya terhadap minimnya perhatian dari PCNU Kabupaten Cirebon terhadap lembaga pendidikan yang bernaung di bawah organisasi tersebut.
Menurutnya, sekolah-sekolah NU di daerah pedesaan sering kali luput dari perhatian, padahal mereka menjadi ujung tombak pendidikan Islam di tingkat akar rumput.
“Kami berharap, karena ini sekolah NU dan Bupatinya juga kader NU tulen, mestinya ada kepedulian lebih terhadap sekolah-sekolah NU. Tidak hanya MTs kami, tapi juga lembaga NU lainnya,” tegasnya.
Pernyataan tersebut menggambarkan kegelisahan para pengelola lembaga pendidikan keagamaan yang merasa belum mendapat dukungan optimal, baik secara finansial maupun kebijakan.
Banyak madrasah di wilayah pedesaan Cirebon menghadapi permasalahan serupa, terutama terkait kondisi fisik bangunan dan keterbatasan fasilitas belajar.
Harapan kepada Kemenag dan Pemerintah Daerah
Gunawan berharap, kejadian robohnya dua ruang kelas di MTs Ma’arif NU Ciawijapura dapat menjadi peringatan serius bagi Kementerian Agama dan pemerintah daerah agar lebih peka terhadap kondisi infrastruktur pendidikan keagamaan.
Ia meminta agar segera dilakukan pendataan ulang terhadap sekolah-sekolah yang membutuhkan perbaikan mendesak.
“Kami tidak ingin ada korban di kemudian hari. Kami hanya berharap sekolah ini mendapat perhatian dan bantuan agar bisa kembali layak digunakan,” tutup Gunawan.
Sementara itu, dari pantauan di lapangan, puing-puing bangunan yang ambruk kini sudah dibersihkan sebagian oleh warga dan guru.
Pihak sekolah juga memasang garis pengaman agar tidak ada siswa yang melintas di area berbahaya.
Kondisi cuaca yang tidak menentu dan curah hujan tinggi menjadi kekhawatiran tersendiri bagi pihak sekolah.
Meski demikian, proses belajar mengajar tetap berjalan dengan sistem darurat sambil menunggu langkah konkret dari pemerintah dan pihak terkait.
Kejadian ini menambah daftar panjang sekolah di Kabupaten Cirebon yang mengalami kerusakan berat akibat usia bangunan dan kurangnya perawatan.
Banyak kalangan berharap agar tragedi ini menjadi momentum bagi pemerintah untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kondisi sarana dan prasarana pendidikan di wilayah pedesaan, khususnya yang dikelola oleh lembaga keagamaan.











