Latihan Tsunami IOWAVE25, BMKG Uji Skenario Zona Gempa Megathrust Selat Sunda
adainfo.id – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berpartisipasi aktif dalam latihan simulasi tsunami skala internasional bertajuk Indian Ocean Wave Exercise (IOWAVE25).
Latihan yang diikuti 28 negara di kawasan Samudra Hindia ini digelar sebagai bagian dari upaya global memperkuat sistem peringatan dini tsunami dan kesiapsiagaan masyarakat di wilayah rawan bencana.
Kegiatan ini menjadi salah satu agenda penting dunia dalam menguji efektivitas sistem Tsunami Early Warning System serta kesiapan respons dari level pemerintah hingga masyarakat.
Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menegaskan bahwa IOWAVE25 berfokus pada pengujian rantai peringatan dini tsunami secara menyeluruh atau end-to-end.
Alurnya dimulai dari BMKG selaku National Tsunami Warning Center (NTWC), diteruskan ke BPBD, hingga sampai ke masyarakat di wilayah pesisir.
“Pada IOWAVE25 hari ini, kita menguji skenario paling kritis: gempa dahsyat magnitudo (M) 9,0 di zona Megathrust Selat Sunda,” ucap Daryono melalui laman resmi BMKG, Sabtu (27/09/2025).
“Kami ingin memastikan peringatan dini tsunami bukan hanya dikeluarkan oleh BMKG selaku National Tsunami Warning Center (NTWC), tetapi juga diterima, dipahami, dan ditindaklanjuti oleh masyarakat di wilayah pesisir terdampak,” imbuhnya.
Kolaborasi Multi Pihak dalam IOWAVE25
Latihan ini melibatkan 82 BPBD dari provinsi dan kabupaten di Selatan Jawa, Bali, NTB, dan NTT, BASARNAS, infrastruktur kritis, media massa, hingga 13 kelompok masyarakat pesisir.
Yang membedakan latihan tahun ini adalah digunakannya sistem cadangan peringatan dini dari BMKG Wilayah 3 Bali, bukan pusat di Jakarta.
Pengujian ini bertujuan memastikan sistem backup berjalan optimal agar operasional Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS) tidak memiliki titik lemah.
IOWAVE25 menguji empat skenario besar yakni 25 September 2025: Megathrust Selat Sunda (M9,0), 15 Oktober 2025: Subduksi Makran Pakistan (M9,0).
Kemudian, 25 Oktober 2025: Non-Seismik (Gunung Api Fani Maore Mozambik) dan 5 November 2025: Megathrust Utara Sumatera (M9,2), bertepatan dengan Hari Kesadaran Tsunami Dunia (World Tsunami Awareness Day).
Kegiatan ini mencakup Table Top Exercise untuk menguji SOP, gladi komunikasi, hingga simulasi evakuasi mandiri yang menekankan keterlibatan masyarakat.
Dari Early Warning Menuju Early Action
Partisipasi Indonesia dalam IOWAVE25 menegaskan komitmen terhadap inisiatif global “Early Warning for All”.
Menurut BMKG, peringatan dini tsunami tidak boleh berhenti sebagai Early Warning semata.
Melainkan harus diwujudkan menjadi Early Action atau respons cepat di lapangan.
Masyarakat di daerah rawan tsunami didorong untuk melaksanakan latihan evakuasi mandiri sebagai upaya menuju Tsunami Ready Community.
Dengan begitu, setiap warga pesisir dapat memahami langkah penyelamatan saat peringatan tsunami dikeluarkan.
“Tsunami adalah bencana low frequency (jarang terjadi) namun high impact (dampak tinggi) yang dapat merenggut puluhan hingga ribuan nyawa,” papar Daryono.
“Tujuan mulia InaTEWS adalah ‘zero victims’ apabila terjadi gempa dan tsunami. Ini hanya dapat tercapai jika semua komponen yaitu pemerintah, lembaga, media, dan masyarakat bersatu padu dan terlatih untuk merespons peringatan dengan cepat, tertib, dan terkendali,” tutupnya.
Menuju Tsunami Ready Community
Daryono menekankan, tujuan besar dari IOWAVE25 adalah membangun budaya siaga bencana yang kuat.
Keterlibatan pemerintah, lembaga terkait, akademisi, media, dan masyarakat menjadi kunci untuk mewujudkan cita-cita InaTEWS dalam mencapai “zero victims” pada setiap kejadian tsunami di masa depan.
Latihan ini juga menjadi momentum penting dalam memperkuat kapasitas daerah rawan bencana.
Sekaligus meneguhkan peran Indonesia di kancah internasional sebagai negara yang aktif berkontribusi dalam pengurangan risiko bencana global.











