D’Yello Hadirkan Puisi dan Musik untuk Menyuarakan Nasionalisme Anak Bangsa

ARY
Penampilan grup musikalisasi puisi D’Yello di Makara Art Center UI beberapa waktu lalu. (Foto: Komoenitas Makara)

adainfo.id – Berangkat dari kegelisahan dua sahabat sejak remaja, lahirlah sebuah kelompok musikalisasi puisi bernama D’Yello.

Barron Saefudin dan Denny Djatnika, yang sudah berteman sejak SMP hingga kuliah di Fakultas Sastra Universitas Indonesia (sekarang Fakultas Ilmu Budaya UI), bersepakat menjadikan puisi dan musik sebagai medium menyuarakan nasionalisme.

Keduanya memiliki latar belakang yang berbeda namun saling melengkapi.

Barron adalah lulusan Sastra Belanda UI dengan pengalaman sebagai aktivis, jurnalis, penulis puisi, sekaligus penulis lirik lagu.

Sementara itu, Denny, lulusan Sastra Jepang UI, menapaki jalur musik sebagai musisi, arranger, dan produser.

Meski sama-sama menekuni studi bahasa dari dua negara yang pernah menjajah Indonesia, keduanya justru menjadikan karya seni sebagai bukti cinta tanah air.

Nasionalisme yang Dituangkan dalam Musik dan Puisi

Barron dan Denny tidak sekadar membentuk grup musik, melainkan menghadirkan sebuah karya seni yang sarat makna.

Cita-cita mereka sederhana namun mendalam yakni mengubah wajah Indonesia menjadi lebih cerah melalui lantunan musikalisasi puisi.

Ciri khas D’Yello tampak pada diksi-diksi puitis yang dibalut harmoni musik, sehingga bisa dinikmati lintas generasi.

Setiap bait puisi yang dilantunkan tidak hanya menyentuh sisi emosional.

Akan tetapi juga menggugah kesadaran akan pentingnya nasionalisme.

“Kami akan terus mengkampanyekan nasionalisme lewat puisi dan musik sebagai sumbangsih kami untuk kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik,” ujar Barron Saefudin, dalam keterangannya Jumat (12/09/2025).

Penampilan Memukau di Makara Art Center UI

Momentum spesial bagi D’Yello terjadi saat mereka tampil dalam acara Majelis Nyala Purnama #5 Humanisme Kultural Gus Dur di Makara Art Center Universitas Indonesia, Rabu (10/09/2025).

Di hadapan ratusan penonton, mereka membawakan karya berjudul “Dzikir Puisi Untuk Indonesia”.

Penampilan itu berhasil memukau audiens yang hadir, mulai dari akademisi, pegiat seni, hingga masyarakat umum yang hadir dalam acara kolaborasi Direktorat Kebudayaan UI, Komoenitas Makara, dan Urban Spiritual Indonesia.

D’Yello tampil dengan ciri khas kostum kaos hitam bertuliskan nama grup mereka di dada, dipadukan dengan rompi kuning.

Warna kuning ini menjadi simbol identitas mereka sebagai alumni UI sekaligus lambang optimisme dan cahaya pencerahan.

Barron dan Denny ingin menunjukkan bahwa karya seni tidak hanya menjadi hiburan, melainkan juga sarana perjuangan.

Mereka percaya puisi yang dilagukan dapat menjadi jalan untuk menguatkan semangat kebangsaan, terutama di tengah derasnya arus globalisasi.

Dengan mengusung musikalisasi puisi, D’Yello hadir bukan sekadar grup musik, melainkan gerakan budaya yang menyatukan nilai seni, intelektual, dan nasionalisme.

Puisi dan Musik yang Menggugah Semangat Bangsa

Banyak orang memandang puisi sebagai bahasa yang mampu menembus batas rasionalitas dan masuk ke dalam ruang hati manusia.

Sementara musik menjadi medium yang memperkuat resonansi pesan.

Melalui perpaduan keduanya, karya D’Yello menjadi lebih dari sekadar hiburan.

Ia hadir sebagai ajakan moral, refleksi sosial, sekaligus kampanye kebangsaan.

Seni, khususnya musikalisasi puisi, bisa menjadi jembatan bagi generasi muda untuk lebih mencintai tanah air.

Mereka ingin terus menghadirkan karya yang menyatukan semangat kebangsaan sekaligus menumbuhkan rasa bangga sebagai bangsa Indonesia.

Misi ini tidak hanya untuk menghibur, tetapi juga untuk membangkitkan optimisme masyarakat agar tidak kehilangan arah di tengah berbagai tantangan bangsa.

BSP GROUP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *