Ronianto Menang Telak, Siap Tata Ulang Arah Baru PGRI Kabupaten Cirebon
adainfo.id – Ronianto resmi terpilih sebagai Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Cirebon periode 2025–2030. Kemenangan tersebut diraih dalam konferensi PGRI yang berlangsung selama dua hari, 23–24 Juni 2025, dan dihadiri oleh ribuan guru dari seluruh kecamatan di Kabupaten Cirebon.
Ronianto meraih dukungan mayoritas dengan total 1.964 suara dari sekitar 2.500 suara sah, mengungguli pesaing terdekatnya, Yeyet Nurhayati, yang hanya memperoleh 525 suara.
Selisih 1.439 suara mencerminkan antusiasme besar para pendidik terhadap kepemimpinan baru yang dinilai lebih progresif dan responsif terhadap persoalan aktual di dunia pendidikan.
Kemenangan untuk Semua Guru, Bukan Euforia Pribadi
Meski menang telak, Ronianto menyambut hasil ini dengan penuh kerendahan hati. Dalam pidato singkatnya seusai penghitungan suara pada Selasa (24/6/2025), ia menekankan bahwa kemenangan ini bukan untuk selebrasi pribadi, melainkan mandat kolektif dari para guru di Kabupaten Cirebon.
“Kita tidak sekadar mengganti nama di struktur. Kita ingin tiap posisi dalam organisasi punya arah, peran, dan dampak nyata, terutama untuk menjawab persoalan guru di lapangan,” ujar Ronianto.
Ia juga menegaskan bahwa tim formatur akan segera bergerak dalam waktu 15 hari untuk menyusun struktur organisasi baru yang lebih solid, profesional, dan responsif. Formasi pengurus, menurutnya, akan menggambarkan keterwakilan yang adil dari seluruh pengurus cabang dan ranting.
PGRI Harus Menjadi Gerakan Perubahan Nyata
Dalam paparannya, Ronianto menyatakan bahwa PGRI ke depan tidak boleh berhenti sebagai simbol solidaritas profesi. Ia ingin mengubah wajah organisasi menjadi gerakan strategis yang benar-benar memperjuangkan; Kesejahteraan guru, termasuk tunjangan dan jaminan sosial, Perlindungan hukum terhadap pendidik, khususnya di tingkat SD dan SMP, Peningkatan kualitas pelatihan dan pengembangan profesi guru, serta Perluasan peran PGRI dalam kebijakan pendidikan daerah
“Saya tak bisa jalan sendiri. Ini kemenangan guru se-Kabupaten Cirebon. Kita akan perjuangkan bersama aspirasi, kesejahteraan, dan perlindungan guru,” tegas Ronianto.
Proses Demokratis, Dukungan Mencapai Puncak
Konferensi PGRI 2025 digelar dalam suasana yang tertib, terbuka, dan demokratis. Dari 10 kandidat awal, delapan memilih mundur sebelum tahap akhir, menyisakan Ronianto dan Yeyet Nurhayati. Keputusan mundurnya delapan calon didasarkan pada hasil konsolidasi internal dan kesepahaman untuk menyatukan kekuatan demi kepentingan guru.
Tingginya partisipasi, yang menyentuh ribuan suara langsung dari para guru, menunjukkan bahwa organisasi ini masih menjadi wadah yang dipercaya dan dicintai. Pemilihan berlangsung di tengah harapan besar agar PGRI kembali ke akar perjuangan yang kritis, solutif, dan transformatif.
Susunan Pengurus PGRI Kabupaten Cirebon 2025–2030
Ronianto tidak menunggu lama untuk membentuk kerangka awal pengurus. Meski formatur lengkap masih disusun, beberapa posisi kunci telah diumumkan sebagai berikut:
-
Ketua: Ronianto
-
Sekretaris: Mukyani
-
Wakil Ketua I: Yusuf
-
Wakil Ketua II: Asup Suparlan
-
Wakil Ketua III: Sulthoni
Kombinasi ini diharapkan mampu merepresentasikan semangat lintas generasi, pengalaman, dan wilayah, agar PGRI mampu hadir di tengah kebutuhan nyata guru, baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Sebagai organisasi profesi terbesar di sektor pendidikan, PGRI Kabupaten Cirebon berada di titik persimpangan antara tradisi dan tuntutan zaman. Digitalisasi, tuntutan mutu, tekanan administratif, dan perlindungan profesi menjadi tantangan nyata yang harus dijawab dengan kebijakan terstruktur dan kolaborasi lintas sektor.
Banyak guru berharap agar Ronianto mampu menghapus praktik birokrasi lamban dalam organisasi, membuka ruang dialog partisipatif antara ranting, cabang, dan pengurus pusat, menyuarakan kepentingan pendidikan di forum kebijakan daerah, serta mendorong inovasi dalam pembelajaran dan pengembangan sekolah
Dengan legitimasi kuat dari suara mayoritas, Ronianto diharapkan dapat menata ulang PGRI sebagai kekuatan moral dan advokatif dalam memperjuangkan harkat dan martabat guru.