Makin Parah? BMKG Prediksi Dampak Kemarau 2025

ARY
Ilustrasi BMKG prediksi puncak musim kemarau 2025, waspada kekeringan. (Foto: Pexels/Quang Nguyen Vinh)

adainfo.id – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Telah mengeluarkan peringatan dini perihal musim kemarau 2025, yang di prediksi mencapai puncaknya pada Juni, Juli, dan Agustus.

BMKG mengimbau masyarakat dan berbagai sektor untuk bersiap menghadapi potensi kekeringan, kebakaran hutan, dan krisis air bersih.

Menurut Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, musim kemarau diperkirakan mulai Mei 2025, dengan dampak yang bervariasi di seluruh Indonesia.

Beberapa daerah akan mengalami lebih panjang, sementara yang lain berpotensi mengalami perubahan pola cuaca.

“Prediksi uncak musim kemarau 2025 di sebagian besar wilayah Indonesia itu terjadi pada Juni hingga Agustus 2025,” ujar Dwikorita Karnawati, beberapa waktu lalu.

BMKG juga memperingatkan adanya potensi peningkatan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di beberapa daerah.

Terutama Sumatera dan Kalimantan, yang kerap mengalami dampak paling besar saat musim tersebut.

Prediksi Awal Musim Kemarau 2025 di Berbagai Wilayah

BMKG melakukan analisis iklim dengan membandingkan data klimatologi 1991-2020.

Terdapat 30% wilayah Indonesia akan mengalaminya sesuai dengan kondisi normal.

Kemudian, 29% wilayah akan mengalami musim tersebut yang datang lebih lambat dari biasanya.

Selanjutnya, 22% wilayah akan mengalami kemarau yang datang lebih awal.

Wilayah dengan musim kemarau normal (30%) seperti Sumatera, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Sulawesi Utara, sebagian Maluku dan Maluku Utara.

Lalu, untuk wilayah yang mundur (29%) yakni Kalimantan Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi dan Maluku Utara, Merauke, Papua Selatan.

Untuk wilayah lebih awal (22%) yaitu sebagian kecil wilayah Aceh, Lampung, Papua Tengah.

Kondisi Musim Kemarau 2025: Normal, Ekstrem, atau Ringan?

BMKG membagi karakteristik musim ini dalam tiga kategori berdasarkan intensitasnya.

Dengan data tersebut, BMKG menekankan bahwa meskipun sebagian besar wilayah akan mengalaminya dengan normal.

Ada beberapa daerah yang berpotensi mengalami kemarau lebih panjang dengan risiko suhu lebih tinggi dan curah hujan lebih rendah.

Potensi Dampak Musim Kemarau 2025

BMKG mengingatkan bahwa musim kemarau 2025 bisa berdampak signifikan terhadap berbagai sektor.

Termasuk pertanian, ketersediaan air bersih, kesehatan masyarakat, dan lingkungan hidup.

Kekeringan ekstrem di Sumatera, Jawa Barat, Nusa Tenggara, dan Kalimantan Selatan berpotensi mengalami krisis air bersih.

Waduk dan bendungan di beberapa wilayah berisiko mengalami penurunan volume air signifikan.

Untuk kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), daerah yang paling berisiko, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.

BMKG meminta pemerintah daerah meningkatkan patroli dan pengawasan untuk mencegah kebakaran hutan.

Berikutnya, dampak pada pertanian seperti produksi tanaman pangan padi, jagung, dan sayuran bisa terancam akibat curah hujan rendah.

Saran kepada petani untuk menggunakan teknologi irigasi hemat air dan memilih varietas tanaman yang lebih tahan kekeringan.

Selain itu, cuaca panas ekstrem bisa meningkatkan risiko dehidrasi, heatstroke, dan penyakit pernapasan.

Masyarakat di imbau untuk membatasi aktivitas di luar ruangan pada siang hari dan menjaga asupan cairan.

Dengan puncak musim kemarau 2025 yang diprediksi terjadi pada Juni-Agustus, masyarakat dan berbagai sektor di imbau untuk meningkatkan kesiapsiagaan.

Kekeringan, Karhutla, serta penurunan debit air bisa menjadi tantangan besar jika tidak diantisipasi dengan baik.

BSP GROUP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *