Natal 2025, Ribuan Jemaat Padati Gereja Bersejarah di Kota Depok

ARY
Suasana ibadah Natal di GPIB Immanuel yang terletak di kawasan Jalan Pemuda, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, Kamis (25/12/25). Tempat ini merupakan salah satu gereja bersejarah. (Foto: Istimewa)

adainfo.id – Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB) Immanuel Depok kembali menjadi salah satu pusat perayaan Natal 2025 dengan dihadiri ribuan jemaat.

Hal ini menegaskan perannya sebagai gereja tertua sekaligus saksi sejarah panjang penyebaran agama Kristen di Kota Depok.

Berdiri sejak 28 Juni 1714, GPIB Immanuel Depok masih berdiri kokoh di kawasan Jalan Pemuda, Kecamatan Pancoran Mas.

Gereja bersejarah ini hingga kini tetap aktif digunakan sebagai pusat peribadatan umat Kristen Protestan, termasuk pada perayaan Natal tahun ini.

Tak hanya memiliki nilai religius, GPIB Immanuel Depok juga menyimpan nilai historis yang kuat, karena menjadi bagian penting dari terbentuknya komunitas Kristen awal di wilayah Depok.

Komisi Informasi Publikasi GPIB Immanuel Depok, Alfredo Theodore Bacas, menerangkan bahwa pelaksanaan ibadah misa Natal 2025 digelar sebanyak lima kali guna mengakomodasi antusiasme jemaat yang datang dari berbagai daerah.

Misa Natal telah dimulai sejak Rabu (24/12/2025) dengan tiga sesi ibadah, yakni pukul 16.00 WIB, 17.00 WIB, dan 21.00 WIB.

Selanjutnya, ibadah Natal dilanjutkan pada Kamis (25/12/2025) pagi sekitar pukul 09.00 WIB serta sore hari pukul 17.00 WIB.

“Kemungkinan itu bisa sampai dengan 2000 orang ya yang hadir,” ucap Edo kepada wartawan.

Menurut Edo, jemaat yang hadir tidak hanya berasal dari sekitar gereja, tetapi juga datang bersama keluarga dari berbagai wilayah di luar Depok.

Antusiasme jemaat ini menunjukkan bahwa GPIB Immanuel Depok tetap menjadi magnet spiritual sekaligus simbol sejarah bagi umat Kristen Protestan hingga saat ini.

Dibangun Cornelis Chastelein, Tokoh Penting Sejarah Depok

GPIB Immanuel Depok dibangun oleh seorang pejabat VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) bernama Cornelis Chastelein pada tahun 1714.

Gereja ini didirikan setelah Chastelein pensiun dari VOC dan memilih menetap di wilayah Depok.

“Depok ini kan dulunya, dia (Cornelis) itu yang berkuasa,” jelasnya.

Cornelis Chastelein menjadikan gereja ini sebagai pusat penyebaran agama Kristen di kawasan Depok dan sekitarnya.

Selain membangun gereja, ia juga membeli lahan yang cukup luas untuk dijadikan perkebunan.

Awal Mula 12 Marga Kristen di Depok

Untuk mengelola perkebunannya, Cornelis Chastelein merekrut pekerja dari berbagai daerah di Indonesia.

Setelah para pekerja tersebut memeluk agama Kristen, Cornelis kemudian mengelompokkan mereka ke dalam 12 marga.

“Nah sampai sekarang masih ada, bahkan juga ada lembaganya yaitu Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC),” bebernya.

Adapun 12 marga yang tercatat hingga kini masih dikenal dalam sejarah Depok, yakni Jonathans, Soedira, Laurens, Bacas, Loen, Isakh, Samuel, Leander, Joseph, Tholense, Jacob, dan Zadokh.

Keberadaan marga-marga ini menjadi fondasi awal terbentuknya komunitas Kristen Depok yang terus berkembang hingga saat ini.

Sejarah panjang tersebut menjadikan kawasan sekitar GPIB Immanuel Depok, khususnya di sepanjang Jalan Pemuda, dikenal dengan sebutan Kampung Belanda Depok.

Wilayah ini bukan hanya menjadi pusat peribadatan, tetapi juga kawasan cagar budaya yang merekam perjalanan panjang Kota Depok sejak era kolonial hingga masa modern.

Hingga kini, GPIB Immanuel Depok tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga simbol toleransi, sejarah, dan keberagaman yang hidup di tengah masyarakat Depok.

BSP GROUP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *