Ketua KNPI Soroti Kinerja Bapelitbangda Cirebon
adainfo.id – Pernyataan Kepala Badan Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan Daerah (Bapelitbangda) Kabupaten Cirebon, Dangi, yang menyebut dirinya hanya “fokus bekerja, bukan cari jabatan”, memantik reaksi keras dari kalangan pemuda. Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Cirebon, Moh Aan Anwaruddin, menilai narasi tersebut sebagai “jargon usang” yang tidak relevan di tengah stagnasi pembangunan daerah.
Dalam pernyataannya, Aan secara lugas menyampaikan daftar panjang kegagalan yang tidak bisa ditutupi dengan klarifikasi normatif. Menurutnya, pejabat publik seharusnya terbuka terhadap kritik, bukan menyembunyikan kelemahan di balik retorika teknokratis.
Gagal Menjembatani Visi Kepala Daerah dengan Realitas Lapangan
Aan menilai Dangi gagal mengemban peran sebagai arsitek pembangunan daerah. Ia menyebutkan bahwa hingga hari ini, visi dan misi Bupati Cirebon belum benar-benar terintegrasi dalam kebijakan strategis yang berdampak luas bagi masyarakat.
“Yang muncul justru program-program tambal sulam, minim inovasi, dan tidak meninggalkan legacy. Bukan pembangunan strategis, melainkan proyek administratif yang dangkal,” kata Aan tegas.
Ia menyayangkan tidak adanya transformasi besar di bawah kepemimpinan Dangi yang seharusnya menjadi motor utama dalam pengambilan keputusan perencanaan jangka panjang.
Musrenbang Dinilai Hanya Forum Seremonial
Kritik juga diarahkan pada pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) yang diklaim telah dilakukan di seluruh kecamatan. Bagi Aan, pernyataan tersebut hanya menggambarkan keberhasilan administratif, bukan substansi partisipatif.
“Musrenbang bukan soal dilaksanakan atau tidak, tapi soal bagaimana aspirasi masyarakat dari forum itu benar-benar diakomodasi ke dalam kebijakan. Faktanya, banyak usulan dari bawah hilang saat sinkronisasi,” tandasnya.
Aan menyebut bahwa selama ini Musrenbang lebih berperan sebagai forum dokumentatif ketimbang forum solutif, sehingga berpotensi menjauhkan kebijakan dari kebutuhan riil masyarakat.
Gagal dalam Komunikasi Anggaran dan Koordinasi Teknis
Kepala Bapelitbangda juga sempat menyatakan bahwa pihaknya telah “ngos-ngosan” melobi anggaran ke pusat dan provinsi. Namun menurut Aan, justru di situlah terlihat lemahnya fungsi koordinasi antar-OPD yang seharusnya menjadi tugas utama Bapelitbangda sebagai penggerak pembangunan lintas sektor.
“Seorang Kepala Bapelitbangda seharusnya memimpin orkestrasi ini. Bukan menyalahkan dinas teknis lain. Jika banyak anggaran gagal terserap, maka itu bukan sekadar kegagalan teknis, melainkan kegagalan manajerial,” ujarnya.
Minim Inovasi, Tak Ada Breakthrough Strategis
Aan juga menyebutkan bahwa tidak ada satu pun kebijakan perencanaan yang menonjol secara inovatif di bawah kepemimpinan Dangi. Ia menyayangkan tidak adanya roadmap ekonomi kreatif, ketiadaan integrasi perencanaan berbasis data spasial, dan absennya agenda transformasi digital pembangunan.
“Semuanya berjalan rutin, linear, membosankan, dan tidak visioner. Kita butuh pemimpin yang membawa gebrakan, bukan sekadar menyelesaikan rutinitas,” kritiknya.
Ketimpangan Wilayah dan Krisis Ekologi Diabaikan
Di tengah tantangan pembangunan, Kabupaten Cirebon masih mencatatkan ketimpangan wilayah antara timur dan barat. Kawasan pesisir yang terabaikan, pertanian yang stagnan, hingga desa-desa perbatasan yang seolah dilupakan, menurut Aan, adalah bukti nyata lemahnya pendekatan perencanaan berbasis pemerataan.
Lebih lanjut, Aan menyoroti absennya strategi pembangunan hijau, adaptasi terhadap perubahan iklim, serta minimnya perlindungan terhadap kawasan ekologi strategis.
“Cirebon adalah wilayah rawan bencana. Tapi di mana strategi mitigasi? Di mana adaptasi iklim? Di mana pembangunan berkelanjutan? Semua nihil,” katanya.
Lebih Sibuk Jaga Citra daripada Evaluasi Kinerja
Kritik paling tajam datang saat Aan menilai bahwa klarifikasi panjang Kepala Bapelitbangda justru menunjukkan lebih banyak pembelaan diri daripada refleksi kinerja. Ia menyebut bahwa Dangi tampak lebih sibuk mempertahankan citra ketimbang mengubah kritik menjadi prestasi.
“Gagal menangkap kritik sebagai umpan balik. Gagal eksekusi pembangunan berdampak. Gagal membaca tuntutan zaman yang menghendaki pejabat publik berpikir progresif, bukan prosedural,” tegasnya.
Sorotan Terhadap Manuver Kekuasaan
Aan bahkan menyinggung soal manuver kekuasaan yang dinilainya kentara, meskipun Dangi menyebut dirinya tidak sedang mengejar jabatan.
“Kalau tidak sedang cari jabatan, kenapa manuver kekuasaan justru begitu terasa, sementara hasil kerja begitu samar? Rakyat butuh hasil nyata, bukan sekadar citra,” katanya.