Erlangga Aditya, Kisah Inspiratif Anak Nagari Suliki
Di tengah segala keterbatasan akses dan fasilitas pendidikan yang kerap menjadi tantangan bagi anak-anak daerah, muncul secercah harapan dari Nagari Suliki, Kecamatan Suliki, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.
Sosok itu bernama Erlangga Aditya, seorang pelajar kelas 12 dari SMAN 1 Payakumbuh, yang membuktikan bahwa kerja keras, ketekunan, dan semangat pantang menyerah mampu menembus dinding tebal kompetisi nasional, hingga akhirnya diterima di Universitas Indonesia melalui jalur PPKB.
Tak banyak yang mengenal jalur ini. PPKB—Prestasi dan Pemerataan Kesempatan Belajar—adalah salah satu skema seleksi penerimaan mahasiswa di Universitas Indonesia yang ditujukan untuk memberi akses lebih luas bagi siswa-siswa unggulan dari berbagai pelosok negeri.
Jalur ini bukan sekadar ajang seleksi berbasis nilai, tetapi juga pencerminan dari semangat pemerataan dan pengakuan terhadap potensi siswa dari luar pusat-pusat pendidikan besar.
Erlangga adalah representasi kuat dari tujuan mulia jalur ini. Sejak di bangku SMP, ia sudah menyimpan mimpi besar: menjadi seorang diplomat.
Bukan mimpi biasa, dan tentu bukan cita-cita yang mudah diraih, apalagi bagi seorang anak dari nagari kecil yang jauh dari hiruk-pikuk ibu kota. Namun justru dari keterbatasan itulah, semangatnya lahir dan menyala.
Sebagai siswa yang menaruh minat besar terhadap ilmu sosial, Erlangga menunjukkan ketajaman pemahaman dan semangat belajar yang luar biasa. Ia menonjol di bidang IPS dan telah berhasil membawa nama sekolahnya hingga ke ajang Olimpiade Sains Nasional tingkat provinsi di jenjang SMP. Ketika masuk SMA, ia tak berhenti.
Ia bahkan melangkah lebih jauh, menjadi wakil sekolah dalam OSN Geografi tingkat nasional—sebuah capaian yang hanya bisa diraih oleh segelintir siswa terpilih dari seluruh Indonesia.
Tentu, prestasi tak lahir dari kebetulan. Hari-harinya padat oleh rutinitas belajar. Pagi hari sudah berangkat ke sekolah sebelum matahari muncul, dan malam baru kembali ke rumah ketika sebagian besar teman sebayanya sudah terlelap.
Semangat dan Ketekunan yang Membuahkan Hasil
Di antara waktu sekolah, ia menyelipkan waktu untuk kegiatan ekstrakurikuler debat dan klub geografi. Di luar itu, bimbingan belajar menjadi tempat pelampiasan semangatnya yang tak pernah surut.
Namun jalan menuju Universitas Indonesia tidak selalu mulus. Ia sempat gagal dalam seleksi SNBP dan SNBT. Dua jalur yang sangat kompetitif itu tak memberinya tiket masuk.
Namun alih-alih patah semangat, Erlangga kembali bangkit. Ia mengevaluasi diri, memperkuat nilai-nilai akademiknya, menyusun esai dengan penuh kesungguhan, dan lebih aktif mencari masukan dari alumni dan mahasiswa UI lintas jurusan untuk menyempurnakan dokumen pendaftarannya.
Dalam sepi, ia bertarung dengan harapan dan ketidakpastian. Hingga akhirnya, dua minggu setelah pengajuan berkas jalur PPKB, sebuah pengumuman membalik seluruh hidupnya: ia resmi diterima sebagai mahasiswa Universitas Indonesia.
Kabar itu segera menyebar di kalangan sekolah dan masyarakat Nagari Suliki. Wali kelasnya tak mampu menyembunyikan rasa haru dan bangga.
“Kami sangat bangga pada Erlangga. Ia adalah contoh nyata siswa yang memiliki integritas, kerja keras, dan daya juang luar biasa. Prestasinya membanggakan tidak hanya bagi sekolah, tapi juga bagi masyarakat Suliki dan Kabupaten Lima Puluh Kota,” ucapnya.
Pernyataan itu bukan sekadar pujian biasa. Dalam realitas pendidikan Indonesia yang masih timpang, anak-anak dari daerah seperti Suliki sering kali harus berjuang dua kali lipat untuk bisa bersaing dengan siswa dari kota-kota besar.
Fasilitas terbatas, sumber daya manusia yang kurang merata, dan akses informasi yang kadang terlambat adalah tantangan nyata. Namun Erlangga adalah antitesis dari semua hambatan itu.
Ia menunjukkan bahwa dengan strategi yang matang, semangat belajar yang tak pernah padam, serta dukungan kuat dari keluarga dan lingkungan, anak daerah pun mampu bersaing dan menembus kampus-kampus terbaik di negeri ini.
Potensi Besar Anak Bangsa
Cerita Erlangga menjadi pengingat bahwa potensi besar tidak selalu lahir di kota besar. Terkadang, ia justru tumbuh subur dari ladang-ladang perjuangan yang jauh dari sorotan.
Lebih jauh, kisah ini seharusnya menjadi refleksi mendalam bagi pemerintah daerah dan pusat. Bahwa investasi pada pendidikan tidak bisa hanya terkonsentrasi di kota-kota besar.
Program-program seperti PPKB dari UI adalah langkah nyata menuju pemerataan, tetapi ia akan jauh lebih efektif jika didukung oleh kebijakan pendidikan yang menyeluruh, termasuk peningkatan kualitas guru, penyediaan fasilitas pembelajaran yang layak, serta akses informasi pendidikan yang setara.
Erlangga sudah membuktikan bahwa mimpi setinggi langit bukanlah utopia bagi anak-anak daerah. Ia membuka jalan, memberi harapan, dan menjadi simbol bahwa keberhasilan bisa diraih siapa saja yang tekun dan tidak mudah menyerah.
Mungkin, dalam beberapa tahun ke depan, kita akan melihat Erlangga mewakili Indonesia di panggung dunia sebagai diplomat ulung. Tapi hari ini, mari kita rayakan kemenangannya sebagai kemenangan seluruh anak bangsa—bahwa dari Suliki, lahir cahaya yang menginspirasi Indonesia.