Indeks Harga Konsumen Kota Depok Turun, Deflasi Capai 0,29 Persen

ARY
Ilustrasi ekonomi di Depok alami deflasi 0,29 persen. (Foto: Pexels/Min An)

adainfo.id – Kota Depok mencatat deflasi sebesar 0,29 persen pada Agustus 2025. Data ini dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebut penurunan harga sejumlah komoditas pangan menjadi penyumbang utama turunnya Indeks Harga Konsumen (IHK).

Kepala BPS Kota Depok, Agus Marzuki, menyampaikan penurunan ini dipengaruhi oleh turunnya harga sejumlah komoditas pangan yang menjadi penyumbang utama inflasi pada bulan-bulan sebelumnya.

“Untuk di Agustus 2025 ini terdapat beberapa komoditas penyumbang deflasi di Kota Depok untuk Indeks Harga Konsumen,” ujar Agus dikutip Kamis (04/09/2025).

Agus menjelaskan bahwa beberapa komoditas hortikultura menjadi faktor dominan dalam menekan angka inflasi di Kota Depok.

Tomat dan cabai rawit menjadi komoditas yang berkontribusi paling besar dalam pembentukan deflasi Agustus 2025.

Secara nasional, tomat tercatat menyumbang deflasi sebesar 0,10 persen dan cabai rawit 0,07 persen.

Sementara di Kota Depok, tomat menyumbang 0,05 persen, kangkung 0,04 persen, bayam 0,04 persen, air kemasan 0,03 persen, serta cabai rawit 0,03 persen.

“Fenomena ini erat kaitannya dengan musim panen puncak hortikultura. Pasokan melimpah tidak hanya berasal dari sentra produksi lokal Jawa Barat, tetapi juga dari berbagai daerah penghasil di luar provinsi,” jelas Agus.

Pengaruh Surplus Pasokan Hortikultura

Melimpahnya produksi hortikultura menyebabkan harga di pasar mengalami penurunan signifikan.

Kondisi tersebut membuat daya beli masyarakat lebih ringan, terutama untuk kebutuhan harian.

“Surplus pasokan tersebut menimbulkan tekanan harga ke bawah baik di pasar tradisional maupun pasar modern,” ungkap Agus.

Penurunan harga ini dirasakan langsung di tingkat rumah tangga.

Di mana masyarakat bisa mendapatkan sayuran daun, tomat, hingga cabai rawit dengan harga yang lebih terjangkau dibandingkan bulan sebelumnya.

Dinamika Harga Pangan di Depok

Data BPS Depok menunjukkan bahwa kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi sektor yang paling berpengaruh terhadap pergerakan inflasi dan deflasi di kota ini.

Penurunan harga sayuran dan komoditas hortikultura mendorong tren deflasi, meski beberapa komoditas lain tetap mencatat kenaikan harga.

Bagi konsumen, turunnya harga pangan memberikan ruang lebih besar untuk mengatur pengeluaran rumah tangga.

Namun bagi sebagian petani dan pedagang, kondisi ini justru bisa menjadi tantangan karena harga jual anjlok akibat melimpahnya pasokan.

Deflasi yang terjadi di Depok sejalan dengan tren nasional, menunjukkan adanya stabilitas harga di pasar.

Meski demikian, juga perlu antisipasi terhadap potensi fluktuasi harga yang bisa muncul menjelang akhir tahun, terutama memasuki musim hujan dan periode perayaan.

Selain itu, kondisi deflasi di Depok bisa menjadi momentum bagi pemerintah kota untuk memperkuat strategi distribusi pangan.

Dengan menjaga rantai pasok tetap lancar, harga bisa lebih terkendali tanpa merugikan petani maupun pedagang kecil.

BSP GROUP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *