Portina Kabupaten Cirebon Gaungkan Budaya Lewat Olahraga Tradisional di HUT Bhayangkara ke-79

KIM
Sesi foto bersama usai acara (foto: adainfo.id)

adainfo.id – Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Bhayangkara ke-79 di Kabupaten Cirebon berlangsung meriah dan penuh makna.

Tidak sekadar seremoni institusional, perayaan kali ini menghadirkan nuansa berbeda dengan menghadirkan olahraga tradisional sebagai bagian utama dari rangkaian kegiatan.

Diselenggarakan di halaman Mapolresta Cirebon, gelaran ini menggandeng Persatuan Olahraga Tradisional Indonesia (Portina) Kabupaten Cirebon, yang menyuguhkan berbagai permainan rakyat seperti Tarik Tambang, Hadang, Lari Balok, dan Terompah Panjang.

Tak hanya peserta dari institusi pemerintahan, para pelajar tingkat SMP dari berbagai penjuru Cirebon juga turut serta, menciptakan atmosfer kompetitif yang tetap menjunjung tinggi nilai budaya.

Portina Tegaskan Komitmen Lestarikan Budaya Lewat Olahraga

Ketua Portina Kabupaten Cirebon, Siska Karina, mengungkapkan bahwa keterlibatan pihaknya dalam HUT Bhayangkara bukan hanya untuk memeriahkan acara, tetapi menjadi wujud nyata dari komitmen pelestarian budaya melalui media olahraga.

“Olahraga tradisional bukan sekadar permainan, ini adalah bentuk pelestarian nilai-nilai luhur bangsa. Ada semangat gotong royong, sportivitas, solidaritas, dan tentu saja rasa cinta terhadap budaya lokal,” ujar Siska usai acara pada Minggu, 22 Juni 2025.

Ia menjelaskan bahwa olahraga tradisional memiliki dimensi multidisipliner, menggabungkan unsur fisik, edukatif, sosial, dan kultural.

Inilah yang menjadikannya unik sekaligus relevan untuk diperkenalkan kepada generasi muda, khususnya di era digital saat ini yang cenderung menjauhkan anak-anak dari interaksi sosial berbasis tradisi.

Atraksi Budaya yang Bangkitkan Antusiasme Pelajar dan Warga

Antusiasme peserta dan penonton sangat terasa sepanjang pelaksanaan lomba. Anak-anak sekolah terlihat begitu antusias mencoba permainan-permainan yang mungkin sebelumnya hanya mereka dengar dari cerita orang tua atau buku pelajaran.

Bahkan sejumlah guru pendamping mengusulkan agar olahraga tradisional dijadikan bagian dari ekstrakurikuler sekolah, untuk menjaga keberlanjutan pengenalannya.

“Ini pengalaman baru bagi siswa kami. Mereka belajar nilai-nilai kerja sama dan kebersamaan secara langsung,” ujar salah satu guru dari SMP di Kecamatan Arjawinangun.

Sebagian warga yang hadir pun tampak antusias menyaksikan setiap pertandingan. Mereka bersorak, memberikan semangat, dan tak jarang mengenang masa kecil mereka yang juga pernah memainkan permainan serupa. Momen ini menjelma menjadi ajang nostalgia kolektif yang mengikat kembali hubungan antar-generasi.

Sinergi Positif antara Komunitas Budaya dan Institusi Negara

Partisipasi Portina dalam agenda HUT Bhayangkara tahun ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak. Siska Karina menyampaikan rasa terima kasih kepada Polresta Cirebon, yang telah memberi ruang bagi olahraga tradisional tampil sejajar dengan agenda-agenda resmi negara.

“Ini contoh kolaborasi positif. Ketika institusi negara seperti kepolisian bersinergi dengan komunitas budaya, maka pelestarian warisan leluhur bisa mendapat panggung yang lebih luas,” katanya.

Ia berharap pola kolaboratif ini bisa dilanjutkan di tahun-tahun berikutnya, tidak hanya pada peringatan HUT Bhayangkara, tetapi juga di hari besar nasional lain seperti Hari Kemerdekaan atau Hari Sumpah Pemuda.

Dari Perayaan Menuju Pembinaan yang Berkelanjutan

Siska juga menekankan bahwa kegiatan seperti ini hendaknya tidak berhenti pada tingkat seremoni. Ia mengusulkan agar pembinaan, pelatihan, dan lomba olahraga tradisional bisa masuk ke dalam kalender rutin baik di tingkat sekolah maupun desa.

Menurutnya, olahraga tradisional bisa menjadi media pendidikan karakter, bahkan menjadi alternatif solusi atas tantangan pendidikan saat ini yang cenderung individualistik dan minim interaksi sosial langsung.

“Kami ingin olahraga tradisional bukan hanya dihidupkan, tapi juga ditanamkan sebagai bagian dari pendidikan karakter dan identitas bangsa. Ini juga bisa jadi modal dalam menghadapi tantangan global,” ucap Siska.

Dalam waktu dekat, Portina Kabupaten Cirebon berencana menyusun peta jalan pengembangan olahraga tradisional, bekerja sama dengan Dinas Pendidikan, Dinas Pemuda dan Olahraga, serta kalangan akademisi.

Fokusnya adalah memperkuat kurikulum non-formal berbasis budaya lokal, sekaligus membuka peluang bagi desa-desa untuk mengembangkan potensi wisatanya melalui festival permainan rakyat.

Warisan Budaya yang Kian Relevan di Era Modern

Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya melestarikan budaya lokal, kehadiran olahraga tradisional dalam ruang publik seperti perayaan HUT Bhayangkara ini menjadi angin segar bagi identitas kebudayaan Indonesia. Apalagi di tengah gempuran budaya global yang kian mendominasi ruang digital dan media anak-anak.

Olahraga tradisional bukan sekadar warisan masa lalu, tetapi bisa menjadi jembatan generasi untuk memahami sejarah, menghargai keragaman, dan membangun karakter bangsa dari akar yang paling dalam.

Portina Kabupaten Cirebon, bersama mitra strategisnya, telah memberi contoh nyata bahwa pelestarian budaya tak harus selalu lewat panggung seni dan musik—olahraga pun bisa jadi medium ampuh untuk menyuarakan jati diri bangsa.

BSP GROUP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *