Saluran Irigasi DI 1 Seuseupan Mulai Dibangun
adainfo.id – Harapan panjang warga Desa Beringin, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon, untuk kembali mendapatkan pasokan air irigasi akhirnya mulai terwujud.
Setelah lima tahun bergulat dengan kekeringan dan kesulitan air akibat kerusakan saluran utama, pemerintah daerah bersama pihak terkait resmi memulai pembangunan saluran irigasi DI 1 Seuseupan di Desa Sigong.
Pembangunan yang dilaksanakan pada Senin (11/8/2025) ini menjadi titik terang bagi ratusan petani di wilayah tersebut.
Selama bertahun-tahun, mereka hanya mengandalkan tadah hujan dan sumber air seadanya untuk mengairi sawah.
Kondisi itu membuat hasil panen tidak optimal, bahkan sebagian lahan dibiarkan terlantar.
Sekretaris Desa Beringin, Supriyadi, menceritakan bahwa persoalan ini bermula pada tahun 2020, ketika tebing Sungai Cimanis—yang juga dikenal warga sebagai Sungai Bangkaderes—mengalami longsor besar.
Peristiwa tersebut memutus saluran irigasi utama yang mengalirkan air ke Desa Beringin dan wilayah sekitarnya.
“Sejak saluran utama itu rusak, aliran air ke sawah praktis terhenti. Petani terpaksa mengubah pola tanam atau bahkan membiarkan lahan kosong,” ujar Supriyadi saat ditemui di lokasi pembangunan.
Kerusakan ini tidak hanya berdampak pada sektor pertanian, tetapi juga pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat.
Banyak petani terpaksa beralih pekerjaan sementara karena hasil tani tak lagi mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Pembangunan Saluran Alternatif
Pembangunan DI 1 Seuseupan ini menjadi solusi sementara untuk mengatasi masalah tersebut.
Meskipun berlokasi di Desa Sigong, manfaatnya akan dirasakan langsung oleh masyarakat Desa Beringin.
Saluran ini menggunakan pipa HDPE dengan panjang kurang lebih 200 meter, dirancang untuk mengalirkan air dari sumber alternatif ke areal persawahan yang terdampak.
“Pipa HDPE ini dipilih karena lebih tahan terhadap tekanan air dan perubahan cuaca. Kami berharap saluran ini bisa bertahan sampai perbaikan permanen dilakukan,” jelas Supriyadi.
Pihak desa mengakui bahwa pembangunan ini merupakan hasil koordinasi antara pemerintah desa, kecamatan, dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanis.
Meski sifatnya sementara, keberadaan saluran ini akan membantu petani memulai musim tanam pertama tahun 2026 dengan kondisi yang lebih baik.
Peran BBWS Cimanis
Supriyadi menegaskan bahwa pemerintah desa akan terus berkomunikasi dengan BBWS Cimanis untuk memastikan perbaikan permanen pada tebing Sungai Cimanis dilakukan sesegera mungkin.
Menurutnya, langkah ini penting untuk mencegah kerusakan berulang yang bisa kembali merugikan petani.
“Kami sudah menyampaikan permohonan percepatan perbaikan permanen. Harapannya, BBWS Cimanis segera melakukan penanganan di titik longsor sehingga aliran air kembali normal dan aman,” kata Supriyadi.
Hingga berita ini diturunkan, pihak BBWS Cimanis belum memberikan pernyataan resmi terkait jadwal pelaksanaan perbaikan permanen.
Namun, sumber internal menyebutkan bahwa rencana teknis sedang dibahas dan membutuhkan kajian lingkungan yang matang.
Dampak Ekonomi dan Sosial
Kesulitan air irigasi di Desa Beringin dalam lima tahun terakhir berdampak luas pada perekonomian desa.
Menurut data pemerintah desa, produksi padi menurun hingga 60 persen sejak saluran utama rusak. Hal ini berdampak langsung pada pendapatan petani dan harga sewa lahan pertanian di wilayah tersebut.
Tidak hanya itu, kegiatan gotong royong yang biasanya rutin dilakukan menjelang musim tanam menjadi jarang. Warga lebih fokus mencari pekerjaan di luar desa untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Dengan adanya saluran irigasi baru ini, diharapkan geliat ekonomi desa kembali pulih. Petani bisa kembali berfokus pada lahan mereka, dan kegiatan sosial masyarakat pun dapat berjalan seperti sediakala.
Tantangan Pembangunan
Meski disambut positif, pembangunan saluran DI 1 Seuseupan tidak lepas dari tantangan.
Medan yang dilalui pipa cukup terjal dan berpasir, sehingga diperlukan teknik pemasangan khusus agar pipa tidak bergeser atau rusak.
Tim teknis yang mengerjakan proyek ini juga harus memastikan bahwa pipa terlindungi dari potensi vandalisme maupun kerusakan akibat aktivitas pertanian.
Untuk itu, beberapa titik pemasangan dilengkapi dengan lapisan pelindung dan penahan tanah.
Selain itu, keberhasilan saluran ini sangat bergantung pada pemeliharaan rutin. Pihak desa telah membentuk tim kecil yang bertugas memantau kondisi pipa dan memastikan aliran air tetap lancar.
Masyarakat berharap pembangunan ini menjadi awal dari serangkaian langkah perbaikan infrastruktur pertanian di wilayah Cirebon timur.
Mereka menilai bahwa pengelolaan air yang baik akan berdampak langsung pada peningkatan kesejahteraan petani.