Meski Paceklik, Warga Gagasari Cirebon Tetap Gelar Nadran Laut

KIM
Pelaksanaan Nadran masyarakat nelayan Desa Gagasari, Kecamatan Gebang, Cirebon, Minggu (15/06/25) (foto: adainfo.id)

adainfo.id – Di tengah musim paceklik yang menekan hasil tangkapan nelayan, semangat warga Desa Gagasari, Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon, untuk melestarikan warisan leluhur tetap membara. Minggu (15/06/2025), masyarakat pesisir Gagasari bersama pemerintah desa tetap menggelar tradisi sedekah laut atau yang dikenal dengan istilah nadran.

Bagi warga setempat, nadran bukan sekadar seremonial budaya atau pesta rakyat. Tradisi ini merupakan ungkapan syukur dan bentuk spiritualitas kolektif kepada Allah SWT atas keselamatan dan rezeki yang telah diterima selama satu tahun terakhir, terlepas dari kondisi hasil laut yang menurun.

Karnaval Budaya Iringi Puncak Tradisi

Kegiatan dimulai sejak pagi hari dengan karnaval budaya yang menampilkan berbagai kostum khas nelayan, kendaraan hias, dan pertunjukan seni rakyat.

Suasana penuh warna menyelimuti jalan-jalan desa, diiringi tawa anak-anak dan wajah-wajah semangat warga yang ikut berpartisipasi, meski kesederhanaan sangat terasa dalam setiap sudut acara.

Kuwu Gagasari, Tamam Haryanto, menyampaikan bahwa nadran tahun ini tetap dilaksanakan dengan penuh kekhidmatan dan semangat gotong royong.

“Sedekah laut ini sebagai bentuk syukur kami kepada Allah SWT atas limpahan rezeki dan perlindungan-Nya kepada para nelayan dan masyarakat,” ujarnya selepas memimpin jalannya karnaval pembuka.

Larung Sesaji di Tengah Laut: Simbol Doa dan Harapan

Puncak acara berlangsung di tengah laut, tempat prosesi larung sesaji digelar. Warga bersama tokoh adat dan para nelayan membawa aneka sesaji seperti kepala kerbau, bunga-bungaan, hasil bumi, dan makanan khas laut, yang kemudian dilarungkan ke laut lepas.

Ritual larung ini dipercaya sebagai bentuk penghormatan kepada alam laut, serta permohonan agar laut kembali melimpah, nelayan selamat dalam mencari nafkah, dan terhindar dari bencana.

Setelah larung, acara dilanjutkan dengan doa bersama dan hiburan rakyat yang berlangsung di tepian pantai. Meski digelar secara sederhana, warga tetap larut dalam suasana kebersamaan yang menghangatkan.

Tamam Haryanto mengapresiasi seluruh pihak yang terlibat dalam kelancaran pelaksanaan nadran, mulai dari warga, nelayan, tokoh adat, hingga aparat keamanan dan Forkopimcam.

“Alhamdulillah, acara berjalan dengan lancar dan tertib. Kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Dan mohon maaf jika selama pelaksanaan acara ini ada masyarakat atau pengguna jalan yang merasa terganggu,” ucap Tamam.

Ia menegaskan bahwa tradisi nadran hanya bisa hidup jika seluruh elemen masyarakat bersatu dan berpartisipasi. Terlebih di masa sulit seperti saat ini, tradisi menjadi perekat sosial yang menyatukan hati warga dalam harapan bersama.

Pesan untuk Generasi Muda: Jangan Lupakan Budaya Sendiri

Sebagai kuwu yang juga aktif dalam kegiatan budaya desa, Tamam mengajak generasi muda untuk tidak melupakan akar identitas mereka. Menurutnya, nadran adalah bagian penting dari kekuatan sosial dan spiritual masyarakat pesisir.

“Mari kita jaga dan lestarikan tradisi ini. Ini bukan sekadar acara tahunan, tapi warisan budaya yang mempererat kita semua,” pungkasnya.

Warga Desa Gagasari membuktikan bahwa keterbatasan ekonomi akibat musim paceklik tidak menjadi halangan untuk tetap melestarikan tradisi luhur. Justru, dalam keterbatasan itu, mereka semakin kuat merajut nilai-nilai kebersamaan dan spiritualitas lokal yang telah diwariskan oleh leluhur.

BSP GROUP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *