Remaja 15 Tahun di Cirebon Alami Kebutaan Akibat Katarak
adainfo.id – Seorang remaja berusia 15 tahun asal Desa Sigong, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon, harus menghadapi kenyataan pahit setelah kehilangan penglihatan akibat penyakit katarak.
Kondisi ini memaksanya berhenti sekolah selama dua bulan terakhir dan kini ia berharap adanya bantuan agar bisa menjalani pengobatan medis.
Remaja bernama Evani Munra Yahdinasa, atau akrab disapa Eva, kini tidak lagi dapat melihat setelah katarak menyerang kedua matanya.
Sebelumnya, Eva dikenal sebagai siswi aktif dan ceria di sekolahnya. Namun, sejak penglihatannya hilang, kehidupannya berubah total.
“Dulu Eva masih bisa sekolah dan main bersama teman-temannya, tapi sekarang untuk berjalan saja harus dibantu,” tutur sang ibu, Mumun, dengan suara lirih saat ditemui di rumahnya, Selasa (21/10/2025).
Kehilangan penglihatan tersebut menjadi pukulan berat bagi keluarga sederhana itu.
Setiap hari, Eva hanya bisa duduk di rumah, berharap matanya dapat kembali sembuh agar bisa melanjutkan sekolah seperti teman-temannya.
Berhenti Sekolah Karena Kebutaan
Eva yang duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) ini terpaksa berhenti sekolah sejak dua bulan lalu karena kondisi penglihatannya yang semakin memburuk.
Kedua matanya kini tidak lagi mampu menangkap cahaya, sehingga ia kesulitan beraktivitas, termasuk membaca dan berjalan tanpa bantuan.
“Awalnya tuh saya berhenti disuntik insulin dan minum daun salam. Di sekolah waktu kegiatan LDKS, mungkin karena lama, tiba-tiba mata saya ngeblur. Awalnya enggak merasa apa-apa, dikira karena gula darah naik. Tapi lama-lama malah tambah parah sampai sekarang,” ungkap Eva.
Pihak keluarga sudah berupaya keras mencari pengobatan. Eva sempat dibawa ke RSD Gunung Jati Cirebon, RS Cicendo Bandung, hingga RS Hasan Sadikin Bandung, namun hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa kondisi mata Eva sangat kompleks karena adanya faktor penyakit penyerta.
Katarak Diperparah oleh Gula Darah Tinggi
Dokter yang menangani Eva menyatakan bahwa selain katarak, ia juga menderita gula darah tinggi dengan kadar mencapai 600 mg/dL.
Kondisi ini membuat tindakan operasi katarak belum dapat dilakukan karena berisiko tinggi terhadap keselamatan pasien.
Setiap hari, keluarga Eva berjuang menjaga kadar gula darahnya agar stabil dengan suntikan insulin yang dilakukan secara mandiri di rumah.
Namun, biaya pengobatan yang terus meningkat menjadi beban berat bagi orang tua Eva yang hanya bekerja serabutan.
“Dokter belum bisa melakukan operasi karena kadar gulanya masih tinggi. Kami terus berusaha agar bisa turun supaya operasi bisa dilakukan,” ujar Mumun.
Selain biaya pengobatan, keluarga juga menghadapi kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Meski demikian, mereka tidak pernah kehilangan harapan agar Eva dapat kembali melihat dan bersekolah.
Harapan untuk Bisa Melihat dan Sekolah Kembali
Di tengah keterbatasannya, Eva masih memiliki semangat besar untuk sembuh. Ia berharap adanya bantuan dari pemerintah, lembaga sosial, dan para dermawan agar dapat menjalani operasi katarak dan terapi lanjutan.
“Aku ingin bisa sembuh, bisa sekolah lagi, dan melihat wajah orang tua. Karena selama dua bulan ini, saya terpaksa tidak bisa sekolah,” tutur Eva dengan nada lirih.
Harapan sederhana itu menggambarkan betapa besar keinginan Eva untuk kembali menjalani kehidupan normal.
Ia merindukan suasana sekolah, bermain dengan teman-teman, dan menatap wajah orang tuanya yang selama ini hanya bisa ia bayangkan.
Kondisi yang dialami Eva menjadi cerminan bahwa akses kesehatan di daerah masih memerlukan perhatian serius.
Banyak masyarakat kurang mampu yang belum mendapatkan penanganan medis optimal karena keterbatasan biaya dan fasilitas.
Masyarakat sekitar berharap ada perhatian nyata dari pemerintah daerah maupun lembaga sosial untuk membantu proses pengobatan Eva.
Dukungan tersebut tidak hanya akan mengembalikan penglihatan seorang remaja, tetapi juga membuka kembali masa depan cerah yang sempat terhenti.











