Sampah Menumpuk di Pinggir Jalan Poros Desa Setupatok, Warga Mengeluh

KIM
Tumpukan sampah di pinggir jalan poros Desa Setupatok, Minggu (08/06/25) (foto: adainfo.id)

adainfo.id – Tumpukan sampah yang menggunung di pinggir jalan poros Desa Setupatok, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, menuai keluhan dari warga. Lokasi tumpukan berada tepat di samping jembatan tol Pejagan–Kanci, dan telah menimbulkan bau tidak sedap serta merusak pemandangan sekitar. Kondisi ini dikhawatirkan berpotensi menjadi masalah kesehatan dan pencemaran lingkungan jika terus dibiarkan tanpa penanganan serius.

Ari, seorang warga sekaligus pemilik warung di dekat lokasi tumpukan sampah, mengungkapkan rasa terganggunya dengan situasi tersebut. Ia mengaku sering kehilangan pelanggan akibat bau sampah yang menyengat, terlebih saat hujan mengguyur kawasan tersebut.

“Bau sampahnya menyengat dan mengganggu pelanggan. Sampah juga merusak pemandangan. Kami harap pemerintah desa segera bertindak,” ujar Ari, Minggu (08/06).

Menurutnya, kondisi ini sudah berlangsung cukup lama. Tumpukan sampah tersebut terus membesar dan tidak terlihat ada upaya konkret dari pihak terkait untuk mengatasi permasalahan tersebut. Ari menilai situasi ini mencerminkan lemahnya pengelolaan sampah tingkat desa.

Petugas Sampah Akui Kewalahan

Keluhan warga diamini oleh Arifin, petugas pengangkut sampah dari Desa Setupatok. Ia mengungkapkan bahwa selama ini pihaknya bekerja dengan armada yang sangat terbatas dan tidak mampu menjangkau seluruh wilayah secara efektif. Hal ini diperparah dengan rendahnya kesadaran masyarakat dalam membuang sampah pada tempatnya.

“Banyak juga warga desa lain yang buang sampah di sini. Belum lagi warga yang sudah tidak membayar iuran, akhirnya sampah menumpuk,” jelas Arifin.

Ia menambahkan bahwa sebelumnya warga dikenai iuran mingguan sebesar Rp 5.000 untuk layanan pengambilan sampah. Namun, belakangan banyak yang menghentikan pembayaran karena tidak puas dengan pelayanan atau karena memang tidak memiliki kemampuan ekonomi, sehingga membuat sistem pengelolaan menjadi stagnan.

Persoalan Sampah Bukan Sekadar Teknis

Masalah tumpukan sampah ini memperlihatkan bahwa penanganan limbah domestik bukan hanya soal teknis, tetapi juga mencerminkan persoalan tata kelola dan kesadaran lingkungan. Minimnya koordinasi antarwilayah, lemahnya pengawasan desa, dan kurangnya partisipasi warga membuat titik-titik pembuangan liar terus bermunculan.

Jalan poros desa yang seharusnya menjadi akses vital bagi mobilitas dan ekonomi masyarakat kini tercemar oleh bau busuk dan pemandangan yang meresahkan.

Harapan Warga: Pemerintah Desa Harus Hadir

Warga berharap Pemerintah Desa Setupatok maupun dinas lingkungan hidup Kabupaten Cirebon segera turun tangan untuk membersihkan tumpukan sampah tersebut. Tak hanya itu, warga juga meminta dibuatkan sistem pengelolaan sampah terpadu yang melibatkan masyarakat, termasuk edukasi soal pentingnya iuran dan tata cara membuang sampah secara benar.

“Kami tidak mau hanya diminta bayar, tapi tidak ada pelayanan. Tapi kami juga sadar harus ikut menjaga kebersihan. Intinya, semua harus jalan bareng, jangan saling menyalahkan,” ujar Darmawan, tokoh masyarakat setempat.

Diperlukan Kolaborasi Semua Pihak

Permasalahan seperti ini menuntut peran aktif semua pihak: mulai dari kepala desa, BPD, karang taruna, hingga dinas terkait. Penempatan tempat pembuangan sementara (TPS) resmi, pengadaan armada tambahan, dan pelibatan kader lingkungan bisa menjadi solusi jangka pendek. Sedangkan solusi jangka panjang meliputi:

  • Edukasi lingkungan kepada warga secara berkala

  • Revitalisasi sistem iuran berbasis pelayanan transparan

  • Pemberian sanksi terhadap pelaku buang sampah sembarangan

  • Kolaborasi antar-desa dalam pengelolaan TPS lintas wilayah

Tanpa kesadaran kolektif dan komitmen pemerintah, ancaman krisis sampah di Setupatok bukan tidak mungkin meluas dan berdampak pada kesehatan warga dan rusaknya kualitas lingkungan.

BSP GROUP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *