Makan Bergizi Gratis Dapat Apresiasi, Perlu Konsistensi
adainfo.id – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) pemerintahan Presiden Prabowo Subianto mendapatkan apresiasi dari berbagai kalangan, termasuk dari pengamat politik.
Direktur Eksekutif Trias Politika, Agung Baskoro, menyebutkan bahwa program ini merupakan langkah nyata dalam memperjuangkan hak dasar anak-anak Indonesia.
Khususnya dalam memastikan kecukupan gizi sebagai bagian dari pembangunan sumber daya manusia (SDM).
“MBG ini mempertegas keberpihakan Presiden Prabowo kepada wong cilik. Program tersebut di rasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat,” ujar Agung Baskoro.
Menurut Agung, MBG tidak hanya sekadar program bantuan, melainkan ide otentik yang menegaskan kepemimpinan Prabowo Subianto dalam menghadirkan kebijakan yang berdampak langsung bagi kehidupan rakyat kecil.
MBG, Bukan Sekadar Program Bantuan: Sebuah Legacy untuk Masa Depan
Program Makan Bergizi Gratis dinilai sebagai legacy-branding yang membedakan pemerintahan Prabowo Subianto dengan presiden-presiden sebelumnya.
Jika pada periode-periode sebelumnya fokus pembangunan lebih di arahkan pada infrastruktur, maka era Prabowo menitikberatkan pada penguatan SDM dan kualitas hidup masyarakat.
“Program MBG ini menegaskan bahwa seorang pemimpin atau presiden mesti memiliki ide otentik untuk membawa rakyatnya menuju keadaan yang lebih baik,” tegas Agung.
Agung meyakini bahwa MBG memiliki potensi menjadi program andalan yang akan terus dikenang, bahkan setelah masa jabatan Presiden Prabowo berakhir.
Program ini menciptakan dampak langsung yang positif bagi anak-anak Indonesia.
Terutama dalam mencegah stunting, malnutrisi, dan masalah gizi buruk.
Mengapa Program Makan Bergizi Gratis Penting?
Program MBG hadir sebagai solusi atas tantangan besar yang masih di hadapi Indonesia, yaitu tingginya angka stunting dan ketidakcukupan gizi di kalangan anak-anak.
Data menunjukkan bahwa anak-anak yang mendapatkan asupan gizi yang cukup memiliki peluang lebih besar untuk berkembang secara optimal, baik dari segi fisik, kognitif, maupun emosional.
Tantangan dan Harapan untuk Implementasi yang Konsisten
Meski program ini menuai banyak pujian, tantangan terbesar terletak pada implementasi di lapangan.
Agung Baskoro menekankan pentingnya pelaksanaan MBG yang konsisten, transparan, dan bebas dari potensi penyimpangan.
“Syaratnya, pelaksanaan MBG ini mesti konsisten dan tak ada celah (zero tolerance) terhadap segala rupa kesalahan,” tutup Agung.