Pemdes Gumulung Tonggoh Genjot Program Ketahanan Pangan Terpadu

KIM
Proses pembangunan kandang ayam petelur dalam program ketahanan pangan Desa Gumulung Tonggoh, Kecamatan Greged, Kabupaten Cirebon, Sabtu (29/11/25). (Foto: adainfo.id)

adainfo.id – Pemerintah Desa (Pemdes) Gumulung Tonggoh, Kecamatan Greged, Kabupaten Cirebon, tengah memaksimalkan program ketahanan pangan desa yang dirancang secara terpadu melalui sektor pertanian dan peternakan.

Program ini dikembangkan bersama Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Jaya Sakti sebagai operator utama pengelolaan produksi dan pemasaran komoditas pangan.

Langkah strategis tersebut menjadi bentuk keseriusan desa dalam membangun struktur ketahanan pangan yang tidak hanya berorientasi pada kemandirian, tetapi juga peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Upaya ini dilakukan di tengah tantangan fluktuasi pasokan pangan luar desa yang kerap memengaruhi stabilitas harga dan ketersediaan kebutuhan pokok.

Kuwu Gumulung Tonggoh, Agus Saefudin, menegaskan bahwa program lintas sektor ini merupakan langkah proaktif agar desa mampu memenuhi kebutuhan pangan dasar secara mandiri sekaligus menciptakan ekosistem ekonomi baru di tingkat lokal.

“Ketahanan pangan adalah dasar kesejahteraan masyarakat. Karena itu, kami tidak fokus pada satu sektor saja, melainkan membangun ekosistem lintas sektor agar desa bisa memenuhi kebutuhan pangannya secara mandiri,” ujarnya, Sabtu (29/11/2025).

Salah satu sektor yang kini menjadi fokus utama adalah pembangunan peternakan ayam petelur berskala desa. Fasilitas kandang berukuran 12 x 36 meter ini berdiri di atas lahan milik desa seluas sekitar 800 meter persegi dan mampu menampung sedikitnya 2.500 ekor ayam.

Lahan yang sebelumnya tidak termanfaatkan kini disulap menjadi pusat produksi pangan bernilai tinggi. Dengan kapasitas tersebut, desa menargetkan produksi sekitar 2.500 butir telur setiap hari yang dialokasikan untuk kebutuhan warga, kegiatan sosial, hingga dijual ke pasar di wilayah Kecamatan Greged.

Agus Saefudin menyebut bahwa peternakan ayam petelur adalah komoditas yang paling cepat memberi dampak karena permintaan telur stabil setiap hari dan menjadi kebutuhan pokok mayoritas rumah tangga.

“Hasil produksi telur akan kami pasarkan langsung ke warga dan pedagang di pasar terdekat. Harapannya, masyarakat bisa mendapatkan kebutuhan dengan harga lebih terjangkau, sementara BUMDes memperoleh pemasukan untuk menopang program lainnya,” jelas Agus.

Unit peternakan ini diharapkan tidak hanya menjadi pemasok pangan, tetapi juga ruang pelatihan bagi warga yang ingin mengembangkan usaha serupa secara mandiri.

Di samping peternakan ayam petelur, Pemdes Gumulung Tonggoh telah lebih dahulu menjalankan budidaya ayam broiler yang kini menjadi komoditas penguat program ketahanan pangan. Produksi ayam pedaging dinilai ideal karena masa pemeliharaannya relatif singkat dan permintaan pasar terus meningkat.

Budidaya broiler ini dilakukan secara terukur dengan memperhatikan standar kesehatan hewan untuk memastikan kualitas daging yang baik. Setiap siklus panen, BUMDes mampu mendistribusikan hasil ternak kepada masyarakat desa dan pedagang lokal, sehingga perputaran ekonomi terus berjalan.

Sektor pertanian mendapatkan porsi perhatian melalui program budidaya jamur tiram yang dikelola oleh Karang Taruna Desa Gumulung Tonggoh. Budidaya ini dilakukan di ruang tertutup dengan pengawasan ketat terhadap suhu dan kelembapan agar produksi tetap optimal.

Jamur tiram menjadi pilihan karena memiliki nilai jual stabil, permintaan pasar yang tinggi, serta dapat dikembangkan oleh generasi muda desa tanpa membutuhkan lahan luas. Selain menjadi komoditas pangan sehat, program ini juga membuka peluang wirausaha baru bagi pemuda desa.

Karang Taruna berperan sebagai kelompok produksi, sementara BUMDes bertugas mendistribusikan hasil panen ke pasar tradisional, pedagang sayur keliling, hingga restoran di sekitar Kecamatan Greged.

Untuk mendukung keberlanjutan sektor peternakan, Pemdes juga mengoptimalkan lahan pertanian desa melalui program budidaya jagung pipil. Hasil panen akan digunakan sebagai campuran pakan ternak sekaligus dijual sebagai komoditas pertanian.

Agus menyebut bahwa integrasi jagung pipil dalam program ketahanan pangan membuat desa memiliki struktur produksi yang saling mendukung antar sektor.

“Kami tidak hanya fokus di peternakan. Sektor pertanian seperti jagung pipil dan jamur tiram menjadi bagian dari program lintas sektor ini,” ujarnya.

Dengan pola ini, ketergantungan desa terhadap pasokan pakan dari luar dapat ditekan, sehingga biaya operasional peternakan lebih efisien dan stabil.

BUMDes Jaya Sakti Sebagai Tulang Punggung Ekosistem Pangan Desa

Seluruh unit usaha, mulai dari peternakan ayam petelur dan broiler, budidaya jamur tiram, hingga produksi jagung pipil, dikelola secara terintegrasi oleh BUMDes Jaya Sakti. BUMDes bertanggung jawab memastikan seluruh rantai produksi berjalan efektif, mulai dari pembibitan, pemeliharaan, panen, hingga pemasaran.

Model ini membuat pendapatan desa lebih terukur dan berkelanjutan. Selain itu, BUMDes dapat memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Desa (PADes), sehingga roda pembangunan desa tetap berjalan tanpa bergantung penuh pada Dana Desa atau bantuan eksternal.

Menuju Desa Mandiri Pangan

Agus Saefudin menyebut bahwa seluruh program ketahanan pangan yang dijalankan saat ini adalah pondasi menuju desa mandiri pangan. Ke depan, Pemdes menargetkan agar masyarakat tidak hanya berperan sebagai penerima manfaat, tetapi juga menjadi pelaku utama dalam pengembangan sektor pangan.

“Kami ingin Desa Gumulung Tonggoh menjadi desa yang mandiri pangan dan bisa meningkatkan pendapatan warga. Ini semua membutuhkan dukungan bersama,” tegasnya.

Melalui kolaborasi Pemdes, BUMDes, Karang Taruna, serta kelompok masyarakat, program ketahanan pangan lintas sektor ini diharapkan mampu menciptakan ekosistem ekonomi desa yang kuat, stabil, dan berkelanjutan.

BSP GROUP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *