Komunitas Ciliwung Depok Ungkap Penurunan Drastis Spesies Ikan Asli Sungai, Segini Jumlahnya

ARY
Ketua Bidang Konservasi Komunitas Ciliwung Depok, Iqbal Mujadid menunjukkan spesies ikan Sungai Ciliwung. (Foto: Istimewa)

adainfo.id – Kondisi ekosistem di Sungai Ciliwung saat ini kian memprihatinkan. Habitat ikan asli sungai terus terdegradasi akibat pencemaran, alih fungsi sempadan, hingga praktik penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan.

Ketua Bidang Konservasi Komunitas Ciliwung Depok, Iqbal Mujadid, yang berlatar belakang sarjana perikanan dan kelautan menegaskan, bahwa kondisi ekosistem sungai tersebut semakin terhimpit dari waktu ke waktu.

“Habitat Sungai Ciliwung saat ini mengalami dan menghadapi berbagai tekanan. Tekanan itu berasal dari manusia, seperti alih fungsi sempadan, pencemaran, kemudian metode tangkap yang tidak ramah lingkungan seperti racun dan setrum,” katanya Rabu (03/09/2025).

“Itu mungkin sekarang sudah berkurang, tapi masih ada. Semua itu membuat ekosistem Sungai Ciliwung kualitasnya semakin terdegradasi,” imbuhnya.

Penurunan Drastis Spesies Ikan Sungai Ciliwung

Iqbal menerangkan, penelitian dengan waktu yang panjang telah mencatat penurunan mencolok.

Menurut riset BRIN (dahulu LIPI) pada 2011, jumlah spesies ikan asli di Sungai Ciliwung tinggal 15 jenis.

Padahal, kata Iqbal, berdasarkan catatan penelitian kolonial pada 1910, terdapat 187 jenis ikan asli yang pernah hidup di sungai ini.

“Artinya ada penurunan sekitar 92 persen spesies yang hilang,” jelasnya.

Namun, Iqbal menjelaskan ada secercah harapan. Pendataan ulang yang dilakukan komunitas menunjukkan adanya peningkatan kembali jumlah spesies.

“Setelah 2011 itu, kita melakukan pendataan ulang. Aksi teman-teman baik dari Komunitas Ciliwung Depok maupun komunitas lain, berpengaruh memperkaya jumlah spesies,” ungkapnya.

“Pendataan terakhir menemukan 26 jenis ikan. Jadi angka kehilangan bisa ditekan dari 92 persen menjadi sekitar 86 sampai 87 persen,” tambahnya.

Iqbal mengungkapkan, ikan asli Sungai Ciliwung justru jarang dikenal masyarakat karena bukan termasuk komoditas konsumsi sehari-hari.

“Hampir semua ikan di Sungai Ciliwung tidak familiar bagi masyarakat, terutama buat konsumsi,” bebernya.

“Misalnya ikan Benter, ikan Soro, ikan Parai, ikan Hampala. Itu memang bukan menjadi komoditas di pasar, tapi ikan-ikan itu seharusnya rumahnya ada di Sungai Ciliwung dan dulu melimpah,” timpalnya lagi.

Aksi Komunitas dalam Menjaga Ekosistem

Menurut Iqbal, walaupun dengan sumber daya terbatas, Komunitas Ciliwung Depok terus bergerak melakukan konservasi.

Aksi-aksi komunitas pun tidak hanya berupa pembersihan sampah, tetapi juga advokasi terhadap kebijakan tata ruang sungai.

“Komunitas di Sungai Ciliwung itu banyak, termasuk Komunitas Ciliwung Depok. Dengan resource yang terbatas, dukungan juga gak selalu konstan, tapi kami punya komitmen kuat melestarikan sungai,” terangnya.

“Aksi-aksi itu seperti membela ekosistem Sungai Ciliwung dalam alih fungsi lahan, mengedukasi masyarakat supaya tidak buang sampah sembarangan, hingga menekan pencemaran,” imbuhnya.

Oleh karenanya, edukasi masyarakat dianggap sebagai kunci agar kualitas sungai tidak semakin memburuk.

Kesadaran bersama diharapkan bisa mengurangi ancaman bagi ikan-ikan asli.

Dukungan Pemerintah Dinilai Masih Minim

Meski pemerintah sempat menunjukkan perhatian, Iqbal menilai dukungan itu belum sepenuhnya maksimal.

“Dukungan dari pemerintah ada, cuma kami pikir masih bisa lebih maksimal,” ungkapnya.

“Karena full teman-teman di sini resource pribadi. Gak ada yang digaji, gak ada yang ditanggung operasionalnya. Kami harapkan ada atensi yang lebih,” sambungnya.

Oleh karenanya, peran pemerintah sangat krusial dalam menjaga keberlanjutan Sungai Ciliwung.

Tanpa dukungan yang lebih serius, usaha komunitas-komunitas tersebut akan sulit memberikan dampak besar.

BSP GROUP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *