Makara Art Center UI Jadi Panggung Sastra Chairil Anwar

ARY
Pembacaan puisi Chairil Anwar oleh Komoenitas Makara di UI Depok, kemarin. (Foto: Pusinfo Makara Art Center UI)

adainfo.id – Dalam rangka memperingati Hari Puisi Nasional sekaligus Haul Chairil Anwar, Komoenitas Makara bersama Makara Art Center Universitas Indonesia (UI) menggelar pentas pembacaan puisi bertajuk “Spirit Chairil: Membaca Ulang Chairil Anwar”.

Acara di Gedung Makara Art Center UI Depok ini menjadi ajang refleksi dan penghormatan terhadap sang pelopor puisi modern Indonesia, Chairil Anwar.

Panggung Sastra untuk Mengenang Sang “Binatang Jalang”

Ikut dalam pentas puisi ini puluhan seniman, sastrawan, pegiat budaya, dan akademisi yang hadir untuk menghidupkan kembali semangat dan karya-karya Chairil Anwar.

Mereka membacakan puisinya, menginterpretasikannya dalam musik, serta menyampaikan refleksi dan orasi kebudayaan tentang sosok Chairil.

Beberapa tokoh yang tampil antara lain Ngatawi Al Zastrouw, Kepala Makara Art Center dan pembina Komoenitas Makara, Bondan Kanumoyoso, Dekan FIB UI.

Kemudian, Mustafa Ismail, sastrawan dan budayawan, Mulyadi Iskandar, Eko Genthong Sulistiyo, Willy Ana, Ical Vrigal, Iwan Kurniawan, serta lainnya.

Tidak hanya mereka, acara ini juga diramaikan oleh akademisi lintas fakultas UI seperti Prof. Semiarto Aji Purwanto, Dekan FISIP UI, Dr. Turita Indah Setyani dan Dosen Sastra Jawa FIB UI sekaligus pendiri Urban Spiritual Indonesia.

Sementara dari dunia komunitas, hadir pula sastrawan dari Komunitas Sastra Margonda yang ikut meramaikan panggung.

Spirit Religiusitas Chairil Anwar Diangkat ke Permukaan

Ngatawi Al Zastrouw mengungkapkan bahwa acara ini bukan sekadar mengenang sosok Chairil Anwar, tetapi juga menggali sisi spiritualitas dalam puisi-puisinya.

“Haul kali ini adalah upaya menghidupkan dan menggali spirit religiusitas Chairil Anwar. Meskipun mengaku sebagai binatang jalang, Chairil memiliki spiritualitas tinggi. Pengakuannya adalah bentuk ketawadhuan, sekaligus tamparan bagi mereka yang sok suci namun rakus,” tegas Zastrouw melalui keterangannya, Sabtu (26/4/2025).

Pemaknaan ini menjadi pembeda, bahwa Chairil tak hanya dikenal lewat “Aku” yang meledak-ledak, tapi juga melalui jiwa religius yang tersembunyi dalam bait-bait puisinya.

Panggung Terbuka untuk Puisi dan Musikalisasi

Acara dimulai sejak pukul 15.15 WIB hingga 20.00 WIB kemarin ini, dengan format panggung terbuka.

Para penampil silih berganti naik ke panggung untuk membaca puisi dan menampilkan musikalisasi puisi karya Chairil Anwar.

Tidak ada sekat antara seniman senior dan muda, antara akademisi dan aktivis budaya, semua melebur dalam semangat sastra dan kecintaan pada puisi.

Salah satu momen yang menyita perhatian adalah saat Bondan Kanumoyoso menyampaikan Orasi Kebudayaan.

Lalu mengulas peran Chairil dalam sejarah sastra Indonesia, dan bagaimana karya-karyanya menjadi refleksi zaman serta kekuatan kritik sosial dan eksistensial.

Komoenitas Makara Siap Terus Gaungkan Budaya

Komoenitas Makara menegaskan bahwa kegiatan ini adalah bagian dari misi berkelanjutan dalam membumikan seni dan budaya Indonesia.

Menurut Zastrouw, Chairil Anwar bukan sekadar penyair, tapi simbol keberanian, kebebasan berpikir, dan perjuangan intelektual.

“Kami ingin agar Makara Art Center dan Komoenitas Makara menjadi ruang terbuka untuk kesenian, spiritualitas, dan kebudayaan yang membebaskan dan memberdayakan,” ujarnya.

Pentas puisi ini juga menjadi inspirasi bagi publik untuk mengenang puisi tidak sekadar sebagai karya sastra.

Akan tetapi sebagai refleksi kehidupan, kejujuran batin, dan perjuangan spiritual manusia.

BSP GROUP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *