Ekonomi Tradisi dan Teknologi Digital Jadi Jurus Jabar Kendalikan Inflasi
adainfo.id – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi menegaskan bahwa kekuatan ekonomi tradisi yang diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat Jabar akan menjadi pendamping strategis kecanggihan teknologi digital dalam mengendalikan inflasi di provinsi ini.
Dedi mengajak semua pihak untuk melihat potensi ekonomi lokal dari dua sisi besar, hamparan pedesaan dan hamparan perkotaan.
“Saya berangkat dari kerangka berpikir tradisi ekonomi Jawa Barat yang memiliki dua karakter utama. Hamparan pedesaan harus menjadi pusat produksi, sedangkan perkotaan menjadi pusat distribusi dan inovasi,” ujar KDM sapaannya, dikutip Sabtu (14/6/2025).
Kearifan Lokal Jadi Akar Strategi Ekonomi Jabar
Menurut KDM, konsep “saeutik mahi, loba nyesa” (sedikit cukup, banyak bersisa) yang menjadi prinsip ekonomi masyarakat Sunda harus kembali dihidupkan dalam konteks ekonomi modern.
KDM menyebutkan bahwa pertanian pedesaan harus dibebaskan dari beban biaya tinggi, terutama dalam hal sewa lahan.
Karena itu, ia ingin menata ulang desa-desa di Jawa Barat sebagai pusat produksi pangan yang berdaya dan berkelanjutan.
“Hari ini, problem petani ada di ongkos sewa. Itu yang bikin mereka berat. Kita harus buat desa jadi pusat produksi, bukan hanya konsumsi,” tegasnya.
Optimalisasi Lahan Rumah dan Digitalisasi Pertanian
KDM juga mencontohkan bahwa pemanfaatan lahan kosong di pekarangan rumah, seperti untuk menanam cabai dan sayuran, adalah bagian dari ekonomi tradisi yang murah namun berdampak besar.
Tak hanya berhenti di situ, ia juga mendorong masyarakat untuk melek teknologi dan mulai memanfaatkan kecerdasan buatan (artificial intelligence) dalam mendukung kegiatan berkebun dan bertani secara mandiri.
“Kita ini negeri yang kaya, punya digital, punya manual, punya teknologi, dan punya warisan ekonomi tradisi. Kombinasi ini yang harus kita maksimalkan,” ujarnya.
