Miras Jadi Pemicu Tawuran di Depok, Ratusan Botol Disita Polisi
adainfo.id – Polsek Pancoran Mas mengungkap praktik peredaran minuman keras (miras) ilegal yang diduga kuat menjadi salah satu pemicu tawuran remaja di kawasan Terminal Depok.
Dalam penggerebekan yang dilakukan baru-baru ini, aparat berhasil menyita 263 botol miras berbagai merek, dari sebuah toko berkedok warung kelontong.
Pemilik warung berinisial DA turut diperiksa untuk penyelidikan lebih lanjut.
“Beberapa kali kita amankan pelaku tawuran dalam kondisi mabuk. Setelah kita selidiki, mereka mabuk minuman keras dari sekitar terminal,” ungkap Kapolsek Pancoran Mas, AKP Hartono, Jumat (20/6/2025).
Berawal dari Laporan Warga, Polisi Lakukan Penyelidikan
Penangkapan ini bermula dari laporan warga yang mengaku resah karena maraknya peredaran miras di sekitar Terminal Depok, yang kerap dikonsumsi oleh remaja sebelum melakukan aksi tawuran.
“Informasi awal menyebutkan adanya penjual miras merek Kawa-Kawa yang jadi langganan anak-anak muda. Ini kemudian kami tindak lanjuti dengan penyelidikan di lapangan,” kata Hartono.
Warung Kelontong Ternyata Simpan Ratusan Botol Miras
Saat dilakukan operasi, polisi menemukan sebuah toko kecil di sekitar terminal yang menyimpan stok besar miras dari berbagai jenis, termasuk jenis lokal dan racikan keras.
Rincian berbagai botol miras yang disita seperti Intisari 25 botol, Atlas 37 botol, API 22 botol, Anggur Hitam 12 botol, Anggur Merah 29 botol, Anggur Gold 17 botol, Bir Bintang 15 botol, Kawa-Kawa 46 botol.
Kemudian, Intisari Black 19 botol, Anggur Putih 15 botol, Anggur Orang Tua 5 botol, Anggur Kolesom 5 botol, Intisari Anggur Hijau 2 botol, Intisari Anggur Merah 3 botol, Friendship 1 botol dan Angker Bir 12 botol.
“Toko tersebut menyimpan miras berkedok sebagai warung kelontong biasa. Ini yang membuat masyarakat tidak curiga,” jelas Kapolsek.
Kasus Masih Dikembangkan
DA kini tengah diperiksa secara intensif oleh penyidik Polsek Pancoran Mas.
“Kasus ini masih dalam proses pengembangan. Kami telusuri apakah ada jaringan distribusi yang lebih besar,” tegas Hartono.