ISPA di Jakarta Meningkat, Masyarakat Diminta Perhatikan PHBS

ARY
Ilustrasi peningkatan kasus ISPA di Jakarta pada tahun 2025. (Foto: Unsplash/Mahendra Putra)

adainfo.id – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Kesehatan memantau secara intensif peningkatan kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang menunjukkan tren melonjak sepanjang 2025.

Berdasarkan data resmi Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi DKI Jakarta, tercatat 2.534.781 kasus ISPA terjadi sejak Januari hingga November 2025.

Angka tersebut menegaskan bahwa ISPA masih menjadi beban kesehatan masyarakat yang signifikan, dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan maupun perubahan cuaca yang tidak menentu.

Tren kenaikan kasus juga memperlihatkan perlunya penguatan upaya preventif, termasuk edukasi publik serta kesiapsiagaan layanan kesehatan primer.

Dinas Kesehatan menekankan bahwa perubahan cuaca ekstrem yang terjadi selama 2025 menjadi salah satu pemicu utama peningkatan kasus ISPA.

Pola curah hujan yang tidak stabil, kualitas udara yang fluktuatif, serta meningkatnya polusi di beberapa wilayah berkontribusi terhadap kerentanan warga terhadap infeksi saluran napas.

Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ani Ruspitawati menegaskan perlunya kewaspadaan seluruh lapisan masyarakat terhadap kondisi tersebut.

“Dinas Kesehatan DKI Jakarta senantiasa memantau dinamika kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut atau ISPA di seluruh wilayah Jakarta untuk memastikan respons penanganan berjalan optimal,” tuturnya dikutip Selasa (09/12/2025).

Kasus yang tercatat kemungkinan dapat bertambah seiring memasuki periode pergantian musim.

Sehingga masyarakat perlu memahami pola pencegahan ISPA secara lebih komprehensif.

PHBS Jadi Pilar Utama Pencegahan ISPA

Ani menambahkan bahwa penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tidak hanya menjadi langkah antisipatif.

Akan tetapi juga strategi jangka panjang untuk meminimalkan risiko ISPA di seluruh usia.

Masyarakat pun ditekankan untuk melakukan beberapa langkah penting untuk dijalani.

Seperti cuci tangan pakai sabun secara rutin, menggunakan masker saat sedang sakit atau ketika kualitas udara menurun.

Kemudian menerapkan etika batuk, konsumsi makanan bergizi seimbang, memperbanyak minum air putih, berolahraga teratur, dan istirahat yang cukup.

Selain itu, kelompok berisiko tinggi seperti anak-anak, lansia, dan penderita penyakit kronis dianjurkan untuk lebih disiplin menjalankan pola hidup sehat.

Vaksinasi dan Ketahanan Tubuh Menjadi Fokus

Upaya pencegahan ISPA juga diperkuat melalui dorongan vaksinasi, terutama bagi kelompok rentan.

Vaksinasi dianggap sebagai instrumen penting dalam menurunkan risiko komplikasi ISPA yang bisa berkembang menjadi penyakit lebih berat.

Ani menegaskan bahwa akses layanan kesehatan harus dimanfaatkan sejak gejala awal muncul.

“Masyarakat diimbau segera mengakses layanan kesehatan apabila muncul gejala gangguan pernapasan agar dapat memperoleh penanganan tepat waktu. Upaya ini diharapkan mampu menekan angka perburukan kasus dan mencegah komplikasi,” terangnya.

Dengan penanganan cepat, kasus sedang hingga berat dapat diminimalkan untuk mencegah kebutuhan rawat inap maupun risiko fatal pada pasien rentan.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta disebut terus mengintegrasikan pendekatan promotif dan preventif.

Hal ini dilakukan melalui peningkatan kapasitas puskesmas, penyediaan informasi risiko ISPA secara masif, hingga kolaborasi lintas sektor dalam pengendalian faktor lingkungan.

Ani menegaskan bahwa strategi komprehensif ini tidak hanya berfokus pada penanganan pasien.

Namun juga perbaikan lingkungan dan peningkatan literasi kesehatan masyarakat.

“Dengan pendekatan yang komprehensif ini, pemerintah berupaya memastikan dampak ISPA terhadap kesehatan masyarakat tetap terkendali,” pungkasnya.

BSP GROUP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *