Lewat Meditasi, Masyarakat Didorong Jadi Pahlawan untuk Diri Sendiri
adainfo.id – Di tengah peringatan Hari Pahlawan 2025 yang dilaksanakan beberapa waktu lalu, ajakan untuk memaknai kembali arti perjuangan datang dari ruang akademik.
Salah satu dosen Universitas Indonesia (UI) menegaskan bahwa setiap individu memiliki potensi besar untuk menjadi pahlawan bagi dirinya sendiri.
Dosen Program Studi Jawa, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI), Doktor Turita Indah Setyani, menekankan pentingnya menggali kekuatan batin sebagai bentuk perjuangan modern.
Ia mengajak masyarakat untuk menyadari bahwa pahlawan tidak selalu berasal dari sosok besar di panggung sejarah, tetapi juga dapat hadir dari dalam diri setiap orang.
Wanita yang akrab disapa Mbak Ita ini dikenal tidak hanya sebagai akademisi, tetapi juga instruktur meditasi dan pendiri Urban Spiritual Indonesia.
Selain itu, ia pernah menjabat sebagai Kepala Program Studi Pascasarjana Ilmu Susastra FIB UI (2021–2023).
Rekam jejak tersebut memperlihatkan konsistensinya dalam menghubungkan budaya, spiritualitas, dan pendidikan.
Dalam pesannya, ia merangkum refleksi batin yang relevan dengan kondisi masyarakat saat ini yang hidup dalam tekanan sosial, tuntutan pekerjaan, serta dinamika emosi sehari-hari.
Ajakan yang ia sampaikan bukan sekadar slogan, tetapi bentuk ajakan nyata untuk kembali mengenali diri sebagai sumber kekuatan.
Majelis Nyala Purnama 2025: Perayaan Seni dan Spiritualitas
Untuk memperingati Hari Pahlawan, Majelis Nyala Purnama pada November 2025 hadir sebagai ruang perenungan kolektif.
Acara ini menjadi panggung pagelaran seni budaya yang merangkul berbagai bentuk ekspresi seperti musik, tari, puisi, ngaji budaya, hingga meditasi bersama.
Semua berlangsung di bawah cahaya bulan purnama, menghadirkan nuansa yang hangat sekaligus kontemplatif.
Penyelenggaraan acara ini bertujuan mempertemukan nilai perjuangan, tradisi, dan kesadaran diri.
Dengan pendekatan seni dan spiritualitas, masyarakat diajak kembali mengingat bahwa kemerdekaan bukan hanya warisan sejarah, tetapi juga perjalanan batin individu dalam menghadapi kehidupan.
Meditasi sebagai Cerminan Perjuangan Batin
Salah satu bagian penting dalam acara tersebut adalah sesi meditasi bersama.
Peserta diajak menurunkan ritme pikiran dan merasakan makna mendalam dari perjuangan, bahwa sebelum menjadi pahlawan bagi bangsa, seseorang perlu bebas dari belenggu diri sendiri.
Dalam kesempatan itu, Mba Ita menegaskan makna tersebut melalui pernyataannya.
“Dalam konteks ini, meditasi dapat dilihat sebagai bentuk perjuangan batin untuk mencapai kesadaran kemerdekaan dan kebebasan diri sendiri,” papar Mba Ita dalam keterangannya Minggu (16/11/2025).
Ia kemudian menambahkan sebuah analogi yang kuat dan menggugah.
“Seperti pahlawan rakyat yang berjuang melawan penjajah, meditasi membantu individu ‘melawan’ pikiran dan emosi negatif yang dapat menjajah diri sendiri,” terangnya.
Analogi itu menegaskan bahwa ‘meditasi’ bukan sekadar praktik relaksasi, tetapi media untuk merebut kembali kemerdekaan mental yang sering kali terampas oleh tekanan hidup, kecemasan, atau rasa takut.
Meditasi dan Relevansinya dengan Tantangan Modern
Di tengah kesibukan masyarakat urban, meditasi semakin relevan. Tekanan kerja, perkembangan teknologi yang serba cepat, hingga konflik batin kerap mengganggu keseimbangan hidup.
Meditasi juga dapat menjadi salah satu cara untuk memulihkan kejernihan pikiran.
Dalam konteks Hari Pahlawan, meditasi dipandang sebagai bentuk perjuangan yang lebih personal namun tidak kalah penting.
Banyak orang dapat memenangkan ‘perang besar’, namun gagal menghadapi peperangan di dalam dirinya sendiri.
Kemenangan sejati pun justru terletak pada kemampuan mengatur pikiran dan emosi.
Pahlawan Masa Kini, Refleksi di Era Modern
Jika pahlawan masa lalu berjuang dengan senjata, pahlawan masa kini melawan tekanan mental yang tak kasat mata.
Informasi datang bertubi-tubi, setiap orang berlomba menjadi yang paling terlihat, namun sedikit yang fokus pada kesejahteraan batin.
Melalui Majelis Nyala Purnama, pesan ini disampaikan dengan bahasa budaya yang mudah diterima.
Seni pertunjukan dikombinasikan dengan praktik kontemplatif untuk menghadirkan pengalaman yang tidak hanya estetis tetapi juga mendalam.
Acara tersebut sekaligus menjadi pengingat bahwa sejarah perjuangan bangsa tidak boleh hanya menjadi ritual tahunan, tetapi harus dimaknai dalam kehidupan sehari-hari.
Pemberdayaan Spiritual sebagai Jalan Baru Kepahlawanan
Dorongan untuk menjadi pahlawan bagi diri sendiri mencerminkan perubahan paradigma.
Di masa kini, keberanian tidak selalu tampil dalam pertempuran fisik.
Keberanian sejati dapat terlihat dari kemampuan seseorang menghadapi trauma, kegagalan, atau tekanan sosial.
Meditasi, dalam hal ini, menjadi alat pembebasan mental.
Dengan latihan rutin, seseorang dapat merdeka dari emosi negatif, melihat dunia dengan kejernihan baru, dan menghadapi tantangan hidup dengan hati lebih teguh.











