Jigus Tinjau Lokasi Banjir Waled, Tawarkan Dua Solusi

KIM
Wakil Bupati Cirebon, Agus Budiman (dua dari kanan) dan Kepala Balai BBWS Cimanuk–Cisanggarung saat mengunjungi lokasi sungai, Jum'at (21/11/35). (Foto: adainfo.id)

adainfo.id – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cirebon terus melakukan percepatan penanganan banjir yang kembali merendam wilayah Kecamatan Waled pada puncak musim hujan tahun ini.

Kondisi banjir yang kembali mengganggu aktivitas warga tersebut mendorong jajaran pemerintah bergerak cepat untuk memastikan keselamatan masyarakat dan meninjau langsung kebutuhan penanganan struktural di lapangan.

Wakil Bupati Cirebon, Agus Kurniawan Budiman atau yang lebih akrab disapa Jigus, turun langsung ke Desa Mekarsari, Kecamatan Waled, guna melihat secara langsung situasi banjir yang melanda permukiman warga, Jum’at (21/11/2025).

Dalam kunjungannya tersebut Jigus didampingi Sekretaris Daerah, Asisten Daerah II, kepala dinas dan perwakilan instansi strategis, mulai dari Dinsos, BBWS Cimanuk–Cisanggarung, BPBD, Bappelitbangda, PUTR, Damkar, Dishub, Satpol PP, Dinkes, Disdik, serta perwakilan dari Kecamatan Waled.

Dalam agenda tersebut, Pemkab Cirebon juga menyerahkan bantuan sembako dan logistik kepada warga terdampak di sejumlah desa di wilayah Waled.

Pendistribusian bantuan dilakukan untuk memastikan kebutuhan dasar masyarakat tetap terpenuhi di tengah banjir yang sudah berlangsung beberapa hari.

Jigus menegaskan bahwa pemerintah tidak tinggal diam menghadapi bencana yang terus berulang di kawasan Waled.

Ia menyampaikan keprihatinannya mengingat banjir yang hampir setiap tahun terjadi selalu menimbulkan dampak serius bagi ribuan warga di daerah tersebut.

“Kami ingin memastikan warga terdampak mendapat perhatian dan bantuan yang cepat. Semoga bantuan ini bermanfaat bagi masyarakat,” ujar Jigus, Jum’at (21/12/2025).

Waled Dilanda 35 Kali Banjir dalam Setahun

Dalam tinjauan lapangan yang dilakukan bersama Kepala BBWS Cimanuk–Cisanggarung, Dwi Agus Kuncoro, pemerintah menemukan fakta bahwa banjir di Desa Mekarsari, Gunungsari, dan beberapa desa lain di Kecamatan Waled sudah mencapai tahap yang sangat mengkhawatirkan.

Wilayah tersebut dapat mengalami hingga 35 kali banjir dalam satu musim hujan, sebuah kondisi ekstrem yang tidak dapat dibiarkan terus berlangsung.

Data tersebut juga menegaskan pentingnya langkah-langkah struktural yang lebih sigap dan menyeluruh untuk mencegah banjir semakin parah di tahun-tahun mendatang.

Jigus menekankan bahwa penanganan jangka pendek tidak lagi cukup, mengingat intensitas dan frekuensi banjir terus meningkat seiring perubahan iklim dan penurunan kualitas daerah resapan air.

“Kita tidak bisa membiarkan banjir berulang hingga puluhan kali dalam setahun. Wilayah ini membutuhkan solusi serius dan permanen,” tegas Jigus.

Dua Opsi Untuk Atasi Banjir Waled

Pemkab Cirebon bersama BBWS Cimanuk–Cisanggarung telah menyusun dua opsi strategis yang dapat segera direalisasikan untuk menekan dampak banjir di Kecamatan Waled.

Dua opsi tersebut meliputi pembangunan pintu air di tiga titik anak sungai serta pembangunan sodetan sebagai jalur aliran air alternatif.

Pembangunan pintu air diusulkan untuk mengatur arus air ketika debit sungai meningkat tajam, sehingga luapan air dapat ditekan sebelum masuk ke wilayah permukiman.

Opsi ini dianggap mampu mengurangi potensi banjir secara signifikan jika dilakukan pada titik-titik kritis.

Sementara itu, opsi kedua, yakni pembangunan sodetan, disebut menjadi langkah prioritas sebagai solusi jangka panjang.

Sodetan berfungsi mengalihkan sebagian volume air ke jalur lain sehingga tidak langsung masuk ke kawasan pemukiman saat debit meningkat.

Jigus menilai sodetan menjadi opsi paling logis dan efektif untuk memutus siklus banjir berulang di Waled.

“Sodetan bisa menjadi solusi jangka panjang untuk mengurai aliran air saat puncak banjir. Kami berharap dukungan semua pihak agar prosesnya berjalan lancar,” kata Jigus.

Sodetan Dilaksanakan Setelah Status Tanah Clear

Kepala BBWS Cimanuk–Cisanggarung, Dwi Agus Kuncoro, memastikan bahwa rencana pembangunan sodetan sepanjang lebih dari satu kilometer sebenarnya sudah siap dilaksanakan.

Perencanaan teknis juga telah selesai, termasuk penentuan jalur aliran air dan lokasi kolam retensi yang akan menjadi bagian dari sistem pengelolaan banjir.

Namun, Dwi Agus menjelaskan bahwa pembangunan fisik baru dapat dimulai apabila status tanah yang akan digunakan sudah tuntas dan tidak memiliki persoalan hukum ataupun sengketa.

Proses pembebasan lahan menjadi faktor krusial yang memengaruhi cepat atau lambatnya pelaksanaan proyek sodetan ini.

Sodetan tersebut nantinya akan mengalirkan air dari Anak Sungai Ciputat di Desa Mekarsari, kemudian dialirkan terlebih dahulu ke kolam retensi, sebelum dialirkan kembali menuju Sungai Ciberes.

Dengan skema ini, debit air di kawasan pemukiman akan jauh lebih terkendali meskipun curah hujan meningkat.

“Begitu lahan clear, kami langsung bergerak. Ini salah satu langkah paling efektif untuk mengendalikan banjir di Waled,” ucapnya.

Pemkab Cirebon Ajak Kuwu dan Warga Dukung Program Penanganan Banjir

Dalam kesempatan yang sama, Jigus menegaskan pentingnya dukungan para kuwu dan masyarakat dalam mempercepat realisasi program penanganan banjir.

Ia menilai bahwa kolaborasi menjadi kunci keberhasilan, terutama dalam hal pembebasan lahan yang sering kali menjadi kendala utama dalam proyek-proyek infrastruktur.

Jigus pun berharap masyarakat turut mendukung upaya pemerintah dalam melaksanakan pembangunan sodetan maupun pintu air agar penanganan banjir dapat dilakukan secara optimal dan tidak menimbulkan hambatan administratif.

“Ini demi keselamatan dan kepentingan bersama. Kami berharap masyarakat bisa mendukung proses ini,” tutup Jigus.

 

BSP GROUP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *