Perbaikan Jalan di Japura Kidul Pakai Tanah Urug, DPRD Angkat Suara

KIM
Kondisi jalan rusak Japura Kidul - Japura Lor, yang rusak parah. (foto: adainfo.id)

adainfo.id – Perbaikan sementara jalan poros kabupaten di Desa Japura Kidul, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, menuai polemik tajam di tengah masyarakat.

Jalan yang menjadi penghubung vital antar tiga desa di dua kecamatan itu justru diperbaiki dengan menggunakan material tanah urug, bukan agregat atau batu, sehingga menyebabkan permukaan menjadi licin, berlumpur, dan berbahaya—terutama saat hujan turun.

Sejumlah foto dan video kondisi jalan tersebar cepat di media sosial sejak awal Juli 2025. Dalam unggahan-unggahan tersebut, tampak motor dan mobil tergelincir saat melewati jalur berlumpur, hingga membuat warga menyuarakan kekecewaannya secara terbuka terhadap pemerintah daerah.

Frisma Elsa: “Saya Sudah Melarang Penggunaan Tanah”

Anggota DPRD Kabupaten Cirebon dari Fraksi Partai NasDem, Frisma Elsa Tamara, geram dengan kejadian ini. Ia menyebut telah memberikan peringatan keras sejak awal agar jalan tersebut tidak diurug menggunakan tanah, namun imbauannya tak diindahkan.

“Saya sudah melarang jangan pakai tanah untuk perbaikan. Sekarang lihat sendiri akibatnya, malah jadi licin dan membahayakan pengguna jalan. Ini bukan solusi,” ujar Frisma, saat dihubungi pada Rabu (9/7/2025).

Frisma menyayangkan penanganan jalan rusak yang dinilainya asal-asalan dan tidak mempertimbangkan aspek keselamatan masyarakat. Menurutnya, jalan poros kabupaten seperti ini semestinya menjadi perhatian utama pemerintah karena menyangkut akses ekonomi, pendidikan, dan mobilitas harian warga.

DPRD Akan Alokasikan Anggaran Pokir untuk Perbaikan Permanen

Merespons keresahan warga, Frisma berkomitmen untuk mengalokasikan anggaran dari Pokok Pikiran (Pokir) miliknya di DPRD untuk perbaikan permanen jalan Japura Kidul. Ia menegaskan bahwa proses koordinasi dengan DPUTR (Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang) Kabupaten Cirebon sedang dilakukan guna menghitung kebutuhan anggaran yang diperlukan.

“Saya pastikan, jalan ini akan jadi prioritas. Akan saya anggarkan lewat pokir agar pembangunannya dilakukan secara permanen dan tidak membahayakan warga,” tegasnya.

Frisma juga menyebut akan mendorong percepatan proses penganggaran pada pembahasan APBD Perubahan Tahun 2025 agar pekerjaan bisa dimulai sebelum akhir tahun.

Camat Pangenan: Sudah Diajukan, Tinggal Tunggu Proses

Camat Pangenan, Deni Saprudin, turut angkat suara menanggapi polemik ini. Menurutnya, pengajuan perbaikan jalan sudah dilakukan sejak beberapa bulan lalu bersama Kepala Desa (Kuwu) Japura Kidul, bahkan telah disampaikan secara langsung kepada Bupati Cirebon H. Imron Rosyadi dan legislator Frisma Elsa Tamara.

“Kami bersama kuwu aktif mengawal usulan ini. Dan alhamdulillah, info terakhir sudah masuk dalam draf perubahan APBD tahun ini. Jadi kita tunggu saja proses selanjutnya,” ujar Deni.

Deni mengingatkan bahwa setiap usulan perbaikan infrastruktur harus melalui sejumlah mekanisme birokrasi dan tahapan teknis, terutama di tengah kondisi keuangan daerah yang sedang menyesuaikan dengan kebijakan efisiensi dari pemerintah pusat.

Penggunaan Tanah Merupakan Inisiatif Lokal

Terkait penggunaan tanah urug sebagai solusi sementara, Deni menyatakan bahwa inisiatif itu berasal dari pemerintah desa dan partisipasi warga sekitar yang ingin memastikan jalan tetap bisa dilalui kendaraan.

“Setahu saya, itu murni inisiatif dari pemdes dan masyarakat yang gotong royong. Tapi detail teknisnya lebih tepat ditanyakan ke pihak desa,” katanya.

Namun, Deni mengakui bahwa langkah tersebut kini menjadi kontroversi karena hasilnya justru membahayakan keselamatan warga, dan memperparah kondisi jalan saat hujan turun.

Warga Minta Perbaikan Permanen, Bukan Janji

Keresahan warga Japura Kidul terus meningkat. Mereka menganggap solusi darurat berupa tanah urug hanya memperparah kondisi dan mengancam keselamatan pengguna jalan. Banyak warga yang berharap agar perbaikan dilakukan secara permanen dengan kualitas material yang sesuai standar.

“Daripada ditimbun pakai tanah dan jadi becek, mending dibiarkan saja bolong. Setidaknya kami bisa menghindar. Kalau seperti sekarang, semua jadi licin dan berbahaya,” keluh Darto, salah satu pengemudi ojek online yang sering melintasi jalan tersebut.

Warga juga mendesak agar tidak ada lagi perbaikan tambal-sulam, apalagi yang dilakukan tanpa perencanaan matang. Mereka menginginkan proyek jalan ini benar-benar diperbaiki secara menyeluruh, dengan kualitas konstruksi yang tahan lama.

BSP GROUP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *