Jigus Turun Tangan Atasi Longsor Gunung Kuda
adainfo.id – Tragedi longsor di kawasan tambang Gunung Kuda, Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, menyisakan duka mendalam bagi warga dan bangsa.
Hingga Sabtu (31/5/2025), tercatat 14 orang meninggal dunia, sementara tujuh orang lainnya masih hilang dan diduga tertimbun material longsoran. Di tengah duka tersebut, pemerintah daerah bergerak cepat memastikan proses evakuasi dan bantuan berjalan optimal.
Pemkab Cirebon Tanggung Biaya Pengobatan Korban
Wakil Bupati Cirebon, H. Agus Kurniawan Budiman—yang akrab disapa Jigus—turun langsung ke lokasi bencana.
Dalam pernyataannya, Jigus menegaskan bahwa Pemerintah Kabupaten Cirebon menanggung penuh seluruh biaya pengobatan bagi para korban, baik yang mengalami luka ringan, luka berat, maupun keluarga dari korban meninggal dunia.
“Ini adalah bagian dari tanggung jawab kemanusiaan dan penanganan darurat bencana,” ungkapnya di lokasi longsor, sembari memantau jalannya evakuasi yang dilakukan tim SAR gabungan.
Santunan untuk Keluarga Korban Sedang Diproses
Jigus juga menyampaikan bahwa pemerintah daerah tengah mengkaji bentuk santunan untuk keluarga korban, yang saat ini sedang dalam tahap assessment oleh Dinas Sosial Kabupaten Cirebon. Ia memastikan bahwa santunan akan segera direalisasikan begitu proses verifikasi selesai.
“Kami tidak akan membiarkan keluarga korban menghadapi ini sendiri. Insyaallah, santunan segera kami salurkan setelah proses administratif selesai,” tegasnya.
Evakuasi Berisiko Tinggi, Longsor Susulan Mengintai
Sementara itu, komandan Kodim 0620/Kabupaten Cirebon, Letkol Inf. Mukhammad Yusron, menyampaikan bahwa evakuasi korban longsor terbagi ke dalam dua sektor: sektor timur dan sektor barat. Titik ini dipetakan berdasarkan keterangan saksi mata dari pekerja tambang yang selamat, yang mengetahui posisi terakhir beberapa korban sebelum longsor terjadi.
“Sampai hari ini, 14 jenazah berhasil kami evakuasi. Namun masih ada tujuh orang lagi yang belum ditemukan,” kata Yusron.
Namun, proses pencarian tidak berjalan tanpa tantangan. Tiga kali longsor susulan terjadi pada malam sebelumnya, mengancam keselamatan para relawan dan operator alat berat yang bekerja siang malam.
“Kami harus sangat berhati-hati. Prosedur keselamatan adalah prioritas. Alat berat pun dibatasi agar tidak memicu longsor tambahan,” tambahnya.
Dukungan Alat Berat Ditingkatkan
Hingga Sabtu sore, enam unit alat berat dan dua dozer telah tiba di lokasi untuk mempercepat proses pencarian korban. Medan yang curam dan tanah yang labil menjadi tantangan utama dalam proses penggalian material longsor setebal beberapa meter.
“Kami membagi tim ke dua sektor utama dan menyisir dengan hati-hati berdasarkan titik potensial yang disampaikan para saksi,” kata Yusron.
Kehadiran alat berat membantu mempercepat penggalian, meskipun tim penyelamat tetap bekerja dengan ekstra waspada terhadap potensi bahaya dari pergeseran tanah.
Keluarga Korban Masih Menanti Kejelasan
Di sekitar lokasi longsor, suasana haru menyelimuti keluarga korban yang menanti kejelasan nasib orang-orang tercinta. Harapan agar semua korban segera ditemukan masih menggantung di tengah udara yang lembab dan penuh debu dari material longsoran.
Beberapa warga yang turut berjaga mengungkapkan rasa terima kasih atas kesigapan pemerintah dan tim penyelamat. Namun di sisi lain, mereka juga menyuarakan keprihatinan terhadap aktivitas tambang yang telah berlangsung bertahun-tahun tanpa kontrol ketat.
Jigus menutup kunjungannya dengan menyampaikan komitmen jangka panjang pemerintah daerah untuk mendampingi keluarga korban dalam masa pemulihan, baik dari sisi sosial maupun ekonomi.
“Kami tidak akan meninggalkan mereka. Ini adalah masa-masa sulit dan kami ingin hadir untuk menguatkan,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
Jigus pun meminta seluruh masyarakat untuk terus mendoakan proses pencarian agar berjalan lancar dan semua korban dapat ditemukan.
Tragedi yang Memanggil Introspeksi
Kejadian ini kembali menyoroti urgensi penataan ulang tata kelola pertambangan dan pentingnya mitigasi bencana yang lebih kuat. Tidak hanya di Cirebon, tetapi di seluruh wilayah Indonesia yang memiliki potensi bencana serupa. Pemerintah daerah, provinsi, hingga pusat diharapkan lebih sigap dalam pengawasan aktivitas tambang, khususnya yang berada di kawasan rawan bencana.