Jembatan Irigasi Gagasari Ambruk, Akses Petani dan Peternak di Cirebon Lumpuh Total
adainfo.id – Jembatan irigasi pertanian yang berada di Blok Kantor Desa Gagasari, Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon, ambruk sejak 19 November 2025.
Peristiwa tersebut terjadi di jalur penghubung Desa Ender, Kecamatan Pangenan, dengan Desa Gagasari, Kecamatan Gebang, yang selama ini menjadi akses vital bagi petani dan peternak.
Beberapa hari setelah kejadian, hingga Sabtu (22/11/2025), kondisi jembatan masih belum tersentuh perbaikan sehingga aktivitas ekonomi masyarakat terhenti.
Ambruknya jembatan tersebut memutus mobilitas harian warga, termasuk distribusi pakan peternakan, pengangkutan hasil panen tebu, serta pengiriman ayam broiler dari berbagai peternakan di Gagasari.
Peristiwa ini langsung berdampak luas pada roda ekonomi setempat karena sebagian besar masyarakat menggantungkan mata pencaharian pada sektor pertanian dan peternakan.
Akses Utama Peternakan dan Pertanian Lumpuh Total
Jembatan irigasi yang runtuh tersebut merupakan salah satu jalur paling krusial dalam mendukung kegiatan produksi di dua sektor tersebut.
Jalan itu bukan hanya menjadi rute mobilitas harian, tetapi juga jalur alternatif paling efisien untuk membawa logistik peternakan seperti pakan, obat hewan, dan kebutuhan operasional lainnya.
Rudi Hartono, peternak ayam broiler asal Gagasari, mengungkapkan kondisi sulit yang ia hadapi pasca ambruknya jembatan.
Rudi menyebutkan bahwa setiap hari ia membutuhkan akses jalan tersebut untuk distribusi ayam broiler dan penyaluran pakan.
“Sekarang jalan tertutup total. Mobil sama sekali tidak bisa lewat. Distribusi ayam dan pakan berhenti,” ujar Rudi.
Rudi menambahkan bahwa saat ini banyak peternak yang sedang memasuki masa panen, sehingga jika akses jalan tak segera pulih, kerugian ekonomi bisa terus membesar karena ayam siap panen tak dapat dikirim ke mitra atau pasar tujuan.
Ia menilai situasi ini tidak hanya memukul peternak kecil, tetapi juga peternak besar yang mengoperasikan kandang dengan kapasitas ribuan ekor ayam.
Petani Tebu Kesulitan, Pengangkutan Hasil Panen Terhambat Total
Selain peternak, petani tebu setempat pun merasakan dampak besar dari ambruknya jembatan irigasi tersebut.
Tarjuki, salah satu petani tebu di Gagasari, menuturkan bahwa jembatan itu merupakan akses yang tak tergantikan, terutama saat musim panen tiba.
“Kalau tebu waktunya tebang, harus pakai mobil untuk angkut. Tapi sekarang tidak bisa lewat sama sekali. Ini jelas menghambat aktivitas kami,” katanya.
Tarjuki menjelaskan bahwa pengangkutan tebu membutuhkan kendaraan roda empat dengan daya angkut tinggi.
Tanpa jembatan yang layak, biaya logistik meningkat karena petani terpaksa mencari jalur alternatif yang lebih jauh dan memakan waktu lama.
Kondisi ini membuat produktivitas terhambat dan pendapatan petani terancam menurun drastis.
Ia juga menekankan bahwa kemacetan produksi seperti ini bisa mengganggu pasokan tebu ke pabrik gula dan berdampak pada rantai industri tebu di wilayah tersebut.
Desa Tidak Berwenang, Jalan Berstatus Poros Kabupaten
Permasalahan semakin rumit karena desa tidak memiliki kewenangan langsung untuk memperbaiki jembatan tersebut.
Jalan yang melintasi jembatan irigasi itu berstatus sebagai jalan poros kabupaten, sehingga tanggung jawab perbaikan berada pada Pemerintah Kabupaten Cirebon.
Kuwu Gagasari, Tamam, mengatakan pihaknya sudah melaporkan ambruknya jembatan kepada pemerintah kabupaten.
Namun desa hanya bisa menunggu tindak lanjut karena kewenangan pembangunan dan perbaikan berada di level kabupaten.
“Itu jalan poros kabupaten. Kami sudah ajukan permohonan perbaikan sejak 2021, tapi belum ada realisasi sampai sekarang,” jelasnya.
Tamam menambahkan bahwa pemerintah desa sejauh ini sudah maksimal memperbaiki jalan desa melalui dana desa hingga 90 persen, mayoritas dengan metode pengecoran.
Namun kondisi jalan kabupaten di wilayah mereka kurang mendapatkan perhatian, termasuk akses yang kini terputus akibat jembatan ambruk.
Gagasari Berkontribusi Besar Lewat Sektor Pertanian dan Peternakan
Sebagai wilayah dengan aktivitas pertanian dan peternakan yang padat, Desa Gagasari memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian Kecamatan Gebang.
Banyak warga menggantungkan sumber pendapatan pada peternakan ayam broiler dan pertanian tebu, padi, serta tanaman produktif lainnya.
“Peternakan dan pertanian itu penggerak ekonomi warga, termasuk lapangan kerja bagi masyarakat sekitar,” ujar Tamam.
Ia menyebutkan bahwa peternakan ayam broiler di Gagasari bukan hanya menyejahterakan pemilik kandang, tetapi juga memberikan pekerjaan bagi pekerja lokal seperti pengangkut pakan, tenaga kebersihan kandang, hingga sopir distribusi. Sehingga ketika akses terputus, seluruh mata rantai ini otomatis terhenti.
Tamam berharap pemerintah kabupaten segera mengambil langkah cepat untuk memperbaiki jembatan atau minimal membuka akses sementara agar aktivitas transportasi warga dapat berjalan kembali.
Harapan Warga: Pemerintah Kabupaten Segera Bertindak
Warga di dua kecamatan, Pangenan dan Gebang, kini mendesak Pemerintah Kabupaten Cirebon bergerak cepat.
Mereka mengingatkan bahwa keterlambatan penanganan jembatan tidak hanya merugikan petani dan peternak, tetapi juga mengganggu kestabilan ekonomi masyarakat di wilayah tersebut.
Menurut Rudi, yang juga menjadi perwakilan para peternak, keterlambatan penanganan hanya akan menambah kerugian karena kegiatan pertanian dan peternakan tidak bisa menunggu.
“Ini masalah mendesak. Akses kami terputus, sementara kegiatan peternakan dan pertanian tidak bisa menunggu,” tegasnya.
Ia berharap pemerintah memberikan prioritas penanganan darurat karena akses tersebut merupakan satu-satunya jalur optimal yang dapat digunakan kendaraan roda empat untuk membawa logistik penting.
Warga kini menanti langkah konkret pemerintah dalam beberapa hari ke depan agar aktivitas ekonomi masyarakat dapat kembali pulih.
Mereka berharap jembatan irigasi yang ambruk dapat segera diperbaiki sehingga jalur vital pertanian dan peternakan kembali bisa digunakan tanpa hambatan.











